Share

MPMP 5 Tangkapan Yang Besar

“Jadi kau punya pacar? Dan dia hamil? Kenapa aku tidak tahu? Segeralah menikah.”

“Aku bilang anak, bukan pacar.”

Tony menatapnya dalam diam dan seperti biasa Maven tidak terusik sama sekali. Dia dengan santai mengelap mulutnya lalu berdiri. Dia menunduk pada kakeknya lalu berkata, “Hati-hati di jalan nanti, Kek. Aku akan menghubungimu setelah kamu tiba di rumah.”

Maven berbalik dan mendekati pintu ruang privasi tersebut. Ketika dia memegang gagang pintu, suara kakeknya terdengar.

“Jauhi skandal jika ingin mempertahankan posisimu di perusahaan.”

Maven melirik ke samping.

“Hanya itu yang bisa aku katakan sebagai kakekmu, bukan sebagai Komisaris.”

Dan Maven pun keluar. Berjalan keluar dari restoran, Albar sudah berada di belakangnya dalam diam. Dia kemudian memberi perintah, “Cari beberapa wanita yang unggul yang belum menikah. Mau itu yang masih lajang atau bertunangan.”

“Baik,” Albar menjawab seperti robot.

Lalu tepatnya di malam itu, 5 hari kemudian Maven pergi ke unit Albar untuk melihat para kandidat. Dan begitu Maven keluar dari unit Albar, dia melihat sosok Rhea di luar apartemen sedang menengadah menatap langit.

Kembali ke masa sekarang, Maven menjawab, “Kamu cerdas. Dari keluarga terpandang. Kesehatanmu sangat baik. Cocok untuk melahirkan seorang penerus. Dan yang lebih penting kamu mencoba tampak tegar ketika kamu sedang rapuh. Intinya, kamu menarik.”

Sebenarnya itu terdengar menyedihkan untuk Rhea seolah wanita ada hanya untuk menjadi mesin pembuat bibit unggul. Namun orang yang sedang dia bicarakan di sini adalah seorang Maven Williams yang katanya bisa menjatuhkan musuh Rhea. Dari awal pria ini sudah mengatakan maksud tujuannya membuat usulan ini.

“Anda sudah mencari tahu tentang saya.”

“Hmm.” Maven tidak mengelak.

“Pasti bukan hanya saya 'kan?”

“Memang. Ada beberapa kandidat selain dirimu. Namun aku bertemu denganmu lebih dulu dibandingkan mereka.”

"Jadi maksud Anda, tadi malam Anda langsung menguji saya? Semacam wawancara?"

"Ya."

“Anda mengambil kesempatan itu dengan cepat,” Rhea bergumam.

“Aku akan membalas pertanyaanmu.” Marven duduk di seberang Rhea setelah meletakkan botol mineral di atas meja. “Apa kamu tidak menyesal? Kamu akan melahirkan bayi untukku dan mungkin saja aku tidak akan membiarkanmu mendekati putraku.”

Rhea mengerutkan dahinya. “Kita bahkan belum melakukannya bagaimana bisa Anda percaya diri jika saya akan melahirkan seorang putra?”

“Baiklah. Putri juga tidak masalah. Jadi?”

Rhea menunduk mengambil kertas di depannya. Dia menunduk seraya berkata pelan, “Setidaknya biarkan saya melihatnya sesekali.”

“…Oke.” Maven mengambil botol Rhea dan membuka tutupnya sebelum meletakkannya di depan Rhea. “Aku juga mencari tahu tentang perusahaan finansial ayahmu. Jika aku prediksi dengan benar, pamanmu akan mengambil alih dan membuang kalian berdua. Jadi aku akan mengakuisisi perusahaan finansial ayahmu menjadi anak perusahaan kami. Tenang saja, aku tidak akan mengambil uang sepeserpun dari sana. Aku akan menyerahkan seluruh penghasilanku dari perusahaan itu untukmu. Anggap saja sebagai jasamu membantuku. Jadi kamu bisa fokus pada pekerjaanmu di Putik Art Centre. Aku akan mencari orang yang dapat kamu percayai dan bertanggung jawab untuk memimpinnya.”

Maven mengetahui jika Rhea adalah seorang Kurator di Putik Art Centre tidak lagi mengejutkan Rhea. Ditambah lagi tentang pamannya, Rhea hanya bisa setuju dengan usulan itu. Dia mau tidak mau memikirkan kedepannya. Dia harus membuat ibunya hidup damai tanpa beban. Ya, demi kesejahteraan ibunya.

Ketika Rhea membaca poin kedua, dia kembali mengerutkan dahinya. “Akan ada pertemuan 3 kali seminggu di sini, apa maksud—” Rhea mendongak cepat. “Anda ingin saya melahirkan tanpa menikah?!”

