"Saga!" Ibu Ida memanggil sang putra.
Nayra yang tengah menyuapkan minuman pada Saga menoleh. Wanita itu tersenyum senang melihat kedatangan sang mertua. Begitu juga Saga.
Lebih tepatnya lagi, Saga merasa bahagia masih bisa menatap wajah ibunya. Karena sebelum dia jatuh pingsan, Saga sempat ragu jika dirinya akan selamat. Kini lelaki itu merentangkan kedua tangan.
Tidak tahan melihat keadaan anaknya, Ibu Ida mendekati. Nayra yang pengertian lekas bangkit dari tepi ranjang. Wanita itu memberi ruang pada ibu Ida untuk bertemu sang putra.
Ibu Ida sendiri langsung menghambur memeluk tubuh Saga. Hati wanita itu begitu nelangsa melihat sang putra hanya mampu tergolek lemah di ranjang.
"Maafkan Saga, Bu," ucap Saga haru. Tiba-tiba dia tidak bisa menahan diri. Tanpa malu lelaki itu tergugu dalam tangis.
"Kamu gak punya salah sama ibu. Kenapa mesti minta maaf?" tanya Ibu Ida sedikit heran. Jemarinya mengesat air mata sang putra dengan lembut.
"Terima kasih."Nayra terkesima. Hampir dua tahun menjadi adik madu, baru kali ini dia mendengar Dela berucap terima kasih untuknya. Hati Nayra kian menghangat melihat senyum tulus dari bibir Dela."Sama-sama, Mbak." Nayra membalas dengan seulas senyum. Dirinya menderap langkah keluar.Nayra menyusuri koridor. Banyak perawat ataupun dokter yang lewat, tetapi semua tampak terlihat sibuk. Ada suster yang sedang mendorong pasien dengan kursi rodanya. Ada juga dokter dan perawat yang terburu-buru entah melangkah ke mana. Nayra juga menjumpai suster yang berjalan dengan tergesa dengan mendekap map."Engg ... maaf dulu, ya. Saya sedang ditunggu dokter di ruangannya," tolak seorang perawat yang dicegat oleh Nayra.Nayra menghempaskan napas mendapat penolakan seperti ini. Dirinya benar-benar merasa gondok. Jika keadaannya tidak terlal
Saga termangu melihat kedekatan Abrina dengan Azriel. Kenapa putrinya seolah tidak mengenalinya?Nayra yang menyadari perubahan wajah sang suami, gegas mengambilnya anaknya dari gendongan Azriel. Namun, Abrina justru menangis lagi dipisahkan dengan Azriel."Bina masih ingin digendong aku, Nay," protes Azriel saat Nayra main serobot."Papanya masih kangen sama Bina, El," balas Nayra datar. Dia berjalan untuk mendekati ranjang Saga kembali. Dirinya menyerahkan Abrina pada sang suami. Sayangnya, lagi-lagi Abrina menolak."Apah ... Apah!" seru Abrina sambil menunjuk-nunjuk Azriel."Sayang, Papa Bina ini. Papa Saga." Nayra mencoba menjelaskan pada sang putri. Tangannya menunjuk Saga. Namun, bayi itu menggeleng dan terus minta digendong oleh Azriel. "Bina Sayang, Papa Saga nanti--""Kasih Bina ke Ziel, Nay!" titah Saga pelan. Walau terlihat datar, namun, hati Saga amat nelangsa
"Mana Abrina?" tanya Saga begitu melihat kedatangan sang istri hanya berdua saja dengan Davi."Bina aku tinggal di rumah bersama ... eum Ziel." Agak kelu lidah Nayra saat menyebut nama Azriel.Di hadapannya wajah Saga langsung berubah masam. "Tolong jangan pernah lagi kamu meninggalkan Bina berdua saja dengan pemuda itu, jika masih mau menjadi istriku," titahnya dingin.Nayra, Davi, dan Ibu Ida tentu saja terperanjat mendengar perintah Saga. Hanya saja masing-masing punya cara tersendiri untuk menyembunyikan kekagetan mereka. Nayra yang ternganga, Davi dengan pura-pura batuk. Sementara Ibu Ida menghela napasnya perlahan."Kalo bukan nitip ke Ziel, aku mau nitip ke siapa, Mas?" tanya Nayra tetap berusaha tenang. Wanita itu memindai suaminya dengan tatapan penuh kasih."Ada banyak yayasan penyedia jasa baby sitter, Nay." Saga membalas datar
