Setelah meninggal Planet Mardes dan berada di luar angkasa, Wally langsung menyerahkan sebuah surat gulungan kepadanya.
“Master, mohon baca surat ini.” Wally.
Tanpa ragu, Jenita langsung membuka surat gulungan tersebut. Dia tampak sangat terkejut ketika membaca tulisan alien tersebut. :v
“Ini tidak mungkin... Selama ini, usahaku sia-sia.” Jenita mulai frustasi.
Wally hanya bisa terdiam sembari menatapnya yang penuh dengan keputusasaan.
“Maha Master menyuruh kami untuk mengantar Anda pulang. Sudah tidak ada gunanya Anda memata-matai kelompok Grand Master Zanuks.” Wally.
“Tidak mungkin...” Jenita.
Wally tampak mengetahui suasana atmosfernya dan memutuskan meninggalkannya. Robot ndut itu langsung kembali ke ruang kendali kapal untuk menemui Saito.
“Bagaimana?” Saito.
“Dia tampak sangat frustasi.” Wally.
“Aku sepertinya merasakan hal yang buruk mungkin saja terjadi. Entah kenapa perasaan ini tidak enak.” Sai
Chapter selanjutnya akan dirilis pada minggu kedua bulan ini. Terimakasih atas perhatiannya. ;)
Di dalam ruang kerja Istana, “Aku yakin, ini menjadi beban yang selalu dia bawa. Dia juga pernah menduga bahwa semua itu perbuatan dari Grand Master Zanuks.” Maha Master. “Jadi misi setahun yang master berikan itu?” Saito. “Itu semua hanya settingan saja.” Maha Master. “...” Saito dan Wally langsung terdiam. “Aku sebenarnya sengaja bilang seperti itu karena Jenita sendiri yang meminta. Dan juga mungkin dia tidak percaya padaku.” Maha Master “Aku merasa ini bakal menjadi rumit.” “Iya. Padahal sudah kuperingatkan dia agar jangan mendekati Grand Master Zanuks. Meskipun dia terlihat orang baik, tapi dia sangat licik.” Maha Master. “Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk Jenita.” Wally. “Untuk saat ini, kita biarkan saja dia untuk istirahat, setelah itu kita akan mengadakan rapat dengan kapten lain, membahas masalah Jenita. “Iya.” Jawab Saito. “Mungkin itu dulu. Kita akan bahas lebih lanjut pas rapat. Beristirahatlah dulu...” Ujar Maha Master dengan penuh perhatian. “Terimakasi
Ops... Kita sudah terlalu maju dalam alur cerita... xD Kembali beberapa minggu yang lalu pasca Invansi Herby. Nina, Para Homies, Nijiro, Morine, Lerry bersama Poidon, dan Selon melanjutkan perjalanan mereka. Tampak dalam perjalanan Yurine sedang beristirahat. Kali ini mereka berada di dalam sebuah Kapal pesiar yang dibuat oleh Spirit Hakuna. Dengan pemandangan lautan dan langit yang indah, mereka mulai menikmati waktu santai. “Wah... nyamannya. Lerry, tolong kamu poleskan tabir surya.” Gumam Morine berbaring terbalik dengan santai dengan baju bikini. “Dengan senang hati.” Dengan tampang mesum si Elf bejat, terus meremas-remas bagian punggungnya. Di sisi lain, “Ah... Akang...” Nina terlihat sedang bermesraan dengan modus. “Waduh, kamu jangan elus-elus dong. Adick ku bangun ini.” Dengan tersipu malu, Nijiro berkata. “Ini lah hidup. Selama ini aku belum pernah pacaran.” Komentar Poidon saat melihat aksi icha-icha mereka. “
Kembali ke Sebuah Pulau misterius tempat Nina berada, Yurine menerawang masa lalu dari tempat ini. Ini kejadiannya lebih tepat beberapa bulan yang lalu saat Kelompok Grand Master Zanuks bersama dengan Master Orion melakukan invansi... Salah satu pulau di suatu tempat, terlihat seorang Pria berkulit coklat, bertanduk putih, berambut putih, berpakaian minim (telanjang dada, hanya mengenakan celana panjang berwarna putih) dengan badan sebesar hulk sedang membantu para penduduk mereparasi kota. Salah seorang penduduk memberitahu... “Tuan, ini gawat! Kediaman Kerajaan Dragon Skyland diserang. Seseorang meminta Anda untuk segera kembali ke sana.” Ujar penduduk itu. Mendengar hal tersebut, pria itu langsung bertransformasi ke wujud naganya dan terbang. Namun, tanpa disangka itu adalah perangkap. Saat terbang, dia terkena jebakan dan terperangkap dalam sebuah sihir. Disana sudah ada sekelompok penyihir dan penjelajah angkasa yang menghampirinya. “Apa-apaan ini? Kenapa aku tidak bisa men
Kembali ke area pertarungan, “Size Manipulation : Area Shrinker Magic. Sekarang serang!” Setelah menyusutkan ukuran para monster, Morine langsung memerintahkan Homies Nina untuk menyerang. “Rasakan ini! Fire Style : Rain Fireball!” Sirius. “Thunder Release : Thunder Strike!” Rai. “Wind Release : Moon Cleave!” Windy. “Water Release : Water Slicer!” Shuu. Duar... Serangan para Homies cukup membuat ledakan yang lumayan. Mereka berhasil mengalahkan sebagian dari Monster Pakuya. “Clori, jangan jauh dariku!” Ujar Nijirou sembari meninju para monster tersebut. “Siap Master...” Clori. Di alam bawah sadar Nina, “Lacrima Kristal?” Nina tampak kebingungan. “Lacrima itu aku buat untuk tetap menjaga kesadaranku. Kalau kelima Lacrima itu hancur, aku tidak mampu menahan kekuatan ini lagi.” Ujar Grindrot sembari menahan rasa sakit. “Jadi apa yang harus lakukan?” Tanya Nina. “Pergilah menuju ke ruang bawah tanah. Disana ada jantungku. Hancurkanlah jantungku! Maka efek kutukan ini akan sege
