Sebelumnya, Rhea berkata dia akan memiliki suatu urusan dengan pria yang baru beberapa kali Ivanka lihat dalam kurang dari dua hari ini. Dan sekarang, begitu Rhea kembali bersama pria itu yang memperkenalkan dirinya Maven, Maven berujar, “Kami akan menikah.”
“…?!” Syok dan terkejut, Ivanka tidak bisa mengatakan apapun.Maven mendeklarasikan sebuah pernikahan dengan santai dan tenang di hadapan ibu Rhea. Apa perlu Ivanka ingatkan dia baru saja bertemu dengannya? Belum lagi Enzo masihlah pacar Rhea. Bicara tentang Enzo, semenjak tadi malam Ivanka menghubungi Enzo namun pria itu tidak mengangkat satupun panggilannya.Ivanka ingin tertawa yah mungkin saja Maven sedang bergurau, tapi kedua orang di depannya sama sekali tidak tertawa. Dia bingung, masih kaget, dan kepalanya mulai terasa sakit. Alhasil, Ivanka menatap anak perempuannya menuntut penjelasan.Ketika Maven berujar sebelumnya, Rhea memejamkan matanya dengan mengerang dalam hati. Padahal di mobil sebelumnya Rhea sudah berkata untuk biarkan dia berbicara dari hati ke hati dulu dengan ibunya tentang berakhirnya hubungan dia dan Enzo. Tapi, sebelum dia bisa mulai, Maven lebih dulu berbicara setelah ibunya basa-basi singkat tentang urusan mereka yang sudah selesai atau belum.Menyadari tatapan ibunya, Rhea mendongak dan menggenggam tangan Maven membuat pria itu meliriknya. Dengan lancar, dia berbohong, “Ma, Maven adalah mantan Rhea sebelumnya. Dan sampai sekarang, dia masih mencintai Rhea. Begitu juga Rhea. Jadi, Ma, tolong restui kami.”***Pintu kamar terbuka dan Ivanka masuk tergesa-gesa sambil berbicara pelan, “Mama sungguh tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini. Menikah? Dengan pria asing itu? Lalu bagaimana dengan Enzo?” Ivanka berbalik menatap anaknya yang menyusulnya masuk. “Apa yang terjadi dengan Enzo? Kamu tidak mau menjelaskan apa yang terjadi di sini, Rhe?”“Enzo … dia—” Rhea menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. “Enzo dan Andini, mereka menjalin hubungan di belakang Rhea,” Rhea berkata sangat pelan.“Ya Tuhan.” Ivanka menutup mulutnya terkejut ke sekian kalinya lagi. “Mereka berdua?!”Walaupun raut wajah Rhea sangat tenang dan damai, tapi nada suaranya tidak bisa membohongi Ivanka. Suara anaknya terdengar gemetar. Bagaimana tidak? Kekasih dan sahabatnya menjalin hubungan di belakangnya bukanlah hal yang menyenangkan. Membuat dia ikut merasakan kepedihan yang dialami anaknya.“Oh Tuhan,” ulang Ivanka mendekat, memeluk anaknya. “Kamu tidak apa-apa, Nak? Kapan kamu menyadarinya? Kamu lihat obrolan pesan mereka? Atau kamu menangkap basah mereka?”“Rhea melihat mereka, Ma. Dan Enzo tidak menampiknya.”“Dasar pria yang tidak bermoral. Pantas saja dari tadi malam dia tidak mengangkat telepon Mama—” Ivanka menatap anaknya lambat setelah menyadari sesuatu. “Nak, kalian berpisah tadi malam?”Rhea mengangguk pelan.Ivanka menggeleng lambat. “Jangan katakan kamu menikah dengan pria acak hanya karena diselingkuhi pria menyedihkan seperti itu. Sambil menunggu kamu pulang, Mama mulai ingat nama Maven Williams. Dia adalah cucu Tony, pendiri TW Group, tempat Enzo bekerja. Rhe, kamu harus tahu satu hal …. Kamu lebih berharga dari pada mereka berdua, jangan menyia-nyiakan waktumu hanya karena mereka yang sudah membuatmu patah hari dan terpuruk. Pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap main-main, Nak.”Apa Rhea akan membiarkan mereka berdua hidup bahagia setelah membuat Rhea menjadi badut selama ini? Dan perlukah Rhea membicarakan tentang perusahaan ayahnya yang akan berakhir pada ibunya yang tidak tahu apapun tentang urusan itu?Rhea tersenyum menenangkan dan memegang kedua bahu ibunya. “Ma, Rhea sudah mantap ingin menikahi Maven. Tadi malam dia menemani Rhea dan memberi dukungan untuk Rhea.”