Share

Bab 45

"Bunda kapan pulang?" Hatiku teriris mendengar rengekan bocah empat tahun itu.

Kenangan bersama gadis menggemaskan itu kembali terbayang di pelupuk mata, membuat rindu yang melanda terasa semakin menyiksa. Hampir dua tahun kebersamaan kami, membuat kami sudah seperti ibu dan anak kandung. Terlepas dari kesalahan Mas Elman, Zila adalah anak yang menyenangkan dan tidak merepotkan.

"Maaf sayang, Bunda nggak bisa pulang," ucapku dengan menahan isak. Rasanya tak sanggup mengatakan kalimat itu pada bocah polos itu. Dia tidak tahu apa-apa.

"Kenapa nggak bisa pulang? Bunda nggak kangen Zila?"

"Kangen sayang, kangen. Bunda kangen banget sama Zila." Tangis yang dari tadi kutahan akhirnya pecah. Kalimat yang Zila lontarkan terasa seperti tusukan pisau belati, sakit.

"Kalau begitu pulang, dong .... Zila juga kangen sama dedek bayi."

Ya Allah .... Aku benar-benar nggak tahu harus ngomong apa sama Zila, bagaimana menjelaskan situasi yang sebenarnya, bahwa aku dan papanya akan segera bercerai. B
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status