Pada sisi yang berbeda, “Windi, bagaimana? Apakah kamu bisa mengalahkan mereka?” Tanya Sirius dengan bersemangat. “Ini sangat sulit. Sihir anginku tak bisa menebasnya. Sisiknya sangat tebal.” Windi. “Kalau begitu, gabungkan kekuatan kita, aku yakin serangan elemental intermediate bisa mengatasi monster-monster ini.” Ujar Sirius dengan percaya diri. Melihat ke PD-annya, Windi langsung mendekati Homie Matahari tersebut. “Sekarang, Sirius! Lakukan Combo sihir!” Windi. “Iya...” Respons Sirius. “Unison Raid : Scorch Storm!” Dengan kombinasi sihir Api dan Angin, membentuk sebuah Elemen baru yang bernama Elemen hangus. Serangan tersebut menciptakan Badai api yang sangat dahsyat hingga membuat daerah di sekitar mereka menjadi gosong. Beberapa waktu kemudian, “Kita berhasil mengalahkan semuanya.” Windi tampak gembira. “Iya... Itu berkat kombo sihir kita. Aku tak menyangka sihir anginmu bisa membuat serangan apiku meningkat berkali-kali lipat.” Sirius tampak terkesima. “Tentu, sihir an
Di di dekat dungeon, “Akhirnya kita sudah sampai. Di sinilah, dungeon yang dimaksud Master Nina.” Windi. “Ini lebih mirip seperti reruntuhan daripada sebuah dungeon.” Morine. “Iya. Ini semua akibat guncangan dahsyat hingga meruntuhkannya.” Sirius berkomentar dengan tersenyum berkeringat. “Sudah tidak ada waktu lagi, mari kita masuk!” Yurine. “Ok!” Di tengah perjalanan dalam dungeon, “kira-kira butuh berapa lama sih kita bisa sampai? Kok dari tadi rasanya gak sampai-sampai ya?” Shuu melompat-lompat layaknya smile. “Entahlah. Aku merasa ini dungeon lebih mirip seperti labirin.” Rai. “Jangan kamu bilang kalau kita tersesat.” Shuu. “Tidak mungkin...” Rai. Di waktu yang bersamaan, mereka berjumpa dengan Morine dkk. “Shuu, Rai!” Panggil Morine dari kejauhan. “Master Morine.” Rai dan Shuu langsung menghampirinya. “Sedang ngapain kalian disini? Jalannya disitu loh!” Ujar Yurine sembari menunjuk arah sembari merangkul Lerry. “Tapi bukankah ini labirin.” Shuu. “Sepertinya ini per
“Tidak akan kubiarkan kau melakukan itu!” Teriak Nina dengan suara yang cukup keras. Perlahan demi perlahan Grindrot mulai ditelan oleh kegelapan. “Grindrot, sadarlah! Kamu jangan sampai tertelan oleh kegelapan!” Nina berusaha untuk menyadarkannya, namun efek dari kekuatan iblis misterius tersebut sangat kuat. “Tidak mungkin, tidak mungkin aku membunuh mereka.” Dengan perasaan syok dan penuh dengan rasa bersalah, Grindrot terus memikirkannya. “Bagus.... bentar lagi, sepenuhnya jiwa dan pikirannya akan menjadi milikku.” Ujar Iblis itu dengan gembira. Melihat hal tersebut, sejenak Nina termenung. Dia tampak menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Sejenak dia teringat akan sesuatu hal saat bertemu dengan seseorang sewaktu masih kecil. ::: FLASHBACK ::: “Nina Chan, kamu jangan lupa... Selalu pancarkan cinta kasih dalam pikiranmu. Aku yakin, semua bakal akan baik-baik saja.” Ujar seseorang dengan suara ibu-ibu yang sangat tenang. “Tapi, bagaimana caranya itu guru? Tidak mu
“Apakah Nina sudah berhasil?” Morine tampak mulai bingung ketika ia melihat Nina tiba-tiba bangun dan dibawa Nijirou ke atas golem raksasa itu. “Sepertinya dia baru saja memulainya! Lihatlah! Dia sedang menarik Jiwa Iblis yang merasukinya.” Yurine. “Apa kita perlu menghampirinya?” Selon. “Tidak perlu, biarkan saja kita tetap disini dan lihat apa yang akan terjadi. Jika ada hal aneh yang terjadi, kita akan segera bertindak!” Poidon. Di atas golem raksasa tersebut, Nina langsung memancarkan manazone yang mengerikan. “Life or Die?” Dengan tatapan super seram, Nina langsung menggunakan sihir penarik jiwa. Seketika aura Nina menjadi sangat menyeramkan, tampak di belakangnya ada sesosok bayangan iblis kuno yang selama ini bersemayam di dalam tubuhnya. Iblis tersebut mulai ketakutan dan melemah. Nina perlahan mendekat. “(Apa-apaan ini kenapa kakiku juga ikut gemetar).” Nijirou juga tampak sedikit ketakutan. “Jangan mendekat! Siapa kau sebenarnya!?” Iblis tersebut terlihat berusaha unt