Share

6. Isteri Bos Meradang

Hari ini Tisa sudah diizinkan menjalani rawat jalan, pagi-pagi aku menyempatkan diri ke kantor walau aku sudah mengetahui jika pemilik perusahaan tempatku bekerja adalah ayah Tisa. Aku tetap berusaha untuk bersikap profesional, kukesampingkan semua kebencian yang terpendam lama di dalam dada ini.

Setelah semua pekerjaanku selesai, aku meminta izin pulang dan tak balik lagi ke kantor, setelah membayar semua biaya perawatan anakku, kami bertiga tak pulang ke desa tetapi memilih ke rumah kakek dan nenek di desa durian. Dengan jarak tempuh empat puluh kilo dari rumah sakit memakan waktu sekitar satu jam perjalanan.

Untunglah ibu tidak bertanya kenapa aku ingin membawa Mita ke rumah nenek, sehingga aku bisa bernafas lega. Aku melakukannya karena ingin menyembunyikan anakku. Aku yakin seratus persen Azhar pasti akan mencari keberadaan kami.

Malam ini aku tidur dengan nyenyak. Semua beban yang menghimpit dipundak seakan terbang seiring dengan bunyi jengkerik yang bersahutan dan udara pada malam hari yang terasa sangat dingin menusuk tulang.

Aku bangun saat azan subuh berkumandang, aku mensegerakan rutinitas pagiku, setelah siap ku kecup kening Tisa yang sedang terlelap.

"Kau akan pergi kerja nak ?" tanya nenekku yang masuk ke dalam kamar.

"Iya nek, aku titip Tisa."

Kucium tangan nenek dan segera keluar. Aku tak membangunkan ibu karena aku tahu dia sangat lelah.

Ojek di samping rumah nenek yang ku pesan dari semalam sudah menunggu di halaman depan rumah. Dengan memakai jaket yang dulu aku beli bersama Azhar aku menaiki boncengan menuju gedung kantor tempatku bekerja.

Kantor masih sepi, aku segera berjalan cepat menuju ruangan dan mengganti seragam. Saat hendak mengganti seragam kulihat petugas kebersihan di lantai tujuh yang bernama Zaki berada di ruangan kami bersama Reja dan Faijah.

"Kau sudah dipindahkan ke lantai tujuh, khusus membersihkan ruangan Ceo. Kau tukar tempat dengan Zaki," Ucapan Faijah membuatku ternganga.

Aku terbengong-bengong, ini pasti ulah Azhar. Kutarik nafasku dengan dalam, aku harus bersikap profesional.

"Segera bersihkan ruangan di atas sebelum Ceo datang," ucap Zaki lalu memberikan kunci duplikat padaku.

"Bisakah kau menemaniku kali ini saja ? Takutnya aku salah menaruh barang-barang pada tempatnya," pintaku.

Zaki mengangguk lalu mengajakku naik lift menuju ke lantai tujuh. Sebelum aku keluar, masih sempat terdengar ocehan Faijah.

"Setelah bersih kembalilah kesini. Kami menunggumu."

Aku dan Zaki membuka ruangan Ceo dengan sangat hati-hati. Ruangan yang sangat besar seukuran rumah kami di desa. Pantas saja dia lebih memilih melupakan kami.

Aku membersihkan ruangan di bantu Zaki. Zaki menunjukkan barang apa saja yang tak bisa di sentuh dan dipindahkan.

Tengah membersihkan ruangan pintu ruangan Ceo terbuka. Kami menoleh. Isteri bos berdiri di ruangan.

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke ruangan ini?" tanya nyonya Alisha dengan tajam

Tatapannya menusuk seakan hendak menguliti kami.

Untunglah Zaki bersedia menemaniku ke ruangan ini. Entah apa yang terjadi jika nyonya menemukan aku sendirian.

"Maaf nyonya, bagian personalia menukar tempat kerja kami untuk penyegaran," Zaki yang menjawabnya dengan pelan.

"Siapa dia sampai mengatur-ngatur bawahan disini. Yang berhak membersihkan ruangan ini hanya kau Zaki. Ikuti perintahku, dan hei kau...keluar dari ruangan ini. Kembalilah bekerja pada tempatmu semula," nyonya Alisha menunjuk kearahku dengan mata garangnya.

"Baik nyonya," aku menunduk dan bergegas keluar membawa peralatan kebersihan.

Aku melewati nyonya Alisha yang berkacak pinggang dengan perasaan takut. Aku tak mau membuat masalah dengannya, karena aku masih membutuhkan pekerjaan ini.

