Kembali ke rumah kayu,
Morine dan Nina mempersiapkan alat-alat seperti obat-obatan, Perlengkapan berkemah seperti senter, Tenda, Alat-alat dapur, dll. Yurine berusaha menyemangati Lerry yang suram... Poidon dan Selon terbang untuk mencari makanan.
Semuanya terlihat mulai berjalan seperti biasanya hingga malam hari...
“Akhirnya malam yang ditunggu telah tiba...” Ujar Morine sembari bersantai di sofa.
“Iya.” Jawab Nina tersenyum.
“Ini sungguh memalukan. Kenapa lah aku selalu menjadi korban YAOI? Author penulis novel ini, kenapa dikau begitu tega padaku? (。﹏。*)” Ujar Lerry yang bersandar di pojok ruangan dengan suram dan tidak berwarna.
“Sudahlah... Lupakan yang sudah berlalu..” Kata Yurine dengan ekspresi wajah tersenyum sembari menepuk pundaknya.
“Ini semua gara-gara Morine ini. ╰(艹皿艹 ) Dia selalu saja menyebabkan aku sial.” Lerry mulai berulah :3 xD
“Diam kau kakek tua! Siapa suruh kalian himpit-himpit saya, ha?” Morine
Chapter selanjutnya akan dirilis pada 13 November 2021. Sekian terimakasih. :)
Mari kita kembali ke masa setelah Herby berhasil lolos dari invasi Grand Master Ando. Saat memasuki wormhole dan di dalam ruang bawah tanah evakuasi. “Apa-apaan ini? Kenapa planet ini bergetar?” Tanya Natasha yang sedang menahan ketidakstabilan gravitasi. Salah satu robot yang berada di dekatnya menjawab, “Sepertinya, armada Herby sedang berada dalam lubang cacing.” “Apa? Lubang Cacing? Kenapa bisa planet herby masuk ke lubang cacing?” Lei. “Sebenarnya Herby bukan planet, melainkan sebuah kapal angkasa yang super canggih dan super besar.” Jawab robot dengan nada datar. “Jangan lepaskan tangan kalian dari tiang itu.” Teriak Ibu Kepsuk sembari memegang sebuah tiang untuk menahan gravitasi. “Aku harap semua akan baik-baik saja.” Ujar Verto dengan nada pelan. Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya tiba di dekat Planet Asgardian. Gravity bot tampak menstabilkan Gaya Gravitasi Planet Herby agar bisa mengorbit Planet Asgardian dengan
Saat dalam perjalanan menuju ke camp, “Berduellah denganku sekarang!” Ujar Pria itu. Seketika semua orang yang ada tertuju pada mereka... Asami dan kawan-kawan terkejut saat mendengar pernyataan darinya. “Apa? Berduel denganku? Kenapa?!” Asami. “Aku tidak percaya kamu menjadi anggota dari Nina Squad. Aku ingin menguji kemampuan kalian!” Jawab Pria itu dengan tampang angkuh. “Hentikan itu! Kalian tidak boleh bertarung di sini!” Saat Lei melanjutkan perkataannya, tiba-tiba saja pria berambut biru tua itu muncul dari arah belakang dan menyerangnya dalam sekejap. Gadis marksman itu langsung terpental dan menabrak dinding hingga hancur. “Lei!!” Teriak Natasha yang menghampirinya. “Sekarang dengan begini, kamu sudah punya alasan bertarung kan?” Dengan tampang memuakkan, pria itu berkata. “Sialan kau! Beraninya kau menyakiti rekan kami.” Asami mulai terprovokasi. “Bagus, inilah yang kutunggu-tunggu.” “Kalau kal
Keesokan paginya pukul 7.00 tampak semua peserta sudah standby. Namun pada salah satu camp, “Verto Kun, Asami Chan... Bangun... bangun... sekarang udah siang loh.” Lei dan Natasha sibuk membangunkan mereka berdua. “Tunggulah. Aku masih ngantuk..” Jawab Asami sembari bergolek-golek di kasur. “Iya. Aku juga masih ngantuk.” Jawab Verto yang ikutan bergolek-golek di kasur. “Jangan seperti itu dong. Nanti Ibu Alma datang loh.” Lei. Tanpa diduga-duga seseorang langsung datang dan menyiram mereka berdua. “Aduh. Kok main siram-siram sih!” Ujar Asami yang tampak kesal. Saat melihat sosok yang menyiramnya, nyalinya langsung menciut. “Memangnya kenapa? masbuloh? Sekarang udah jam berapa? Cepat kumpul ke aula sekarang!!” Teriak Ibu Alma. “Baik, Bu.” Dengan panik anggota Nina Squad bergegas langsung menuju ke aula. Saat berada di ruang Aula, Ibu Alma mulai berpidato. “Baiklah semuanya. Terimakasih sudah hadir. Disini saya ingin meny
