Selena tak tahu jawaban pasti yang diinginkan Damian tentang siapa yang akan dia pilih. Namun, dia sedikit khawatir jika jawabannya akan berpengaruh pada Axel atau Jovan sendiri. Walau, pada akhirnya dia tetap akan memilih Damian, mengingat kehamilannya saat itu.
“Bagus. Kalau begitu, persiapan dirimu untuk pergi ke sebuah pesta. Kau pastinya belum pernah menghadiri pesta seperti ini sebelumnya. Jangan sampai mengacaukannya. Juga, kau mungkin akan bertemu Axel di sana karena dia pastinya sudah tahu jika aku akan datang ke sana. Dia pasti berharap kau pergi ke sana bersamaku.”Selena mengernyit dan menatap Damian sedikit bingung. Dia ingin mempertemukan dirinya dengan Axel atau justru sengaja membuatnya malu di depan Axel karena kehamilannya?“Baik,” jawabnya.***Axel menatap informasi yang dia dapatkan dari seseorang terkait jadwal kegiatan Damian. Sesuai perkiraan Damian, jika Axel mengetahui kalau dirinya akan pergi ke sebuah pestHari itu, Grace menggunakan gaun berwarna biru navy yang secara dengan setelan yang digunakan Luca. Benar-benar menunjukkan jika mereka adalah pasangan. Grace tersenyum manis menatap penampilannya sendiri di cermin kamar Selena. Dia tengah menantikan kesiapan Selena. Tak lama kemudian, Selena keluar dari kamarnya, dan menunjukkan dirinya yang telah dibalut sebuah gaun yang telah dipesankan Luca sebelumnya. Tampak gaun itu sangat tepat ukurannya, melekat pada bentuk tubuh dan warna kulitnya. Belum lagi, dia juga sudah didandani saat itu. “Wah...” Grace menatap Selena sambil tersenyum lebar. “Jangan memberikan ekspresi seperti itu!” Selena sedikit cemberut, sepertinya dia tidak terbiasa dengan reaksi Grace saat itu. Grace kemudian tertawa. “Kau luar biasa. Itu pujian, tahu!““Ini benar-benar pas di tubuhku. Aku tidak ingat pernah mengukur tubuhku sebelumnya.” Grace terdiam sejenak dan memberikan senyum canggung. Ada beberapa h
Malam itu, selama di pesta, Selena hanya bisa berada di sekitar Damian. Mengikutinya ke mana pun dia pergi, karena lingkungan baru untuknya saat itu membuatnya merasa tidak nyaman sama sekali. Belum lagi, pandangan orang-orang terhadapnya dan cara mereka membicarakannya. “Kupikir kau hanya akan datang sendirian, mengingat Luca mendapatkan undangannya sendiri,” ucap seorang pria yang sepertinya menjadi center dalam acara malam itu, pengantin pria, Fayol.“Aku tidak akan berangkat sendirian, apa pun yang telah terjadi,” balas Damian dengan tenang. Damian sendiri tahu niat buruk Fayol yang mungkin memang sengaja meledeknya dengan memberikan Luca undangan terpisah. Dan jika dia datang sendirian sesuai keinginannya, dia akan meledeknya mengingat Damian bisa dibilang tak punya satu wanita pun di sisinya saat ini. Fayol menatap Selena yang tampaknya gugup sekaligus tidak nyaman. Dilihatnya tangan Selena yang mencengkeram kuat lengan Damian saat itu.
Harvest terengah-engah, dia nyaris tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Dia berusaha bangkit setelah mendapatkan bekas cambuk di seluruh tubuhnya. Perih dan nyeri yang tidak pernah bisa dia gambarkan sebelumnya tengah dirasakannya. Dia menghela nafasnya berat, merasa tersiksa. “Ah, yang benar saja. Dia benar-benar melakukan ini karena gadis itu? Seberapa spesial gadis itu untuknya? Haruskah aku bermain-main dengan anaknya juga?” Harvest mendesis pelan, berusaha berdiri tegak, dia benar-benar kesakitan saat itu. Harvest kemudian menatap tangannya, di mana terdapat ada sesuatu yang telah ditanamkan dalam tangannya. Dan dia cukup khawatir alat itu rusak dikarenakan cambukkan yang dia dapatkan. “Dia sangat sensitif sekali, semoga saja alat ini tidak rusak karena cambuk sialan itu,” umpatnya. Harvest menekan sebuah tanda yang telah diberikan di lengannya tersebut. Dia menekan kulitnya sendiri seperti tengah mengendalikan sebuah remote atau tombol
