Share

Bab 9

“Mas apa kita beneran akan pergi?” tanyaku saat Mas Lian sudah selesai makan.

“Nggak.”

“Jadi kamu bohong ke Mama.”

“Saya akan pergi sendiri.”

Mataku menyipit mendengar jawaban ambiku darinya.

“Pergi sendiri?”

“Selama saya di Bali kamu nginep di rumah Bude.”

Hatiku mencelos.

“Artinya kamu berbohong sama Mama, Mas. Lebih baik tadi kamu bilang aja kalau gak bisa pergi, alasan banyak kerjaan atau gimana gitu.”

“Sama aja bohongkan, udah kamu gak usah pusing mikirin itu.”

Mas Lian unjuk diri dari tempatnya. Aku menarik napas panjang. Entah sampai kapan aku punya stok kesabaran untuk menghadapi kulkas dingin itu. Kesabaran ada batasnya dan aku tak bisa menjamin akan sabar selamanya.

Dari pada memikirkan Mas Lian aku memilih membersihkan meja makan dan mencuci piring kotor bekas makan malamku dangannya tadi. Tentang esok biarlah semua mengalir apa adanya.

Setelah menyelesaikan pekerjaan aku memilih istirahat. Gegas kaki ini melangkah ke kamar.

#

Paginya seperti biasa, aku menyiapkan sarapan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status