Share

Kuper

“Benar kan Bu yang saya katakan tadi?” Warti masih saja penasaran.

“Memangnya kamu dengar ya suaranya Bik Cici tadi?” tanyaku.

“Enggak, saya kan tadi sibuk bungkus nasi. Saya tadi cuma melihat Bik Cici masuk ke rumah Ibu.”

“Kok kamu tahu yang dibicarakan Bik Cici?” Aku jadi penasaran, jangan-jangan memang tadi Warti menguping pembicaraan kami.

“Ibu kuper sih, jadi nggak tahu ceritanya! Bik Cici itu hobinya ngutang, alasannya seperti itu. Banyak kok yang bilang. Katanya Isti dapat beasiswa, berarti kan kuliahnya nggak bayar. Kok pakai alasan untuk bayar kuliah Isti.” Warti memberi penjelasan.

“Terus kalau dia pinjam uang itu dikembalikan nggak?” tanyaku lagi.

“Dikembalikan sih, tapi lama sekali, kadang-kadang gak utuh. Soalnya dia itu bayarnya nyicil. Kalau nggak dicatat, dia akan bilang kalau hutangnya sudah lunas. Kalau pinjam dua juta, kembalinya hanya satu juta setengah.”

Aku hanya manggut-manggut saja. Aku memang kuper gak tahu berita terupdate di dusun ini. Tahunya ya dari Warti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status