Damian mendengus kesal. Dia kemudian mengangkat Selena yang sekarang berada di tangannya. Grace dan Luca tampaknya bingung harus berbuat apa karena tidak ada di tempat kejadian saat semua itu terjadi. Para tamu juga kelihatannya masih syok.Pembawa acara malam itu berusaha menenangkan suasana yang menegang dan mengusahakan semuanya akan baik-baik saja. Bagian keamanan juga berusaha untuk mencari pelaku yang mendorong Selena. Namun, si kepala pelayan itu tidak lagi terlihat di tempat dan beberapa tamu memberikan kesaksian jika wanita itu pergi begitu saja dengan cepat. Damian membawa Selena keluar dari ruangan sambil menunggu ambulans tiba. Mereka harus mengecek kondisi Selena lagi untuk memastikan tidak ada yang serius setelah apa yang terjadi. Sementara itu, sosok Axel datang ke pesta itu. Dia sendiri mendapatkan undangan dari mempelai wanita. Axel datang sendirian malam itu. Saat hendak memasuki ruangan, Axel melihat Damian yang membawa Selena di tanga
Selena telah mengganti bajunya malam itu. Dan dia teringat akan Axel yang berani menghampirinya dan secara langsung bertanya keadaannya. Namun, saat itu dia masih dalam keadaan syok untuk setidaknya melihat wajah Axel. Dia juga punya sesuatu untuk dibicarakan dengan Axel. “Jangan bilang kau memikirkan tentang Axel,” ucap Damian tiba-tiba, seolah dia bisa mendengar isi hati Selena saat itu. “Tidak, kok. Aku hanya memikirkan yang baru saja terjadi. Ngomong-ngomong, terima kasih karena sigap tadi. Kupikir aku akan mengalami patah tulang atau keguguran begitu aku jatuh,” balas Selena. “Memang itu yang akan terjadi jika kau benar-benar membentur secara langsung ke lantai.” “Untuk itulah, aku berterima kasih padamu.” Selena menatap Damian sambil tersenyum kecil, lantaran tindakan Damian tadi cukup mengejutkan dan menurutnya adalah tindakan yang manis. Damian tak menjawab. Dia hanya menghela nafasnya, melirik Selena yang berada di kasurnya.
“Itu seperti aku baru saja mengeluarkanmu dari semua masalah hidupmu, membuatmu melarikan diri dari semua itu,” sahut Damian, reaksinya terlihat seperti dia bangga dengan fakta itu. “Benar! Lalu kau menyeretku ke masalah baru,” balas Selena dengan cepat. Ekspresi Damian langsung berubah lagi, dia terlihat mengernyitkan dahinya. Sementara Selena sempat menahan tawanya saat melihat ekspresi Damian, namun dia berusaha terlihat senetral mungkin. Cukup lucu bagaimana mereka mulai berinteraksi dengan lebih santai. “Kau bilang apa?” Damian menyeret tubuhnya untuk mendekati Selena. “Aku tidak bilang apa-apa,” jawab Selena. Sementara Damian sedang tak ingin memperpanjang itu, dia hanya menghela nafasnya. Ditatapnya sosok Selena yang mulai membiasakan diri untuk berada di dekatnya. Damian memegangi keningnya, entah kenapa keningnya terasa pening mengingat semua masalah yang terjadi. Selena mencondongkan tubuhnya. Dia teringat akan Ax
Melihat Damian dan Selena yang sarapan bersama pagi itu berhasil membuat Luca tersenyum senang saat makan bersama mereka. Damian dan Selena sepertinya cukup akur saat ini. “Hari ini Anda tidak punya jadwal khusus di luar. Ada beberapa dokumen yang perlu ditandatangani, tapi Anda bisa mengerjakannya dari sini,” jelas Luca. “Kau sendiri, apa ada acara khusus hari ini?” tanya Damian. “Tidak, saya sudah mengosongkan hari ini karena pesta semalam, saya akan beristirahat hari ini.” Damian menganggukkan kepalanya dan melirik Selena yang menyimak pembicaraan mereka. Selena membalas tatapannya sebentar dan fokus kembali pada makanan yang ada di depannya.Di pagi yang tampaknya sedang cerah dan baik-baik saja, mendadak menjadi sedikit tegang saat sebuah panggilan masuk ke handphone Luca. Luca menghela nafasnya dan menjawab teleponnya itu sambil bangkit dari tempat duduknya dan menjauhi meja makan. Tak lama kemudian, Luca mendekati Dam
“Kami tidak terlibat dalam one night stand, dia sudah berada di sini cukup lama. Jauh lebih lama,” jawab Damian dengan tenang, dia sebenarnya tidak begitu terganggu dnegan pandangan ayahnya. Sementara Hendry menghela nafasnya dan menatapi Selena yang terlihat tegang. Dia memperhatikan sikap Damian pada Selena juga. Putranya sepertinya tidak tertarik untuk menenangkan Selena sama sekali. Latar belakang Selena yang memang bisa disebut tidak jelas akan sangat mempengaruhi reputasi dari keluarga Sagaras juga tentunya. Jika Damian bisa mendapatkan wanita yang setidaknya dikenal oleh kalangan orang-orang seperti mereka, meski tidak punya kekuatan, itu akan lebih baik. “Dia hanya menyandang nama Raguano. Hey, kau tahu siapa ayahmu itu?” Hendry menatap Selena dengan tatapan penasaran, nama belakang Selena sepertinya cukup mempengaruhinya terlwpas dari asal usul Selena itu sendiri. Selena mengangkat sedikit wajahnya dan menggelengkan kepalanya. Dia mel