Megan menatap wajah mungil Kiano yang masih terpejam. Terlelap dengan sangat tenang. Di area sekitar bibir Kiano terlihat lebih memerah tapi keadaan putranya sudah jauh lebih baik. Megan yakin saat Kiano terbangun, rasa gatal di mulut putranya juga sudah sembuh. Dokter mengatakan sudah memberikan obat anti alergi dan semuanya akan baik-baik saja."Megan?" Suara feminim dari arah belakang Megan mengalihkan lamunan wanita itu. Melihat Jelita yang melangkah masuk dengan membawa kantung pakaian yang dipesannya. Juga kantung plastik yang entah apa isinya di tangan lain. Jelita meletakkan dua kantung itu ke meja dan berjalan menyeberangi ruangan menghampiri dirinya. Memeluk dan mengelus pundaknya, selalu seperti yang Megan butuhkan."Apa keadaannya baik-baik saja?"Megan mengangguk pelan. "Kau membawanya?""Ya."Megan mengurai pelukan Jelita dan bangkit berdiri.Saat itulah Jelita menyadari keganjilan di pergelangan tangan Megan. Membelalak melihat perban yang melilit pergelangan tangan wan
Setelah dokter menangani infeksi jahitan pada pergelangan tangan Megan yang cukup serius dan menghentikan pendarahannya, dokter berpamit pada Mikail. Yang menunggu dengan resah di ujung tempat tidur. Mikail memberi anggukan singkatnya dan berpindah ke samping ranjang Megan, menatap wajah Megan yang pucat dan masih terlelap.Wajah wanita itu terlihat begitu tenang dalam tidurnya. Dengan napas yang teratur dan terlihat begitu patuh. Tidak menjadi keras kepala dan begitu kacau. Membuat Mikail merasa begitu bersalah telah bersikap begitu keras dan melukai perasaan Megan.“Maafkan sikap Megan, Alicia.” Mikail mendesah dengan gusar, pikirannya benar-benar kacau memikirkan keadaan Kiano. Pun setelah dokter mengatakan putranya tersebut baik-baik saja.Kiano mendapatkan alergi itu dari Megan, seharusnya wanita itu menjadi lebih teliti dengan mempertanyakan hal ini terlebih dulu pada Alicia. Dan dia sudah memperingatkan Megan untuk bertanya pada Alicia.“Tidak apa-apa, Mikail.” Alicia menghapus
“Tinggalkan Mikail. Atau aku sendiri yang akan membuatmu kehilangannya.”“Kau benar-benar berengsek, Marcel. Sampai kapan kau akan berhenti menggangguku dan Mikail?”“Sampai aku merasa puas.”“Aku sama sekali tak peduli dengan kepuasan yang akan kau dapatkan dari penderitaanku.”“Jika kau tidak bisa memberiku kebahagiaan yang kuinginkan, maka kau pun tak berhak atas kebahagiaan itu, Megan. Aku akan memastikan kau merasakan hal yang sama. Seperti yang kurasakan. Setiap derita dan setiap kepedihanku, kau akan ikut merasakannya.”“Tidak. Aku tak bertanggung jawab untuk semua itu. Kau sendirilah yang bertanggung jawab pada dirimu sendiri, Marcel.”“Kau tahu, aku dan Mikail terbiasa berbagi. Prestasi, pencapaian, dan harta, aku tak pernah merasa peduli dengan apa yang dimilikinya. Satu-satunya hal yang paling tidak bisa kutahan kecemburuanku adalah dirimu. Hanya dirimu. Jadi”Megan mendorong tubuh Marcel, tetapi pria itu menangkap pinggangnya dan mendorongnya ke dinding. Punggung membentur
Megan dan Kiano naik mobil lebih, menunggu Mikail dan Alicia yang melambat. Ketika keduanya muncul di pintu putar rumah sakit, Megan menolehkan wajahnya. Tak bisa menahan diri untuk tidak mengamati perhatian Mikail yang diberikan pada Alicia. Tanda tanya besar menggantung di atas kepalanya, dengan perhatian sebesar itu yang diberikan Mikail untuk Alicia. Kenapa Mikail tidak menikahi wanita itu? Meski Megan sedikit bersyukur karena dengan kelicikan Alicia, Kiano setidaknya terselamatkan dari ibu tiri seperti Alicia.Megan tak bisa membayangkan sikap buruk Alicia terhadap Kiano jika berada di belakang Mikail. Karena jelas, segala sikap yang ditampilkan oleh Alicia di depan Mikail hanyalah kebaikan wanita itu pada Kiano. Cara Alicia memperlakukan Kiano di depan Mikail hanyalah kelembutan dan ketulusan. Yang tak bisa Megan rasakan setelah wanita itu mencoba melukai Kiano.Mikail membukakan pintu belakang untuk Alicia dan pria itu duduk di jok depan. Megan pun segera mengalihkan perhatia