“Kamu sedang patah hati tadi malam, seseorang bisa dengan mudah memainkan perasaanmu yang melemah.”“Karena dia sangat mencintai Rhea. Itu sebabnya Rhea membiarkan dia masuk ke hati Rhea sekali lagi. Juga, bukankah lebih bagus jika seseorang datang langsung menikahi anak perempuan Mama daripada hanya pacaran begitu saja tanpa kejelasan?”“Nak .…”Suara dehaman yang berat mengganggu mereka berdua. Baik Rhea dan Ivanka menatap pintu yang terbuka. Di sana berdiri Maven.“Maaf jika saya bersikap kurang ajar karena mengganggu privasi Anda, Bu Ivanka.” Maven melangkah masuk dan berhenti di sebelah Rhea. Dia dengan berani menyampirkan lengannya di pinggang ramping Rhea yang tersentak kaget lalu menatap serius Ivanka. “Tapi saya bersungguh-sungguh ketika mengatakan ingin menikah. Seperti yang Rhea katakan, kami pernah saling mencintai sebelumnya. Dan sekarang, saya masih mencintai Rhea. Karena sebelumnya dia punya pacar, saya mundur perlahan. Tapi setelah apa yang terjadi padanya, mana mungkin saya tetap diam saja.”Maven tiba-tiba membungkukkan badannya membuat Ivanka mundur karena terkejut. “Mohon untuk restui kami. Saya berjanji, selama kami menikah, saya akan memanjakannya dan membuatnya bahagia setiap hari.”Meninggalkan Ivanka yang tidak bisa berkata-kata, Rhea menatap Maven dengan tatapan rumit. Kenapa para pria selalu dengan mudahnya membuat janji yang sangat sulit?***“Apa kamu tidak bisa basa basi dulu sebelum mengeluarkan ultimatum tadi? Mamaku kaget karena kamu datang-datang bilang ingin menikah,” kata Rhea pelan ketika mereka berjalan menuju mobil Maven.“Toh, mamamu akhirnya setuju juga dengan pernikahan mendadak kita.” Maven meliriknya. “Ngomong-ngomong, aku pernah jadi mantanmu?”“Serius, apa itu perlu dijadikan perdebatan? Mama tidak akan percaya jika aku bilang seseorang datang dan membantuku begitu saja.”Berhenti di depan mobil, Maven membukakan pintu belakang untuk Rhea. “Kamu bisa mengatakan iblis datang membantumu.”Menyadari bahwa Maven sedang menggodanya sebab malam itu, Rhea yang malu berdecak dan segera masuk ke dalam. Maven yang tersenyum singkat kemudian menyusul Rhea. Dan Albar mengendarai mobil menuju kediaman keluarga Williams.“Jadi, sekarang kita akan bertemu dengan kakekmu?” tanya Rhea karena setelah mendapatkan persetujuan dari Ivanka, dia berkata kakeknya ingin Rhea mengunjunginya. Yah Rhea tahu setengah dari perkataan pria itu adalah bohong.Maven yang duduk di sebelahnya mengangguk. “Karena sudah kepalang dengan kebohongan yang kamu buat,” Rhea menatapnya dengan dahi mengerut tidak setuju. “berbohonglah sekali lagi di depan kakekku. Dia sudah tua, hal semacam ini pasti bisa juga menipunya.”Rhea mendengus pelan. “Lalu bagaimana dengan orang tuamu?”Pertanyaan itu membuat Albar yang diam segera menatap Rhea cepat dari kaca mobil bagian depan.Berbeda dari Albar, Maven menjawabnya dengan ringan, “Mereka sudah tiada.”“… Maaf. Aku turut berduka cita," Rhea berujar pelan.“Kamu akan menjadi istriku beberapa hari lagi. Berita itu harus aku beritahu. Ini sebenarnya bukan informasi penting, tapi karena kamu akan menjadi bagian dalam keluarga untuk beberapa tahun ke depan kamu perlu mengetahui beberapa hal yang terjadi di dalam keluarga besar Williams. Di sana kamu akan bertemu dengan adik dan ibu tiriku. Selain Kakek, kamu tidak perlu bersikap sopan dan baik pada siapapun, mengerti?”“.