Share

panik

Karena pintu yang dari tadi diketuk tak juga kunjung terbuka tiada pula sahutan dari dalam sana membuat Neimara semakin ketakutan. Feeling-nya mengatakan sesuatu yang buruk sudah terjadi kepada anak sematawayangnya. Ia memutarkan tubuhnya, lalu berlari ke bawah, menghampiri suaminya untuk memberitahu situasi yang tidak baik ini.

Usia yang tidak lagi muda membuat Neimara ngos-ngosan ketika ia sampai diambang pintu kamar.

“Abang. Anak kita, Abang,” ucap wanita itu panik.

Revan yang sedang menatap keluar jendela, mengalihkan pandangannya ke arah sang istri yang terlihat masih ngos-ngosan di ambang pintu.

“Anak kita kenapa, Sayang?” tanya Revan seraya berjalan menghampiri sang istri.

Beginilah Neimara, jika sedang panik otaknya sulit bekerja.

“Kirana, Bang. Kirana!” Neimara tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya. Nafasnya tercekat Karena kelelahan berlari.

Wanita itu ingin menjelaskan secara singkat, padat, dan terperinci, tapi ia bingung harus mengatakannya seperti apa, karena Ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi kepada putrinya.

Revan mencoba menenangkan istrinya itu, ia melangkah ke samping mengambil segelas air yang terletak di atas nakas. “minum dulu, Bun!” tangan Revan terulur, menyerahkan segelas air mineral kepada sang istri.

Hanya dengan sekali tegukan Neimara sudah mengosongkan gelas yang diberikan oleh suaminya.

“Coba atur nafas dulu,” ucapan Revan mencoba bersikap tenang meskipun sebenarnya hatinya mulai kocar-kacir memikirkan apa yang menimpa Putri mereka.

Neimara mengikuti saran sang suami hingga nafasnya mulai teratur.

“Sekarang coba ceritakan Ada apa dengan Kirana?” ujar Revan setelah melihat keadaan sang istri yang mulai membaik.

“Aku juga nggak tahu apa yang terjadi sama Kirana. Pintunya terkunci dari dalam karena memang semalam aku yang memintanya.” Neimara meremas ujung-ujung tangannya untuk menghilangkan kekhawatiran yang sedang melanda. “Sudah hampir lima belas menit aku menunggunya, tapi tetap tidak ada sahutan dari dalam sana, Abang. aku khawatir anak kita kenapa napa! Tidak biasanya ia tidak menjawab jika aku memanggilnya!” papar wanita paruh baya itu.

“Mukin dia sedang khusyuk berzikir. Mengingat besok adalah hari yang bersejarah untuknya,” ujar Revan masih terlihat tenang.

“perasaanku nggak enak, Bang. Aku akan ambilkan kunci cadangan kamar Kirana,” ucap Neimara yang masih khawatir sebelum memastikan sendiri keadaan putrinya baik-baik saja.

Naimara berjalan mendekati nakas yang ada di kamarnya, lalu menarik lacu untuk mencari kunci cadangan kamar Putri semata wayangnya itu. Ia sengaja menyimpan kunci cadangan di kamarnya supaya disaat keadaan terdesak seperti ini tidak kelimpungan mencarinya.

“Ayo, Bang.” Naimara menarik lengan suaminya agar ikut bersamanya.

Tanpa perlu ditarik pun sebenarnya Revan akan ikut bersama istrinya itu karena lelaki paruh baya itu juga mengkhawatirkan keadaan anak tunggalnya itu.

Begitu tiba di depan pintu kamar Kirana,p Revan mencoba kembali mengetuk pintu kamar putrinya itu sebelum membuka paksa dari luar.

“Sayang... Kirana... Kamu di dalam kan? Kamu baik-baik aja kan, Nak?” tanya Revan dengan terus mengetuk pintu kamar Kirana.

Hening.

Tidak ada sahutan dari dalam sana.

“udahlah bang cepet dibuka. Aku udah memanggilnya dari tadi,” desak Neimara tidak sabaran.

Revan mengambil alih kunci dari tangan istrinya, lalu membuka paksa kamar Kirana dari luar.

Setelah beberapa kali mencoba memutarkan kunci dan menekan hazel pintu, pintu pun terbuka.

