Sebelumnya terimakasih sudah bersedia membaca novel hingga chapter ini. Pada project novel ini, akan dilakukan perbaikan tata bahasa secara menyeluruh. Kemungkinan besar proyek perbaikan akan berlangsung selama beberapa bulan ini. Ditambah juga perlisian novel tetap akan dirilis setiap akhir minggu. Demikian yang dapat diumumkan, terimakasih <3...
Kembali ke area pertarungan, “Size Manipulation : Area Shrinker Magic. Sekarang serang!” Setelah menyusutkan ukuran para monster, Morine langsung memerintahkan Homies Nina untuk menyerang. “Rasakan ini! Fire Style : Rain Fireball!” Sirius. “Thunder Release : Thunder Strike!” Rai. “Wind Release : Moon Cleave!” Windy. “Water Release : Water Slicer!” Shuu. Duar... Serangan para Homies cukup membuat ledakan yang lumayan. Mereka berhasil mengalahkan sebagian dari Monster Pakuya. “Clori, jangan jauh dariku!” Ujar Nijirou sembari meninju para monster tersebut. “Siap Master...” Clori. Di alam bawah sadar Nina, “Lacrima Kristal?” Nina tampak kebingungan. “Lacrima itu aku buat untuk tetap menjaga kesadaranku. Kalau kelima Lacrima itu hancur, aku tidak mampu menahan kekuatan ini lagi.” Ujar Grindrot sembari menahan rasa sakit. “Jadi apa yang harus lakukan?” Tanya Nina. “Pergilah menuju ke ruang bawah tanah. Disana ada jantungku. Hancurkanlah jantungku! Maka efek kutukan ini akan sege
Pada sisi yang berbeda, “Windi, bagaimana? Apakah kamu bisa mengalahkan mereka?” Tanya Sirius dengan bersemangat. “Ini sangat sulit. Sihir anginku tak bisa menebasnya. Sisiknya sangat tebal.” Windi. “Kalau begitu, gabungkan kekuatan kita, aku yakin serangan elemental intermediate bisa mengatasi monster-monster ini.” Ujar Sirius dengan percaya diri. Melihat ke PD-annya, Windi langsung mendekati Homie Matahari tersebut. “Sekarang, Sirius! Lakukan Combo sihir!” Windi. “Iya...” Respons Sirius. “Unison Raid : Scorch Storm!” Dengan kombinasi sihir Api dan Angin, membentuk sebuah Elemen baru yang bernama Elemen hangus. Serangan tersebut menciptakan Badai api yang sangat dahsyat hingga membuat daerah di sekitar mereka menjadi gosong. Beberapa waktu kemudian, “Kita berhasil mengalahkan semuanya.” Windi tampak gembira. “Iya... Itu berkat kombo sihir kita. Aku tak menyangka sihir anginmu bisa membuat serangan apiku meningkat berkali-kali lipat.” Sirius tampak terkesima. “Tentu, sihir an
Di di dekat dungeon, “Akhirnya kita sudah sampai. Di sinilah, dungeon yang dimaksud Master Nina.” Windi. “Ini lebih mirip seperti reruntuhan daripada sebuah dungeon.” Morine. “Iya. Ini semua akibat guncangan dahsyat hingga meruntuhkannya.” Sirius berkomentar dengan tersenyum berkeringat. “Sudah tidak ada waktu lagi, mari kita masuk!” Yurine. “Ok!” Di tengah perjalanan dalam dungeon, “kira-kira butuh berapa lama sih kita bisa sampai? Kok dari tadi rasanya gak sampai-sampai ya?” Shuu melompat-lompat layaknya smile. “Entahlah. Aku merasa ini dungeon lebih mirip seperti labirin.” Rai. “Jangan kamu bilang kalau kita tersesat.” Shuu. “Tidak mungkin...” Rai. Di waktu yang bersamaan, mereka berjumpa dengan Morine dkk. “Shuu, Rai!” Panggil Morine dari kejauhan. “Master Morine.” Rai dan Shuu langsung menghampirinya. “Sedang ngapain kalian disini? Jalannya disitu loh!” Ujar Yurine sembari menunjuk arah sembari merangkul Lerry. “Tapi bukankah ini labirin.” Shuu. “Sepertinya ini per
“Tidak akan kubiarkan kau melakukan itu!” Teriak Nina dengan suara yang cukup keras. Perlahan demi perlahan Grindrot mulai ditelan oleh kegelapan. “Grindrot, sadarlah! Kamu jangan sampai tertelan oleh kegelapan!” Nina berusaha untuk menyadarkannya, namun efek dari kekuatan iblis misterius tersebut sangat kuat. “Tidak mungkin, tidak mungkin aku membunuh mereka.” Dengan perasaan syok dan penuh dengan rasa bersalah, Grindrot terus memikirkannya. “Bagus.... bentar lagi, sepenuhnya jiwa dan pikirannya akan menjadi milikku.” Ujar Iblis itu dengan gembira. Melihat hal tersebut, sejenak Nina termenung. Dia tampak menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Sejenak dia teringat akan sesuatu hal saat bertemu dengan seseorang sewaktu masih kecil. ::: FLASHBACK ::: “Nina Chan, kamu jangan lupa... Selalu pancarkan cinta kasih dalam pikiranmu. Aku yakin, semua bakal akan baik-baik saja.” Ujar seseorang dengan suara ibu-ibu yang sangat tenang. “Tapi, bagaimana caranya itu guru? Tidak mu