"Apa ini, Megan?” Mikail menatap tiga buku tabungan yang diletakkan Megan di meja di hadapannya. Di atas berkas yang belum selesai ia baca.“Ini untuk membayar semua biaya pinalti yang …”Mikail mendengus tipis. “Aku sudah mengatakan akan mengurusnya, Megan.” Suara Mikail lebih kuat dan tegas.“Ya, tapi aku masih sanggup membayarnya.”“Dan kau pikir aku melakukannya karena kau tak sanggup? Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Sebagai suamimu.”Wajah Megan membeku dengan kata suamimu yang diucapkan oleh Mikail, seolah terdengar diucapkan dengan sungguh-sungguh. “Kita tak sungguh-sungguh menjadi pasangan suami istri, Mikail. Semua ini hanyalah …”Mikail mendengus dengan keras. “Belum, Megan. Bukankah aku sudah menegaskan tentang yang satu ini?”Megan terdiam.“Kau pikir pernikahan ini hanyalah tempat singgahmu? Aku sudah megatakan padamu, sebelum pernikahan kita dilakukan. Bahwa kita akan terjebak dalam pernikahan ini untuk seumur hidup. Jadi terbiasalah menjadi istriku. A
Megan duduk di penutup lubang toilet di salah satu bilik toilet. Berusaha menormalkan degup jantungnya yang masih memompa dengan keras. Telapak tangannya menempel di dada.Semua pikirannya dipenuhi oleh Marcel. Kegilaan, ancaman, dan semua yang telah Marcel lakukan padanya. Kepalanya benar-benar akan pecah oleh kefrustrasiannya.Lebih dari lima menit bagi Megan untuk mengembalikan ketenangan hatinya dan beranjak berdiri. Melangkah keluar dari bilik toiletnya. Megan memekik dan tubuhnya terhuyung ke belakang menemukan seseorang yang berada di dalam toilet. Terkejut melihat Mikail yang berdiri bersandar di wastafel."Mikail?" delik Megan sambil menegakkan tubuhnya kembali dengan kedua kaki. "Apa yang kau lakukan di sini?""Apa kau baik-baik saja?" Mikail mengulurkan sapu tangan yang diambil dari kantong celananya. Megan tak langsung menerima uluran tangan tersebut. Wanita itu menatap tangan Mikail dan kembali menatap wajah pria itu sejenak sebelum menerima sedikit perhatian yang diberi
Pengakuan Megan pun kontan membuat Mikail membeku. Dan ketegangan terbentang di antara keduanya. Tekanan tangan Mikail di paha Megan perlahan berkurang dan pria itu bergerak mundur. Hingga punggung menempel di sandaran sofa. “K-kau … apa?” Suara Mikail tercekat dengan keras.Megan membuang wajahnya dengan mata terpejam. Dan tentu saja ia bisa merasakan amarah yang membludak di tubuh Mikail. Tak hanya itu, sekarang Mikail pun akan memandangnya dengan tatapan jijik. Bahkan malam ini Mikail akan mengusirnya dari kamar ini. Sebelum pria itu mengusirnya dan ia mendapatkan luka yang lebih banyak, lebih baik Megan meninggalkan tempat ini lebih dulu demi mengurangi resiko sakit hati yang lebih banyak."Hanya itu yang bisa kuberikan padamu, Mikail. Kumohon jangan mengambil lebih banyak dariku." Megan bangkit berdiri dan langsung berjalan ke arah pintu.“Mau ke mana kau, Megan?”Megan tak menggubris, dan ia sudah berhasil membuka pintu hanya untuk kembali tertutup dan Mikail mengunci pintu ters
Megan merasakan lumatan Mikail yang melembut dan tak menolak ciuman tersebut. Bahkan kegugupan mulai menyerang dirinya dengan debaran jantung yang tidak mengganggunya. Akan tetapi, lumatan Mikail semakin dalam dan mulai memanas. Megan bisa merasakan napas Mikail yang mulai memberat, tubuh pria itu semakin merapat dan telapak tangan Mikail mulai menyusup di antara celah pakaiannya.Saat telapak tangan Mikail menyentuh kulit telanjangnya, Megan terkejut. Napas wanita itu seketika tercekat dan kedua matanya terbuka. Keterkejutan yang besar segera menerjangnya dan ia tersadar.‘Sekarang, kau sama menjijikkannya dengan diriku. Kupastkan Mikail atau pria mana pun tak akan sudi menyentuh tubuhmu yang kotor.Megan mendorong dada Mikail menjauh dan melompat terduduk. Dengan napas yang terengah hebat. “A-aku … tidak bisa, Mikail,” ucapnya dengan terburu dan nyaris tak jelas. Lalu Megan berbalik dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.Mikail terdiam, keningnya mengernyit menyadari keanehan sikap