Neimara langsung berhamburan ke kamar Kirana untuk melihat keadaan sang anak. Namun, hanya ada kesunyian yang wanita paruh baya itu temukan di sana. Wanita cantik di usia senja itu tetap tidak putus asa, Ia mencoba mencari ke kamar mandi milik sang anak. Namun, lagi-lagi pil kekecewaan yang harus wanita paruh baya itu terima karena Putri mereka tidak berada di sana.

Bukan hanya Neimara yang panik ketika tidak melihat keberadaan Kirana di kamarnya, tapi Revan pun sama halnya bahkan pria itu sampai mencari ke dalam lemari pakaian milik Kirana.

Otak pasutri itu seketika ngeblank. Namun, tanpa mereka sadari ada satu hal yang mereka lewatkan, saking paniknya mereka sampai tidak sadar jika pintu yang menuju ke balkon kamar Kirana tidak terkunci.

Raziq yang baru saja keluar dari kamarnya melihat abang dan kakak iparnya sedang mondar-mandir di kamar Kirana segera menghampiri mereka.

“Ada apa Bang?” tanya Razi ketika ia melihat raut kekhawatiran dari pasutri paruh baya di hadapannya itu. Ditambah dengan Neimara yang terus saja mondar-mandir seperti setrika rusak.

“Kirana tidak ada di kamar, dek,” jawab Revan.

“mungkin dia udah turun ke bawah, atau mungkin lagi di kamar mandi,” ujar Raziq menebak kemungkinan yang mungkin saja terjadi.

“mana mungkin dia ke bawah sementara kami harus membuka paksa pintunya dari luar,” Revan menjelaskan.

“Terus di kamar mandi enggak ada juga?” tanya Raziq yang mulai ikut panik.

“Kami udah mencarinya ke setiap sisi ruangan ini, tapi enggak ada,” ungkap Neimara frustasi. Buliran bening sudah membanjiri pipi mulusnya. Nggak mungkin kan anaknya diculik sama dedemit?

Raziq yang mendengar penjelasan dari kakak iparnya, langsung balik kanan dan berlari ke bawah untuk memberitahu yang lain agar mereka bisa sama-sama mencari Kirana di setiap sudut ruangan dan juga halaman.

Percaya atau tidak hal mistis itu pasti ada. Mungkin saja Kirana dibawa demit, begitulah pemikiran Raziq

“Abang, anak kita kemana? Bagaimana mungkin ia menghilang sementara semua pintu terkunci?” tanya Neimara. Kini wanita itu menyandarkan tubuhnya ke dada bidang sang suami dengan air mata yang terus membanjiri pipi. Wanita itu merasakan kepalanya berat tubuhnya linglung dan tiba-tiba saja ia ambruk. Untung saja Revan dengan sigap menangkap tubuh sang istri, jika tidak bisa dipastikan Neimara sudah tidur cantik di atas lantai.

Revan mengangkat tubuh istrinya ala bridal style lalu membaringkannya ke tempat tidur Kirana.

Revan mencoba untuk tenang agar ia bisa berpikir dengan jernih.

Revan mencoba mengedarkan pandangan kesetiap sisi ruangan putrinya itu. Jika memang Kirana kabur, setidaknya ia pasti meninggalkan secarik kertas untuk orang tuanya bukan? Namun, Apa yang membuat anaknya itu kabur di malam pernikahannya? Lagian tidak ada hal aneh dari kamar Kirana.

Jika anaknya itu dibawa demit, pasti akan ada pintu yang terbuka karena tidak mungkin Kirana bisa tembus dinding.

Seketika mata Revan melotot ketika ia mengingat tadi ketika dirinya mencari Kirana ke balkon, pintunya tidak terkunci.

Revan seketika bangkit dari duduknya dan berlari keluar. Ia memerhatikan keadaan di balkon kamar Kirana. Kirana tidak mungkin melompat dari balkon ke dahan pohon mangga yang tidak jauh dari balkon kamarnya.

Athirah langsung menyusul ke kamar Kirana begitu mengetahui keponakan suaminya itu hilang.

Athirah meletakkan botol minyak kayu putih ke dekat hidung Neimara untuk menyadarkan kakak iparnya itu.

Neymar tersadar dari pingsannya dan kembali menangis histeri.

Orang tua mana yang tidak akan bersedih ketika mengetahui keadaan putrinya sedang tidak baik-baik saja.

Tangis Neimara terhenti ketika Revan menghampirinya dan mengabarkan sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan

“Apa?” pekik wanita paruh baya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status