Share

216. Pengakuan Pelaku

"Munafik katamu? Aku yang selama ini berharap kau bisa menikahi adikku pun masih bisa kau tuduh dengan tuduhan sekeji itu," cecar Tomy.

"Lalu apa namanya jika bukan munafik? Di depanku, kau seolah memihak aku supaya menikahi Habiba. Tapi di belakangku, kau malah sebaliknya, bahkan setelah menikahkan mereka, kau pun masih menghasut ibumu."

"Hentikan omong kosongmu itu. Tidakkah kau bisa lebih berlapang dada menghadapi ini? Kita tidak bisa berbuat apa- apa. Habiba lah penentunya." Tomy mendorong dada Irzan.

"Kau yang seharusnya berhenti bicara!"

"Sudah! Cukup! Jangan bertengkar!" seru Fatona, berusaha meredakan emosi kedua pemuda itu.

Namun, tak ada yang mau mengalah. Keduanya bersitegang.

"Aku menganggapmu teman, tapi ini sama dengan pengkhianatan," sambung Irzan masih ingin meluapkan kekesalannya.

"Ya ampun, kau masih juga tidak paham," sahut Tomy.

"Sudah! Jangan menasihatiku dengan bahasa gilamu lagi!" Irzan mencengkeram kerah baju Tomy.

"Apa- apaan ini?" Tomy geram mendapat perl
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
emang emosi tidak bisa menyelesaikan masalah.malah yang ada tambah memperumit masalah
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
semoga husein tidak salah paham melihat irzan memegang tangan biba
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
haduh kesalapahaman muncul lg deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status