Share

Menjadi Sekretaris Rafael

Setelah makan malam yang sangat menguras tenaga itu, Chalista langsung bergegas menuju ke kamar hotel yang telah di pesan untuknya. Dia bersumpah tidak akan ikut lagi jika ada acara keluarga seperti itu. 

Namun, saat Chalista hendak membuka pintu kamar hotelnya, sebuah suara berat dari pria membuatnya berhenti. 

“Chalista!”

Gadis itu langsung berbalik badan saat suara berat yang agak serak itu memanggilnya. Ia melihat papa angkatnya datang dari arah berlawanan. 

Bukankah tadi dia di bawah?

“Iya, Pa?” jawab Chalista sambil tersenyum, sebisa mungkin menyembunyikan kekhawatirannya.

“Ikut saya,” titah Abimanyu tanpa menunggu jawaban Chalista.

Pria paruh baya itu langsung berjalan mendahului Chalista, ke sebuah kamar hotel suite yang ada di lantai yang sama. Seorang sekretaris pria menunggu di belakang Chalista, seolah memperingatkannya untuk tidak kabur.

Wanita itu meremas ujung kebaya yang dia pakai karena tegang. Ini akan menjadi kali pertamanya dia berbicara dengan papa angkatnya setelah pulang ke Indonesia.

Semenjak diadopsi oleh keluarga Adijaya, Chalista paling takut dengan papa angkatnya ini. Dari awal, ia sudah menunjukkan ketidaksukaannya dengan Chalista. Di rumah ini, yang menyayangi Chalista sekaligus orang yang ingin mengadopsinya hanya Mayang. 

Bahkan Rafael, sebelum kejadian tak mengenakkan yang terjadi kemarin juga tidak pernah menunjukkan minatnya kepada Chalista. Ia hanya berbicara ketika perlu, dan tak pernah menganggap Chalista sebagai adiknya. 

Oleh karena itulah Abimanyu mengirim Chalista ke Amerika untuk belajar. Mungkin itu karena permintaan anak kesayangannya, Rafael.

Mereka saat ini berada di kamar suite yang dipesan kedua orang tua angkatnya untuk menginap. Chalista bisa melihat beberapa aksesoris mamanya yang berserakan di kamar ini. Kamar ini tentunya lebih besar dari kamar untuk Chalista.

“Kamu duduk di sana,” titah Abimanyu pada Chalista sambil memberikan kode kepada sekretarisnya. 

Jantung Chalista seketika berdebar kencang. Apa yang akan dibicarakan? Tidak mungkin kan papanya ini tahu mengenai kejadian malam itu antara dirinya dan Rafael?

Abimanyu duduk di sofa, sedangkan sekretarisnya berdiri di samping pria itu. Setelah Chalista duduk, sekretaris itu langsung menyerahkan sebuah berkas kepada Chalista di atas meja.

“Ini… apa, Pa?” tanya Chalista bingung.

“Mulai besok kamu akan bekerja di perusahaan kita, sebagai sekretaris kakakmu!” Ucapan Abimanyu berhasil membuat Chalista tercengang.

“Bukankah Papa ingin aku bekerja di rumah sakit?” tanya Chalista.

Chalista mulai membaca surat kontrak yang diberikan papa angkatnya itu. Dahinya berkerut seketika saat membaca tulisan yang ada di sana. Tertulis bahwa Chalista akan menjadi sekretaris Rafael selama rentang waktu yang tidak ditentukan tergantung kinerja Chalista nanti. 

Ini sangat membingungkan bagi Chalista. Sejak awal, Abimanyu mengirimnya ke Amerika untuk menjadi manager di rumah sakit Adijaya, tapi kenapa tiba-tiba menjadi sekretaris putranya? 

“Saham rumah sakit itu sudah diberikan kepada Keluarga Wardana, jadi lebih baik kamu mengelola perusahaan kita saja,” jelas Abimanyu. 

Keluarga Wardana, Chalista tau betul siapa itu. Keluarga dari menantunya yang tersayang itu. 

Begitulah Abimanyu, selalu bertindak sesuka hatinya. Chalista, yang statusnya hanya sebagai anak angkat, tidak memiliki kesempatan untuk membantah. Apa yang dijalaninya sekarang adalah atas perintah Abimanyu.

“Tapi, aku baru saja menyelesaikan pendidikanku di Amerika, apa ini tidak terlalu terburu-buru untuk menjadi sekretaris CEO, Pa?” Chalista berusaha membuat alasan lagi agar papanya membatalkan niatnya itu.

