Share

MPMP 6 Restu

Sebelumnya, Rhea berkata dia akan memiliki suatu urusan dengan pria yang baru beberapa kali Ivanka lihat dalam kurang dari dua hari ini. Dan sekarang, begitu Rhea kembali bersama pria itu yang memperkenalkan dirinya Maven, Maven berujar, “Kami akan menikah.”

“…?!” Syok dan terkejut, Ivanka tidak bisa mengatakan apapun.

Maven mendeklarasikan sebuah pernikahan dengan santai dan tenang di hadapan ibu Rhea. Apa perlu Ivanka ingatkan dia baru saja bertemu dengannya? Belum lagi Enzo masihlah pacar Rhea. Bicara tentang Enzo, semenjak tadi malam Ivanka menghubungi Enzo namun pria itu tidak mengangkat satupun panggilannya.

Ivanka ingin tertawa yah mungkin saja Maven sedang bergurau, tapi kedua orang di depannya sama sekali tidak tertawa. Dia bingung, masih kaget, dan kepalanya mulai terasa sakit. Alhasil, Ivanka menatap anak perempuannya menuntut penjelasan.

Ketika Maven berujar sebelumnya, Rhea memejamkan matanya dengan mengerang dalam hati. Padahal di mobil sebelumnya Rhea sudah berkata untuk biarkan dia berbicara dari hati ke hati dulu dengan ibunya tentang berakhirnya hubungan dia dan Enzo. Tapi, sebelum dia bisa mulai, Maven lebih dulu berbicara setelah ibunya basa-basi singkat tentang urusan mereka yang sudah selesai atau belum.

Menyadari tatapan ibunya, Rhea mendongak dan menggenggam tangan Maven membuat pria itu meliriknya. Dengan lancar, dia berbohong, “Ma, Maven adalah mantan Rhea sebelumnya. Dan sampai sekarang, dia masih mencintai Rhea. Begitu juga Rhea. Jadi, Ma, tolong restui kami.”

***

Pintu kamar terbuka dan Ivanka masuk tergesa-gesa sambil berbicara pelan, “Mama sungguh tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini. Menikah? Dengan pria asing itu? Lalu bagaimana dengan Enzo?” Ivanka berbalik menatap anaknya yang menyusulnya masuk. “Apa yang terjadi dengan Enzo? Kamu tidak mau menjelaskan apa yang terjadi di sini, Rhe?”

“Enzo … dia—” Rhea menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. “Enzo dan Andini, mereka menjalin hubungan di belakang Rhea,” Rhea berkata sangat pelan.

“Ya Tuhan.” Ivanka menutup mulutnya terkejut ke sekian kalinya lagi. “Mereka berdua?!”

Walaupun raut wajah Rhea sangat tenang dan damai, tapi nada suaranya tidak bisa membohongi Ivanka. Suara anaknya terdengar gemetar. Bagaimana tidak? Kekasih dan sahabatnya menjalin hubungan di belakangnya bukanlah hal yang menyenangkan. Membuat dia ikut merasakan kepedihan yang dialami anaknya.

“Oh Tuhan,” ulang Ivanka mendekat, memeluk anaknya. “Kamu tidak apa-apa, Nak? Kapan kamu menyadarinya? Kamu lihat obrolan pesan mereka? Atau kamu menangkap basah mereka?”

“Rhea melihat mereka, Ma. Dan Enzo tidak menampiknya.”

“Dasar pria yang tidak bermoral. Pantas saja dari tadi malam dia tidak mengangkat telepon Mama—” Ivanka menatap anaknya lambat setelah menyadari sesuatu. “Nak, kalian berpisah tadi malam?”

Rhea mengangguk pelan.

Ivanka menggeleng lambat. “Jangan katakan kamu menikah dengan pria acak hanya karena diselingkuhi pria menyedihkan seperti itu. Sambil menunggu kamu pulang, Mama mulai ingat nama Maven Williams. Dia adalah cucu Tony, pendiri TW Group, tempat Enzo bekerja. Rhe, kamu harus tahu satu hal …. Kamu lebih berharga dari pada mereka berdua, jangan menyia-nyiakan waktumu hanya karena mereka yang sudah membuatmu patah hari dan terpuruk. Pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap main-main, Nak.”

Apa Rhea akan membiarkan mereka berdua hidup bahagia setelah membuat Rhea menjadi badut selama ini? Dan perlukah Rhea membicarakan tentang perusahaan ayahnya yang akan berakhir pada ibunya yang tidak tahu apapun tentang urusan itu?