"Kok kamu diam saja, Ga?" tegur Dela mendapati suaminya merenung. "Kayaknya kamu gak setuju dengan usulku?" cecar Dela dengan menyipit.Saga menarik napas perlahan. "Kamu ngusulin saran itu karena memang malas ngerawat aku, ya?" tuduh Saga tanpa basa-basi.Adela melongo. "Apa kamu bilang?""Kalo iya, mending kamu nyari perawat saja dari pada ngusulin Nayra kembali ke rumah ini lagi," suruh Saga tanpa mau balas menatap Adela. Lelaki itu membuang muka ke samping.Mulut Adela kembali ternganga. Wanita itu terpaksa tertatih-tatih memutari ranjang agar bisa menatap mata Saga. "Kenapa kamu sampai punya pikiran seperti itu?" Dia balas menuding."Karena gak ada alasan lain, Dela," sergah Saga dengan tatap nanar. Suaranya cukup terdengar bergetar. Pria itu merasakan perih di hati."Dulu saat masih sehat, aku gak
"BRAKKK!" Nayra terkaget saat Davi membanting pintu kamarnya dengan begitu keras. Hatinya teremas mendengar ancaman saudara satu-satunya di dunia ini. Hatinya dilanda gamang. "Nayra." Nayra berpaling ketika namanya dipanggil oleh Adela. Tatapan kakak madunya tampak begitu memohon. Begitu juga dengan Saga. Apalagi saat menyebut nama Abrina, lelaki itu terlihat sekali merindukan buah sang hati. "Nayra, kamu mau kan tinggal kembali bersama kami?" Adela mengulangi pertanyaannya. Nayra yang masih dilanda dilema tidak juga langsung menjawab. Ketika tatapannya tertuju pada Azriel, pemuda itu balik menatapnya dengan tajam. Tentu saja Nayra paham jika Azriel tidak mungkin menghendaki kepergian dia. "Eum ... maaf Mbak Dela, untuk saat ini aku belum bisa memutuskan," jawab Nayra mencoba tenang, "kalian datang tanpa memberi kabar, lalu tiba-tiba saja menyuruh aku dan Bina untuk pulang. Tentu saja ini mengagetkan Davi. Bagaimana pun juga dia saudaraku. Aku harus berunding dulu dengan dia." "
Adela dan Saga sama-sama terperanjat mendengar perkataan Nayra. Keduanya saling pandang dan tak mampu bicara lagi."Ada yang menyetir kamu, Nayra?" Dela menebak, "apa pemuda itu?""Ziel dan Davi gak pernah nyetir aku," balas Nayra tenang, "mereka cuma mau aku hidup bahagia.""Oke, lalu apa yang bisa membuat kamu hidup bahagia?" tanya Adela sembari melipat kedua tangan di dada.Nayra menatap Dela dan Saga secara bergantian. "Hidup bersama orang yang menyayangiku.""Kami berdua menyayangimu, Nayra." Saga menyahut."Jika benar demikian, tolong buat statusku sah di mata hukum, Mas," pinta Nayra pelan.Dela dan Saga kembali terkesiap. Tentu saja di sini Dela yang lebih tersentak."Nay, ingat gak sih saat aku dan Saga minang kamu?" Dela mencoba mengingatkan,
Nayra sedang merangkai bunga. Hari ini lumayan ada banyak pesanan. Namun, entah kenapa dia tidak begitu bersemangat.Toko bunganya memang sedang berkembang. Sekarang Nayra sudah mampu menggaji tiga karyawan. Namun, dari semenjak pagi hatinya selalu resah. Padahal dia sedang dituntut untuk cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan.Ketika sedang memberi arahan pada karyawannya tentang model rangkaian bunga, terdengar deru mesin mobil. Nayra hafal bunyi mobil tersebut. Itu suara mobilnya Saga.Hati Nayra dilanda bimbang. Pastinya kedatangan Saga adalah untuk menyampaikan keputusan. Jantung Nayra kini berdetam-detam."Apakah Mbak Dela mengizinkan akumenjadi istri sahnya Mas Saga?" tebak Nayra dalam hati. "Bagaimana jika tidak? Apakah hari ini perpisahankami?"Nayra menggigit bibirnya karena cemas.Benar saja Range Rover hitam metalik itu be
Saga sedang duduk menyendiri di atas balkon. Di bawah sana bunga-bunga mawar hasil tanaman Nayra tengah bermekaran. Bayangan wanita itu kembali menyelinap.Tanpa terasa bibir Saga melengkung mengingat masa-masa indah bersama Nayra. Saat mereka hanya hidup berdua saja tanpa Dela. Karena istri pertamanya sedang ada projek di luar negeri.Nayra yang perhatian akan selalu membangunkan dia dengan penuh kasih, yaitu sebuah ciuman hangat. Wanita itu tidak segan untuk membuatkan Saga makanan yang nikmat.Nyaris selama tinggal bersama, Saga tidak perlu lagi makan di luar. Sarapan dan makan malam, dia pasti selalu menyantap hidangan dari Nayra. Kecuali jika makan siang karena status mereka masih bersembunyi.Nayra yang pengertian akan selalu menyiapkan baju kantornya. Serta memberi kehangatan di atas ranjang. Hati Saga teremas perih jika mengingat itu semua.Apalagi jika mengingat Abrina. Seme