Aku merasa lega setelah masuk ke dalam ruangan kami di lantai satu. Ternyata di sana sudah ada Stela sedang duduk mengobrol dengan Faijah.

"Untunglah kau datang, ayo duduk disini, kau harus tahu berita terkini yang beredar begitu cepat di gedung ini," kata Faijah lalu menyodorkan kursi kosong disebelahnya.

"Aku curiga ada mata-mata diantara kita sesama cleaning service, kalau aku sih mencurigai Tina, karena kemarin saat pulang kantor aku dengar dia menelpon seseorang dan menyebut nama Mita" Ucap Stela.

Aku terkejut dan menatap Stela. Kami bertiga saling berpandangan. Lalu masuklah Reza dan ikut bergabung bersama kami.

"Kemarin pagi asisten bos datang kesini," kata Reza sambil menggeser kursinya lebih dekat kearahku.

Aku tidak terkejut dengan berita itu. Aku sudah menduga jika Azhar akan menyuruh asistennya untuk mencariku.

"Dua kali dia masuk ke sini, setelah apel sore dia mencarimu dan mengatakan jika terhitung sejak kemarin kau pindah ke lantai tujuh, khusus membersihkan ruangan Ceo, lalu kemarin siang dia datang lagi menanyakan selain di desa Sukamaju, dimana lagi tempat yang biasa kau datangi"

Aku terdiam, mungkin kemarin Azhar memerintahkan Erwin ke desaku dan tidak menemukan kami disana lalu dia menemui Reza dan Faijah.

Pantas saja nyonya Alisha langsung datang sepagi ini. Aku tak ingin mencari masalah dengannya. Apalagi aku ingat perkataan Stela waktu itu tentang karyawan wanita yang dipecat.

"Sepertinya bos tertarik padamu, yang kutahu dia itu terkesan dingin dan jarang dekat dengan wanita lain. Atau kalian saling kenal sebelumya?"

Pertanyaan Stela diakhir kalimatnya membuatku menatapnya dan menggeleng perlahan.

"Mana ada bos tertarik pada cleaning service," ucapku sambil tertawa menutupi kegugupanku.

"Buktinya, dia sampai menyuruh asistennya mencarimu, dan lagi kau secepat itu dipindahkan ke ruangan bos."

"Pindah lantai saja, bukan pindah jabatan." jawabku.

"Aku tadi melihat bos masuk tergesa-gesa ke lift bersama asistennya," ucap Reza disela-sela obrolan kami.

"Mungkin bos buru-buru ke atas karena nyonya Alisha datang pagi-pagi sekali dan langsung ke ruangan bos."

Ucapan Faijah membuat Stela menatapku dengan iba.

"Apakah nyonya sempat melihatmu ?" tanya Stela dengan penuh rasa ingin tahu yang tinggi.

"Iya, nyonya menyuruhku untuk kembali bekerja di lantai satu," jawabku pelan.

"Oh syukurlah, kau harus berterima kasih karena tidak langsung dipecat, tapi saranku mulai sekarang berhati-hatilah dan usahakan jaga jarak dengan bos. Jika tidak kau akan kesulitan mendapatkan pekerjaan dimanapun. Karyawan yang dulu dipecat setahuku lamarannya ditolak disemua perusahaan dan sekarang dia terpaksa membuka kios kecil di depan rumahnya," Gumam Stela. Walau pelan tapi kami semua sempat mendengarnya.

Aku sudah bisa membayangkan seberapa berkuasanya nyonya Alisha sampai bisa melakukan tindakan sejauh itu. Andai saja jika aku tak membutuhkan uang demi kesembuhan anakku, mungkin saja aku akan keluar hari ini juga.

Kepalaku terasa pening, aku bisa merasakan aura keangkuhan nyonya saat aku melawatinya tadi pagi. Untunglah dia tidak membuat keributan gara-gara aku membersihkan ruangan suaminya. Lagian dia kan tidak tau siapa aku, jadi untuk apa dia mencari masalah dengan diriku ? Aku hanyalah bagian dari masa lalu suaminya.

Aku menyandarkan kepalaku dikursi, mataku kupejamkan sesaat, lalu terdengarlah langkah kaki seseorang memasuki ruangan kami.

"Mita, nyonya memintamu membawakan minuman ini ke ruangan bos," seorang petugas pantri datang bersama Zaki.

"Aku ? bukankah aku dilarang masuk ke ruangan bos ?"

Aku keheranan, namun Zaki meyakinkan aku jika ini perintah langsung dari nyonya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status