Share

menyetujui

Kirana menjerit histeri. Meskipun goresan yang diberikan oleh Keivan tidaklah dalam, tapi mampu memberikan sensasi perih bagi seorang Kirana yang tidak pernah terluka.

Kirana begitu ketakutan. Mungkin sekarang pipinya yang tergores, bagaimana jika nanti belati itu menancap masuk ke tubuhnya? Kirana tidak dapat membayangkan hal itu. Ia menangis, mohon agar Gibran menolongnya.

“Gibran, aku mohon. Tolong turuti keinginannya. Aku takut,” rintih Kirana.

“Gimana? Apa kau sudah memutuskannya?” Tanya Keivan. Ia menarik sebelah sudah bibirnya. Menyeringai.

Gibran bergeming, tidak ada sahutan darinya.

“sayang,” panggil Kirana lagi dengan suara lirih. Ia begitu yakin jika Gibra akan melakukan apapun untuknya. Kirana tahu sebucin apa Gibran kepadanya.

“Apa mulutmu itu akan berbicara ketika gadis ini kehilangan nyawa?” kembali Keivan melontarkan pertanyaan.

“Sorry Kirana. Aku tidak bisa menolongmu,” ucap Gibran pada akhirnya.

“Apakah Pulau itu lebih berarti daripada diriku? Bukannya kamu memil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status