Alisha POVEntah mengapa aku mulai meragukan suamiku, aku merasa ada sesuatu yang Azhar dan Erwin sembunyikan dariku. Kemarin saat kami berdua bergandengan tangan, aku mendengar suara anak kecil yang memanggil papa. Aku tidak begitu memperhatikannya, namun kulihat Azhar tertegun sesaat.Aku menepis rasa penasaranku tatkala Azhar meringis kesakitan menahan sakit perut. Aku yang merasa mendongkol karena tak jadi belanja menjadi sedikit panik. Aku ingin menemaninya ke dokter tapi dia menolak.Aku berusaha untuk memakluminya, ku pandangi kepergiannya dengan doa di dalam hati kiranya dia dalam keadaan baik-baik saja. Aku kembali masuk ke dalam rumah, tapi seketika hatiku tak tentram. Ada apa ini ?Untuk menghalau ketidak nyamanan di hati ini, aku segera menghubungi ayahku di Jakarta. Setelah berbasa basi sebentar, aku menyampaikan semua uneg-unegku kepada ayahku."Tunggulah, ayah dan ibumu akan datang ke rumahmu hari ini. Bicara melalui telepon tidak sama dengan berhadapan langsung."Akhir
Aku membanting pintu kamarku dengan keras, tak perduli dengan maid di luar sana mungkin saja mengusap-usap dadanya karena terkejut menerima perlakuan kasar dariku. Aku sadar jika aku bukanlah sosok wanita yang baik, maid yang bekerja di rumahku sangat takut padaku di banding Azhar.Aku bergegas meraih ponsel dan segera menelpon Azhar. Ternyata panggilanku kali ini tersambung."Hallo, kau dimana ? Mengapa kau tak membalas pesanku ? Apa yang kau lakukan diluar sana hah ? Ku hubungi berkali-kali ponselmu tidak aktif, atau jangan-jangan kau bersama wanita idaman lain ?" Aku memberondongnya dengan beberapa pertanyaan sekaligus.Aku merasa lega setelah melepaskan semua uneg-uneg yang selama semalam menggumpal di dada. Kutajamkan pendengaranku berharap apa yang aku tuduhkan benar adanya. "Bos, sepertinya hari ini kita harus lembur lagi."Itu suara Erwin, aku merasa sedikit lega mendengar suaranya."Azhar, mengapa kau tak menjawab pertanyaanku ?" suaraku sedikit melunak setelah mendengar sua
Aku muak melihat tingkah Azhar, tanpa banyak bicara aku segera meninggalkan ruangan itu. Aku berniat ingin menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan Azhar. Aku meminta beberapa teman sosialitaku untuk menjadi mata-mata. Aku sudah harus menyiapkan mentalku daris ekarang jika memang ku temukan Azhar berselingkuh dariku. Aku dan Erina teman sosialitaku duduk di cafe depan gedung kantor perusahaan, tak ada pembicaraan berarti antara kami berdua. Kami sedang menunggu mobil Erwin keluar dari gedung kantor. Setelah memastikan tak ada mobil Azhar di parkiran, aku sudah bisa menyimpulkan jika dia menggunakan mobil Erwin. Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Mataku tak lepas dari gedung bertingkat di seberang jalan.Sekitar satu jam kemudian ku lihat mobil Erwin keluar dari gedung, aku segera menyuruh sopir untuk mengikutinya, sedangkan aku sendiri naik di mobil Erina. Aku tak takut jika akan kehilangan jejak, karena sopir yang sudah ku sewa sekarang sedang membuntu
Azhar POV Hampir enam tahun aku hidup bersama Alisha, jadi aku tahu apa yang ada dalam pikirannya. Aku tahu dia merencanakan sesuatu saat keluar dari ruanganku. "Kita ke hotel N, aku yakin Alisha pasti akan mengikuti mobilmu." "Apa kau yakin ?" tanya Erwin lalu menatapku. Aku hanya tertawa tanpa suara. Aku kini bukanlah pria yang tunduk begitu saja di kaki ayahnya seperti dulu, aku bukanlah suami yang diam saja ketika isteriku berkuasa seolah-olah aku adalah suami yang patuh terhadap semua perintahnya. Aku adalah pria sejati yang akan memperjuangkan cinta sejati sampai titik akhir hayatku. "Buka satu kamar saja, lalu aku akan keluar menggunakan mobil hotel, aku ingin melihat apakah Mita sudah mengangkut semua barang-barang ke rumah baru." "Baiklah, tapi hati-hati. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti." Aku dan Erwin lalu keluar menggunakan mobil Erwin, karena mobilku ku tinggalkan di rumah baru kami. Aku tak melihat sesuatu yang mencurigakan selama dalam perjal
