Share

34

Pagi itu, bumi pasundan cerah. Setelah subuh tadi diguyur hujan deras, kini mentari pagi yang berada di ufuk timur menampilkan rekahannya yang menghangatkan penghuni bumi. Kinar Dewi menggerakkan kedua kelopak matanya perlahan saat sinar kuning keemasan itu menyapa wajahnya. Lewat celah-celah gorden yang menyusup masuk lewat jendelanya, Kinar membuka kedua matanya dengan berkedip beberapa kali, Mencoba mencari kesadaran dan mengingat-ingat kejadian apa saja yang sebelum terlelap dirinya alami.

Lalu helaan napasnya terembus saat kilas balik dari kejadian yang Kinar alami terekam jelas dalam jejak kepalanya. Sial! Masih terlalu pagi dan Kinar sudah mengumpat. Tenaga Kinar terkuras habis hanya untuk meladeni keras kepalanya Anan Pradipta. Pria satu itu memang aneh dan lain dari awal Kinar bertermu. Cara bicaranya yang santai, cara pikirannya yang sederhana dalam menyimpulkan masalah dan cara-cara lain yang hadir tanpa bisa Kinar duga-duga.

“Kinar.”

Bertambah tidak mood saja Kinar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status