“Kamu menolak perintah saya?!” bentak Abimanyu dengan nada tinggi membuat Chalista mematung seketika. 

Padahal dari awal Abimanyu berbicara normal. Kenapa dia tiba-tiba marah? 

“Eh, bukan begitu maksudku…tap–”

“Cukup! Saya tidak ingin mendengar alasanmu. Ini sudah saya putuskan,” ucap Abimanyu sambil mengangkat tangannya menyuruh Chalista diam. 

Tanpa menjawab, Chalista mengangguk pasrah dengan keputusan papanya ini. Lagipula apa Chalista punya pilihan lain selain menerima semua ini? 

“Kamu perlu menyesuaikan diri di perusahaan kita, ada banyak yang perlu kamu pelajari. Kakakmu akan menuntunmu terlebih dahulu.” 

“Iya, Pa.” Chalista akhirnya mengangguk pasrah. Niatnya ingin menjaga jarak dari Rafael kini pupus sudah.

Abimanyu akan berjalan keluar sebelum akhirnya berhenti di ambang pintu. “Kamu masih ingat kan perjanjianmu dengan saya?”

DEG!

“Tentu saja, Pa,” jawab Chalista pelan.

“Bagus. Walau kini Rafael sudah menikah, saya harap kamu tetap memegang janjimu dengan saya.”

***

Beberapa minggu kemudian, Chalista benar-benar menuruti perintah papanya untuk bekerja di perusahaan Adijaya. 

Ini adalah hari pertamanya bekerja sekaligus pertama kalinya akan bertemu dengan Rafael setelah pernikahannya dengan Monika. Pria itu juga sudah pindah rumah, dan baru berbulan madu ke Eropa selama seminggu penuh. Pertemuan pertama ini membuat Chalista takut sekaligus berdebar.

‘Wajah apa yang akan dia tunjukkan padaku nanti?’ gumam Chalista dalam hati.

Setelah melapor ke HRD, Chalista pun diarahkan untuk mendatangi ruangan Rafael, ruang CEO yang berada di lantai teratas gedung itu. Chalista menarik napas panjang terlebih dulu sebelum mengetuk pintu di depan.

“Permisi, Pak Rafael, apa saya bisa masuk?” sapa Chalista setelah mengetuk pintu ruangan kakaknya itu dengan pelan. 

Tidak ada yang tahu kalau Chalista adalah adik angkat Rafael di kantor ini. Papanya tidak suka keributan, dan Chalista juga tidak berniat ingin mengungkapkan itu. Oleh karena itulah Chalista harus bersikap profesional.

“Masuk!” Suara dingin Rafael mampu membuat Chalista meringis. 

Entah sejak kapan pria ini memegang begitu banyak kendali di hidupnya, padahal dulu keadaannya jauh berbeda.

Sepatu hak tinggi Chalista menghentak lantai sepanjang dia menginjak lantai di ruangan kerja Rafael.

“Selamat pagi, Pak Rafael. Saya Chalista, yang akan membantu Anda sebagai sekretaris, menggantikan Bu Sonya” ucap Chalista dengan nada formal. 

Gadis itu terus menundukkan kepala dan setengah membungkuk, tidak berani menatap Rafael secara langsung.

Chalista dapat mendengar suara napas kasar pria itu. “Saat berbicara, kamu harus menatap lawan bicaramu, Nona Chalista,” ucap Rafael dengan nada yang sangat dingin.

Chalista langsung menatap pria itu yang terlihat tidak jauh berbeda semenjak hari pernikahannya minggu lalu. Rafael masih tetap mempesona. Bahkan terlihat lebih matang dengan statusnya yang sudah menjadi suami orang.

Chalista menggeleng pelan, ‘Sadarlah, Chal! Dia kakak angkatmu, dan sudah menikah! Kejadian malam itu hanya sebuah kesalahan!’

“Maafkan saya,” cicit Chalista memaksakan dirinya menatap pria itu. 

Padahal, dia sungguh ingin menghilang dari kehidupan Rafael setelah kejadian itu, tapi Abimanyu malah menyuruhnya menjadi sekretaris baru putranya.

Sungguh rumit!

Kemudian hening beberapa saat. Mereka hanya bertatapan dalam diam. Chalista tidak membaca arti tatapan Rafael, ia hanya merasakan bola mata itu sangat dingin.

“Bagaimana kabarmu, Cha?” tanya Rafael dengan nada pelan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status