“Kamu ingin menikah?”

“Tentu saja! Maksud saya, Saya tidak akan melakukan seks sebelum menikah.”

Maven menatapnya dengan tatapan tertarik. “Harta karun keluarga.”

Rhea membasahi bibirnya. “Saya memang wanita konservatif walaupun orang tua saya tidak mengekang saya. Dan itu adalah kebanggaan saya sebagai seorang wanita. Dengar, kita hanya menikah hingga anak itu lahir. Saya akan tinggal di rumah saya sendiri dan bertemu di sini sesuai dengan perjanjian ini. Jadi, Anda tidak akan dirugikan di sini. Jika Anda masih mempertahankan poin Anda sebelumnya, saya tidak akan setuju.”

Maven kembali terdiam lagi untuk berpikir baik dan buruk untuk kedepannya lalu mengangguk singkat. “Baiklah. Bukankah ini namanya tawar menawar? Aku akan setuju. Tapi kita harus tinggal bersama.” Kakek tua itu akan curiga jika Marven pisah rumah dengan istrinya, pikirnya.

“Baiklah. Lalu saya ingin pernikahan yang sederhana. Hanya keluarga kita saja yang hadir.”

Maven meliriknya cepat. “Aku … terkejut.”

Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan pikir Rhea yang menatapnya datar.

“Boleh tahu kenapa? Apa kamu tidak memiliki pernikahan impian?”

“Percuma saja membesar-besarkan acara jika hasil akhirnya kita akan bercerai,” Rhea berkata pelan kembali membaca kontrak mereka.

“Oke ….” Maven menyetujuinya. "Kita akan menikah sampai kamu melahirkan anakku. Lalu pembagian harta-"

"Penghasilan dari perusahaan finansial sudah cukup untuk saya. Anda hanya perlu menepati janji Anda untuk membiarkan saya melihat anak saya walaupun Anda menikah lagi nanti."

Bicara tentang pernikahan lagi di saat dia belum menikah membuat Maven mengedikkan bahunya tidak peduli. "Baiklah. Tapi maaf, kita harus menikah secepatnya. Apa itu tidak masalah untukmu?"

"Memangnya kapan?"

"Tiga hari lagi," Maven berkata tanpa berpikir. "hari ini aku akan membicarakan ini dengan ibumu lalu aku akan membawamu menemui kakekku."

Rhea memejamkan matanya dan menghirup napas dalam-dalam. Mungkin itu terlalu cepat dan bisa saja Ibunya tidak akan percaya dengan pilihan Rhea. Tapi memikirkan bahwa perusahaan ayahnya harus diselamatkan terlebih dahulu, dirinya pun mengangguk. "Baiklah."

"Lalu bisakah kamu lebih santai ketika berbicara? Formalitas itu tampak kaku. Kakekku akan berpikir aku memaksamu menikahiku."

"Pftt." Untuk pertama kalinya di keadaan duka ini Rhea tertawa. Menutup mulutnya, dia dengan cepat meminta maaf. "Oke. Aku akan berusaha. Ngomong-ngomong, sangat mudah membuat proposal dengan orang rapuh, iya kan?"

Lagi-lagi, Maven tidak menampik.

Hanya dalam hitungan menit, Albar sudah menyelesaikan kontrak yang baru membuat Rhea tidak bisa tidak terpukau atas cekatannya Albar. Maven menandatangi dan memberikan cap stempelnya sebelum menyerahkannya kepada Rhea.

Di saat Rhea ingin menandatangi kertas itu di sebelah tanda tangan Maven, dia tidak sengaja melihat cap nama dan jabatan Maven di sana.

"TW Group ...." Rhea membacanya dengan lambat. Dan detik berikutnya matanya terbelalak kaget dan berseru, "TW Group? Kamu CEO dari TW Group, perusahaan multinasional teknologi itu?!"

"Ya. Ada masalah?"

Tanpa mengalihkan tatapannya pada nama perusahaan terknologi terbesar di Indonesia, Rhea tidak bisa menutup mulutnya. Pantas saja Maven mengatakan dengan ringan bahwa dia dapat menjatuhkan mantan kekasih dan sahabatnya. Rhea dengan perlahan menyeringai. Sepertinya dewi keberuntungan memang ingin Rhea menerima proposal Maven.

"Celadon e-commerce bukankah anak perusahaan TW Group?"

“Benar. Ada apa? Kamu menginginkan Celadon sebagai bayaran perceraian?”

Tentu saja bukan itu yang Rhea inginkan. Seringaian Rhea semakin lebar. "What a coincidence .... Bajingan itu bekerja di sana sebagai CEO Celadon."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status