Share

Khawatir

Menjelang tidur malam, aku masih mengingat pembicaraanku dengan Bapak. Betapa Bapak begitu menyayangiku, mengingatkan aku supaya tidak salah jalan. Tapi aku juga penasaran dengan Romi. Apakah aku harus bertanya pada Bapak tentang Romi? Apa tanggapan Bapak kalau aku sampai menanyakan hal itu? Pasti Bapak akan menceramahi aku.

Seandainya Bang Jo seperti Romi, masih muda, ganteng dan pasti juga perkasa di… eh aku kok jadi ngelantur. Ingat Nova, kamu itu sudah punya suami. Aku hanya menggelengkan kepala, menyadari kebodohan ku. Tiba-tiba bayangan Bang Jo melintas di pikiranku.

“Kenapa geleng-geleng, Mbak?” Suara Septi mengagetkanku. Aku menoleh ke arahnya, aku pikir ia sudah tidur.

“E..enggak apa-apa, Sep. Aku pikir kamu sudah tidur.”

“Aku nggak bisa tidur, Mbak. Mungkin karena hatiku sedang bahagia, jadi seolah-olah mataku tidak mau terpejam sedikitpun ikut merasakan kebahagiaan hatiku.” Septi pun bangun dari tidurnya dan duduk di kasur.

“Ih, sok puitis kamu.” Aku tertawa.

“Mbak, apa yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status