…” Mana mungkin Rhea begitu!Seperti di rumah Rhea sebelumnya, Maven tanpa basa-basi mengatakan akan menikah membuat Tony menatapnya dingin.Rhea pernah bertemu Tony Williams di acara amal tahunan di salah satu hotel ternama di ibu kota. Saat itu dia menemani orang tuanya dan menyapa Tony. Itu sudah lama dan Rhea tahu Tony tidak mungkin mengingatnya karena tak sedikit yang ingin menyapa seorang Tony Williams.Seperti kebanyakan para pebisnis, pria tua ini sangat berwibawa dan mengesankan. Namun ada satu hal yang membuatnya sedikit berbeda dengan pebisnis lain yang pernah Rhea temui. Pria tua ini memiliki aura tegas dan dominan yang jauh di atas yang lain. Dia membawa pengaruh yang besar pada sekelilingnya. Dia memiliki tatapan yang tajam walaupun sedang tersenyum atau tertawa. Seolah dia bisa menilai orang hanya dari wajah mereka saja. Yah mungkin karena dia sudah puluhan tahun berkecimpung dalam bisnis tersebut dan juga pengalaman hidupnya sudah banyak.Satu hal yang Rhea pelajari tentang Tony pada malam itu. Jan
“Anda sekarang dapat mencium pengantin wanita.” Rhea melirik ke atas tanpa mendongakkan kepalanya. Tanpa orang lain tahu, dia menggenggam tangannya dengan kuat. Ya, dia gugup. Rhea lupa tentang sesi ini. Dan mereka belum berlatih sebelumnya agar terlihat natural. Dia takut seseorang akan melihat kebohongan mereka. Di balik wajah tenang Rhea, Maven bisa melihat kegugupan yang terbaca di manik mata wanita itu. Dia menangkup wajah Rhea dan bertanya sangat pelan yang hanya bisa didengar mereka berdua saja, “Kamu juga belum pernah berciuman?” Dengan kerutan tidak senang di antara alisnya yang rapi, Rhea menjawab, “Tentu saja sudah.” Maven tersenyum tipis lalu berkata, “Kalau begitu izinkan aku.” Maven menundukkan kepalanya dan mendekati bibir Rhea. Dia mencoba yang terbaik yang dia bisa untuk tetap bergerak lembut agar Rhea bisa menikmati ciuman mereka. Dan nyatanya selang beberapa saat, dia bisa merasakan Rhea kembali santai. Itu ciuman yang menyenangkan. Lembut, tidak terburu-buru
Satu tangan berada di pinggang ramping Rhea, tangan lainnya menggenggam tangan kecil wanita itu. Dan Rhea membawa tangannya yang bebas ke bahu lebar Maven. Dengan lantunan musik yang lambat, mereka mulai bergerak perlahan. Maven menurunkan pandangannya ke bawah dan melihat Rhea yang tersenyum tipis dengan mata terpejam. Wanita ini menikmati dansa mereka. Dari yang Maven pelajari tentang Rhea, Rhea anak satu-satunya dari pasangan Roy dan Ivanka. Dia menjadi seorang kurator begitu menyelesaikan studinya di perguruan tinggi ternama. Dia anak yang populer di masa-masa sekolahnya dan berteman dengan siapapun tanpa pandang bulu. Masa depannya sangat cerah saat ayahnya masih menjalankan perusahaan finansial. Ayahnya Sosok yang patut dicontoh karena strateginya di tiap tahun selalu memberikan hal baru dan berkembang. Ketika Roy mulai sakit-sakitan, perusahaan itu dengan perlahan mulai kehilangan tumpuannya. Ya, kandidat paling kuat memang saudara Roy, Wisnu untuk mengganti posisinya. Tapi Ma
Tadi malam benar-benar hal yang luar biasa hebat. Maven tidak berbohong tentang staminanya. Setelah sesi pertama berakhir, tidak butuh waktu lama untuk Maven kembali bersemangat. Rhea bahkan belum selesai mengatur napasnya, atau paling tidak merapikan rambutnya yang berantakan di dahinya yang berkeringat. Pria itu sudah menariknya untuk duduk di pangkuannya dan kembali bergerak. Ketika Rhea kelelahan, dia hanya kembali membaringkan Rhea dan melanjutkan begitu saja. Yah, Rhea memang lelah, tapi dia sangat puas. Dia tidak tahu bercinta bisa terasa mengagumkan. Saking kagumnya, Rhea tidak menghitung berapa kali kegembiraannya datang. Dan sekarang Rhea merasakan sakit disekujur tubuh. Terima kasih untuk pria itu yang tidak mengerti kata ‘istirahat’. Biasanya, Rhea selalu bangun sangat awal. Namun pagi ini dia kesiangan. Tidak ada Maven, tidak ada Tony, tidak ada siapapun selain Gemma dan pelayan yang menyeduhkan teh untuk Gemma. Rhea hanya menyapa singkat Gemma sebelum pergi ke tempat k