Salsa POVAku merasa lega tatkala tuan Azhar dan Mita pergi dari perumahan ini. Aku masuk kembali ke dalam rumah. Aku membiarkan pintu rumah terbuka. Aku memindahkan pakaianku ke kamar Mita. Tuan Azhar sudah mengatur semuanya untuk kami berdua, kami di bayar setiap bulan untuk menjaga isteri dan anaknya. Awalnya aku tak menyadari jika seseorang sedang mengawasi rumah ini. Ketika kami kembali dari perumahan elite, aku tak langsung turun dari mobil. Aku dan Nabila sedang berbincang tentang bagaimana tugas kami selanjutnya jika mereka pindah besok.Tak sadar mataku melihat sebuah mobil yang lalu lalang di kawasan perumahan ini. Kulihat seseorang menurunkan kaca mobilnya dan mengamati rumah ini. Karena ini masih bagian dari tugasku dan Nabila akhirnya kami berusaha untuk mengalihkan perhatian mereka dan aku memberitahu tuan Azhar apa yang telah aku lihat.Kini aku tengah menunggu kedatangan Nabila yang tengah mengalihkan perhatian mereka. Aku menarik nafas lega setelah melihat Nabila tu
Azhar POVPagi ini aku menemani Tisa untuk menjalani transfusi darah lagi, kali ini dia tak menginap di rumah sakit. Ini merupakan sebuah kemajuan, karena Tisa bahagia sehingga membuatnya sangat sehat, setelah proses transfusi darahnya selesai dia langsung di perbolehkan pulang."Teruslah seperti ini tuan Azhar, semoga anak anda cepat sembuh," ucap Dr. Rian sambil menjabat erat tanganku.Kami kembali ke rumah, ternyata di sana Salsa sudah menungguku. Mita pamitan ke pasar bersama Nabila. Aku dan Salsa duduk di teras sambil berbincang."Kemarin nyonya Alisha datang ke perumahan."Aku terkejut, jantungku berdegup sangat kencang. Ini bukanlah berita yang aku harapkan."Mau apa dia datang ke sana ?""Jangan khawatir tuan, nyonya hanya datang menemani temannya.""Temannya siapa ?" tanyaku penasaran.Akhirnya Salsa menceritakan keributan yang terjadi di kompleks perumahan Griya Permai. Aku menghela nafas lega, walau begitu aku semakin waspada. Untunglah kemarin sore kami sudah pindah ke rum
Aku tak mengizinkan Mita keluar dari kamar, terlalu candu bagiku untuk terus mencumbunya."Aku akan memasak makanan ke sukaanmu.""Nanti dulu."Aku tak membiarkannya beranjak dari tempat tidur. Kutatap wajah isteri cantikku ini, bukan wajah cantiknya yang membuatku mencintainya, tapi hatinya yang selalu perduli pada orang lain, perhatiannya dan hati yang mudah memaafkan semua kesalahanku. "Nanti malam kita akan melakukannya sampai pagi."Ucapan Mita membuatku tertawa terbahak-bahak, dia berpikir aku menahannya untuk kebutuhan biologisku. Memang ku akui sejak menikah dengannya aku seakan menemukan kembali gairah hidupku, aku terus bersemangat di tempat tidur tanpa kenal lelah. Tetapi bukan hanya itu yang membuat hidupku penuh gairah, tetapi kenyamanan dan kebahagiaan barulah kutemukan sekarang."Kenapa tertawa, tidak lucu tau...!"Mita menepis tanganku lalu bangkit menuju ke kamar mandi. Rasanya aku ingin mengejarnya dan memulai kembali rasa yang muncul tiba-tiba. Tapi kutepis semua r
Setelah meletakkan cangkir ke atas meja, aku memandangi sekeliling ruangan, aku takut jangan sampai ada yang mendengarkan pembicaraan antara diriku dan ayahku.Siapapun yang akan mendengarkan percakapan kami pasti akan tembus sampai ke telinga Alisha. Dan ini tak boleh di biarkan. Sepanjang jalan menuju ke rumah orang tuaku, aku sudah memikirkan segala konsekwensinya. Tetapi ternyata ayahku sudah mengetahui kebenarannya."Kenapa papa tidak menghubungiku jika sudah tahu kebenarannya ?""Papa tau pasti kau akan datang menemui papa.""Sejak kapan papa mengetahuinya ?""Papa melihatmu mengantar anakmu ke Rumah Sakit."Aku terdiam beberapa saat lamanya. Kutatap wajah ayahku, aku membutuhkan dukungan. Apakah ayahku akan berada di pihakku ?"Namanya Tisa, dia mengidap penyakit Thalasemia," ucapku lirih, air mataku menetes perlahan.Ayahku terkejut dan menatapku tak berkedip, mungkin ia tak menyangka jika cucunya mengalami hal yang sama dengan kakakku.Ayahku tersentak mendengar penuturanku.