Share

bertemu

Galih membuka matanya manakala Arunika menyapa dunia. Ia menyibakkan gorden kamarnya, menikmati keindahan yang disajikan alam dari atas gedung pencakar langit.

Galih tersenyum miring, ia menertawakan dirinya. Segitu tidak berartinyakah dirinya bagi putra kesayangannya?

Galih masih betah berada di sana hingga mentari sudah menyinari bumi. Ia mengusap setetes embun yang membasahi pipi.

Sudah lama matanya tidak berair, tapi setiap kali mengingat anak kesayangannya, matanya pasti kelilipan.

Lagi, lelaki sepuh itu menertawakan dirinya.

Galih baru beranjak dari sana mana kalah mendengar ketukan dari pintu kamarnya.

“Masuk,” ucapnya dengan suara serak khas orang tua.

“Tuan, waktunya sarapan,” ucap sang pengawal sambil membawa nampan berisi makanan.

Setelah sarapan, Galih beserta pengawalnya kembali melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.

Sebuah kota di tengah pegunungan menjadi tujuan dari seorang Galih kyller pagi ini. Kota dingin tanpa salju itu memang cukup memanjakan mata.

“Kita lurus s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status