“Kalau begitu, aku ada sebuah misi untuk kalian.” Ujar Maha Master kepada Erina dkk... Mereka mulai mendengarkannya secara saksama. “Misi kalian, bantu Ria perbaiki kota Espadla dalam beberapa hari ini. Dan juga sebagai hukuman akademis, Asami dan Martin akan tidur sekamar.” Maha Master. “Apa? Tidur sekamar dengan si maniak petarung ini?” Asami tampak ogah. “Bagus... Inilah yang kunantikan.” Ujar Martin dengan ekspresi mesumnya. “No Komento!! Saya tidak mau mendengar alasan apa pun.” Maha Master. Asami sejenak langsung membisu. “Jadi setelah ini apa ada orang yang harus kami temui?” Lei. “Ada. Kalian berlima akan dibimbing langsung sama Kapten Ria.” Maha Master. “Mantul!” Jawab Verto dengan semangat. “Kalau begitu tolong bawa mereka ke dalam mobil terbang.” Maha Master memerintah salah satu prajurit robotnya. “Baik, Maha Master. Mari ikuti saya. Kita akan segera menuju kota Espadla.” Jawab Prajurit robot dengan
Kembali ke sisi Kota Netborn, Seperti biasa Saito melakukan rutinitasnya sebagai programmer di Planet Herby. Di meja kerjanya, dia tampak sedang mengetik koding sembari memantau jalur komunikasi Herby. “(Apakah seumur hidup kerjaku harus begini terus?)” Pikir Saito dengan jenuh. Beberapa saat kemudian, Wally datang. “Kapten... Aku menangkap sinyal misterius. Sinyal ini mengandung pesan yang disampaikan oleh Jenita.” Ujar Wally dengan panik. “Jenita?” Saito sejenak mengingat kembali... ::: FLASHBACK ::: Pada suatu ketika, saat berada di dalam Ruang kerja Maha Master, “Saito, ada sesuatu hal yang ingin kukatakan.” Maha Master. “Iya? Apa itu?” Saito. “Ini mengenai Jenita... Tapi sebelumnya apakah kamu sudah mengenalnya?” Maha Master. “Belum... Siapa dia?” Saito. “Jenita juga sama seperti Nina dan lainnya. Dia juga salah satu Kapten Master Legends. Dia gadis yang sangat ceria meskipu
Saat lepas landas, “Kalau begitu mari kita ke Planet Mardes.” Ujar Saito dengan nada datar. “Baik Kapten.” Jawab Wally tampak mempersiapkan instrumen. Mereka mulai memasuki wormhole. Beberapa waktu kemudian, mereka tiba di sistem Bintang Mardes. Diketahui bintang Planet Mardes merupakan Bintang Katai Merah dengan diameter sekitar 350.000 km. Bintang ini memiliki 6 planet yang mengelilinginya. Tiga planet diantaranya merupakan planet layak huni. “Sungguh menarik sistem bintang ini.” Saito. “Iya. Namun, Radiasi bintang induk planet ini 10x lebih kuat dari Bintang katai kuning pada sistem Tata Surya Asgardian." “Sekarang berapa jarak kita dengan Planet Mardes?” Saito. “Jarak kita dengan mereka sekitar 60 AU (sekitar 8.975.880.000 km).” Wally. “Mari kita instal alat ini.” Ujar Saito sembari menunjukkan sebuah alat yang akan dipasangkan pada pesawat. “Persiapan dimulai...” Wally mulai mengetik koding. Setelah
“(Aku harus cari cara lain untuk bertemu penyusup itu).” Gumam Yenny sembari duduk terdiam dengan memejamkan mata. Ekspresinya terlihat sangat datar. Kembali ke dalam hutan Maxar, “Ini sungguh menyenangkan... Aku tak menyangka, para robot-robot ini mudah tertular virus...” Ujar Wally sembari menuju ke kastil istana. “Jangan lengah. Petinggi mereka masih belum muncul. Mungkin saja, mereka sudah menyiapkan beberapa perangkap untuk menangkap kita. “Tenang saja..” Ujar Wally dengan senyuman menyeringai. Saat Wally tersenyum, dia tampak lengah. Di saat bersamaan, dia langsung terperangkap pada sebuah jaring yang tiba-tiba muncul (Mirip kayak jaring penangkap saat berburu hewan dihutan). “Kan sudah kubilang... Jangan lengah!” Saito. “Oya... Oya... Sepertinya kita sudah menangkap seekor mangsa.” Reni. “Tentu dong... Jebakanku pasti akan selalu berhasil.” Mifa. Namun, apa yang ditangkap mereka hanya sebuah boneka robot tanpa in
Setelah meninggal Planet Mardes dan berada di luar angkasa, Wally langsung menyerahkan sebuah surat gulungan kepadanya. “Master, mohon baca surat ini.” Wally. Tanpa ragu, Jenita langsung membuka surat gulungan tersebut. Dia tampak sangat terkejut ketika membaca tulisan alien tersebut. :v “Ini tidak mungkin... Selama ini, usahaku sia-sia.” Jenita mulai frustasi. Wally hanya bisa terdiam sembari menatapnya yang penuh dengan keputusasaan. “Maha Master menyuruh kami untuk mengantar Anda pulang. Sudah tidak ada gunanya Anda memata-matai kelompok Grand Master Zanuks.” Wally. “Tidak mungkin...” Jenita. Wally tampak mengetahui suasana atmosfernya dan memutuskan meninggalkannya. Robot ndut itu langsung kembali ke ruang kendali kapal untuk menemui Saito. “Bagaimana?” Saito. “Dia tampak sangat frustasi.” Wally. “Aku sepertinya merasakan hal yang buruk mungkin saja terjadi. Entah kenapa perasaan ini tidak enak.” Sai