“Merebut kekasih sahabat sendiri lalu beralasan itu takdir benar-benar menjijikkan.” “Bukankah dia tidak tahu malu?” “Tidak bisa dipercaya.” “Ya, berikan saja sampah seperti itu padanya.” Yang awalnya hanya berbisik pelan mulai terdengar jelas hingga ke indra pendengaran Andini dan Rhea. Perkataan Rhea ditambah rekan-rekannya sudah tidak bisa membuat Andini mempertahankan sikap tenangnya. Dia menghentakkan tangannya kasar hingga dia mundur sedikit ke belakang. Menatap Rhea dengan marah sejenak, Andini kemudian pergi dengan langkah cepat diiringi seruan cemooh. Apakah Rhea puas? Tidak, belum saatnya dia puas. Hanya karena wanita itu dipermalukan sekali tidaklah bisa mengobati luka di hatinya. Setelah kepergian Andini, beberapa teman kerjanya mengerumuninya hingga membuatnya sesak. Dan bertanya dengan wajah prihatin, “Kau baik-baik saja, Rhea?” “Kau pasti patah hati dan kecewa.” “Aku tidak apa-apa. Itu bukan masalah besar sekarang.” Rhea menjawab berusaha untuk menenangkan merek
Putik Art Centre sudah sepi pengunjung mengingat waktu berkunjung sudah berakhir 1 jam yang lalu. Rhea yang selesai mengurus seluruh lukisan di galeri mulai mengambil tasnya. Dari jauh, Rhea melihat Andini tengah berdiri di halaman depan Art Centre. Dia berhenti melangkah. Memejamkan matanya sebentar, menarik napas dalam, Rhea melanjutkan langkahnya. Mungkin karena mendengar suara hak sepatu, Andini segera menoleh. “Rhe.” Berhenti sebaris dengan Andini namun memiliki jarak yang cukup renggang, Rhea tidak menjawab dan hanya membuka aplikasi layanan transportasi dari ponselnya. Berpikir jika Rhea tidak mendengarnya, Andini menyapanya sekali lagi. Dan kali ini Rhea hanya meliriknya dari ekor matanya sebelum kembali fokus pada ponsel. “Aku memanggilmu sebelumnya. Apa yang menyita perhatianmu?” Andini mendekat dengan sikap akrab dan melihat ponsel Rhea. Setelah melihat apa yang Rhea lakukan, dia tertawa dalam hati. “Karena kalian sudah berpisah, kamu jadi menggunakan taksi. Aku pikir
“Kau tidak mengatakan dengan rinci tentang keluargamu.” Rhea membuka suara setelah Albar mengemudi.“Maksudmu tentang Naomi? Kalian bekerja di satu tempat yang sama. Aku pikir dia akan mengatakannya lebih dulu.”“Ya, dia melakukannya.” Rhea menanggapi dengan datar. “Dan aku terlihat seperti orang bodoh saat mengetahui itu darinya.”Maven meliriknya. “… Maaf. Aku tidak punya banyak waktu untuk mengenalkan keluarga Williams secara lengkap.” Yah, pria ini tidak bisa disalahkan juga. Mereka menikah terburu-buru dan banyak yang harus mereka urus untuk sebuah pernikahan 'sederhana'.“Tapi setelah ini, aku akan menjelaskannya agar kamu tidak terlalu kaget.”Rhea menatap Maven datar. Oh sungguh? Dia sudah mendengarnya dari Naomi dan juga sudah kaget.Melihat tatapan Rhea, Maven bergumam, “Jadi, Naomi sudah mengatakannya, ya …. Tapi aku pikir itu tidak lengkap. Aku akan menambahkannya nanti. Lalu, aku tidak tahu kau akan kembali bekerja hari ini. Pelayan di rumah Kakek mengatakannya ketika ak
“Ah!” Desahan dan erangan terus keluar dari bibir manis Rhea tiap kali Maven mendorong pinggulnya. Maven memperhatikan wanita yang membungkuk di atas tempat tidur dengan lututnya tanpa berkedip. Sebelumnya Rhea masih kuat menahan tubuhnya sendiri dengan tangannya. Namun lama-kelamaan setengah tubuhnya hingga wajah sudah menempel ke kasur. Dengan wajah Rhea yang menoleh ke samping, Maven bisa melihat fitur wajah Rhea walau ruangan cukup gelap. Matanya yang basah diliputi kesenangan. Rambut panjangnya menyebar berantakan di kasur tampak liar dan menampakkan punggung telanjangnya yang awalnya bersih kini penuh dengan tanda cinta darinya. Pelipisnya sudah berkeringat dengan bibir setengah terbuka. Dan tangan ringkihnya mencengkram erat seprai. Godaan seperti itu mana mungkin tidak membuat Maven menjadi lebih bersemangat? Hasratnya berkobar hebat. Dengan posisi membelakangi dan tetap menahan pinggang wanita itu agar tidak jatuh, gerakannya menjadi lebih kasar dan cepat.“Oh Lord.” Lagi,