Rhea tersenyum menenangkan dan memegang kedua bahu ibunya. “Ma, Rhea sudah mantap ingin menikahi Maven. Tadi malam dia menemani Rhea dan memberi dukungan untuk Rhea.”

“Kamu sedang patah hati tadi malam, seseorang bisa dengan mudah memainkan perasaanmu yang melemah.”

“Karena dia sangat mencintai Rhea. Itu sebabnya Rhea membiarkan dia masuk ke hati Rhea sekali lagi. Juga, bukankah lebih bagus jika seseorang datang langsung menikahi anak perempuan Mama daripada hanya pacaran begitu saja tanpa kejelasan?”

“Nak .…”

Suara dehaman yang berat mengganggu mereka berdua. Baik Rhea dan Ivanka menatap pintu yang terbuka. Di sana berdiri Maven.

“Maaf jika saya bersikap kurang ajar karena mengganggu privasi Anda, Bu Ivanka.” Maven melangkah masuk dan berhenti di sebelah Rhea. Dia dengan berani menyampirkan lengannya di pinggang ramping Rhea yang tersentak kaget lalu menatap serius Ivanka. “Tapi saya bersungguh-sungguh ketika mengatakan ingin menikah. Seperti yang Rhea katakan, kami pernah saling mencintai sebelumnya. Dan sekarang, saya masih mencintai Rhea. Karena sebelumnya dia punya pacar, saya mundur perlahan. Tapi setelah apa yang terjadi padanya, mana mungkin saya tetap diam saja.”

Maven tiba-tiba membungkukkan badannya membuat Ivanka mundur karena terkejut. “Mohon untuk restui kami. Saya berjanji, selama kami menikah, saya akan memanjakannya dan membuatnya bahagia setiap hari.”

Meninggalkan Ivanka yang tidak bisa berkata-kata, Rhea menatap Maven dengan tatapan rumit. Kenapa para pria selalu dengan mudahnya membuat janji yang sangat sulit?

***

“Apa kamu tidak bisa basa basi dulu sebelum mengeluarkan ultimatum tadi? Mamaku kaget karena kamu datang-datang bilang ingin menikah,” kata Rhea pelan ketika mereka berjalan menuju mobil Maven.

“Toh, mamamu akhirnya setuju juga dengan pernikahan mendadak kita.” Maven meliriknya. “Ngomong-ngomong, aku pernah jadi mantanmu?”

“Serius, apa itu perlu dijadikan perdebatan? Mama tidak akan percaya jika aku bilang seseorang datang dan membantuku begitu saja.”

Berhenti di depan mobil, Maven membukakan pintu belakang untuk Rhea. “Kamu bisa mengatakan iblis datang membantumu.”

Menyadari bahwa Maven sedang menggodanya sebab malam itu, Rhea yang malu berdecak dan segera masuk ke dalam. Maven yang tersenyum singkat kemudian menyusul Rhea. Dan Albar mengendarai mobil menuju kediaman keluarga Williams.

“Jadi, sekarang kita akan bertemu dengan kakekmu?” tanya Rhea karena setelah mendapatkan persetujuan dari Ivanka, dia berkata kakeknya ingin Rhea mengunjunginya. Yah Rhea tahu setengah dari perkataan pria itu adalah bohong.

Maven yang duduk di sebelahnya mengangguk. “Karena sudah kepalang dengan kebohongan yang kamu buat,” Rhea menatapnya dengan dahi mengerut tidak setuju. “berbohonglah sekali lagi di depan kakekku. Dia sudah tua, hal semacam ini pasti bisa juga menipunya.”

Rhea mendengus pelan. “Lalu bagaimana dengan orang tuamu?”

Pertanyaan itu membuat Albar yang diam segera menatap Rhea cepat dari kaca mobil bagian depan.

Berbeda dari Albar, Maven menjawabnya dengan ringan, “Mereka sudah tiada.”

“… Maaf. Aku turut berduka cita," Rhea berujar pelan.

“Kamu akan menjadi istriku beberapa hari lagi. Berita itu harus aku beritahu. Ini sebenarnya bukan informasi penting, tapi karena kamu akan menjadi bagian dalam keluarga untuk beberapa tahun ke depan kamu perlu mengetahui beberapa hal yang terjadi di dalam keluarga besar Williams. Di sana kamu akan bertemu dengan adik dan ibu tiriku. Selain Kakek, kamu tidak perlu bersikap sopan dan baik pada siapapun, mengerti?”

“.…” Mana mungkin Rhea begitu!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status