“Apakah Nina sudah berhasil?” Morine tampak mulai bingung ketika ia melihat Nina tiba-tiba bangun dan dibawa Nijirou ke atas golem raksasa itu. “Sepertinya dia baru saja memulainya! Lihatlah! Dia sedang menarik Jiwa Iblis yang merasukinya.” Yurine. “Apa kita perlu menghampirinya?” Selon. “Tidak perlu, biarkan saja kita tetap disini dan lihat apa yang akan terjadi. Jika ada hal aneh yang terjadi, kita akan segera bertindak!” Poidon. Di atas golem raksasa tersebut, Nina langsung memancarkan manazone yang mengerikan. “Life or Die?” Dengan tatapan super seram, Nina langsung menggunakan sihir penarik jiwa. Seketika aura Nina menjadi sangat menyeramkan, tampak di belakangnya ada sesosok bayangan iblis kuno yang selama ini bersemayam di dalam tubuhnya. Iblis tersebut mulai ketakutan dan melemah. Nina perlahan mendekat. “(Apa-apaan ini kenapa kakiku juga ikut gemetar).” Nijirou juga tampak sedikit ketakutan. “Jangan mendekat! Siapa kau sebenarnya!?” Iblis tersebut terlihat berusaha unt
Di dalam kamar kecil kapal, “Ada sesuatu hal yang ingin kuceritakan. Ini menyangkut waktu aku dikendalikan iblis. Aku merasa aku telah melakukan sebuah dosa yang tak terampuni. Di waktu kita pertama bertemu di alam bawah sadarku, aku sudah pernah bercerita bukan?” Grindrot. “Iya, aku sudah tahu kok.” Nina. “Aku merasa sangat menyesal.” Grindrot. “...” Nina terdiam dan mendengarkannya secara saksama. “Aku sungguh merasa menyesal. Andaikan saja waktu itu aku tidak terprovokasi, semua hal ini tidak akan terjadi.” Grindrot mulai meneteskan air matanya. “Itu memang benar. Setiap makhluk pasti pernah berbuat kesalahan. Aku juga pernah mengalaminya.” Dengan penuh perhatian, Nina berkata sembari memegang punggungnya. “Namun, bukankah kamu sudah bertemu dengan jiwa mereka. Mereka tidak menyalahkanmu. Justru mereka juga ikutan sedih kalau kamu terus berpikiran seperti ini.” Nina. “Tapi... Meskipun mereka bilang seperti itu, entah kenapa perasaanku masih belum tenang. Ada rasa penyesalan,
Di sisi timur pulau Caraka, tampak suasana disana merupakan lahan hutan yang luas. Disana tampak banyak sekali hewan buas yang berkeliaran. “Di sini ada banyak hewan buas.” Lerry. “Tenang saja, mereka tidak bakal berani menyerang kita.” Poidon tampak percaya diri. “Iyalah, kan kamu naga. Semua makhluk di sini pasti takut samamu.” Ujar Lerry tersenyum berkeringat. “Tentu dong.” Poidon tampak bangga. Namun, kenyataannya malahan di dalam hutan, tampak ada banyak gerombolan Monster Pakuya yang berhamburan dimana-mana. Para monster tersebut tampak mengepung mereka berdua. “Waduh, apanya mereka takut, malahan kita dikepung ini.” Lerry. “Tenang saja, kamu tinggal gunakan sihirmu saja, aku yakin mereka bakal gak bisa melawan.” Poidon. “Iyalah (-_-)... Kalau begitu aku coba dulu. White Magic : Heavenly Kimochi!” Lerry menggunakan sihir bejatnya ke kerumunan monster pakuya. Seperti biasanya, para monster tersebut tampak mulai lengah dan menikmati kimochi yang dibuat olehnya. Melihat kead
Di sisi barat Pulau Caraka, Nijirou dan Nina menemukan seorang bocah yang penuh dengan luka. “Papa... Mama...” Ujar bocah malang dengan pakaian yang terlihat seperti pakaian budak yang compang-camping. “Bertahanlah dik. Kamu sudah baik-baik saja.” Ujar Nina sembari menggunakan sihir penyembuh padanya. “Anak ini sepertinya kabur dari suatu tempat. Lihatlah tubuhnya... Penuh dengan luka cambukan.” Nijirou. “Kita perlu menginterogasinya. Aku yakin ada sesuatu hal yang tak baik telah terjadi setelah Grindrot dikendalikan.” Nina. Beberapa waktu kemudian, bocah malang tersebut mulai pulih. “Apa yang telah kamu lakukan? Menjauhlah dariku!” Dengan perasaan waspada, bocah itu mulai menjaga jarak sembari menggenggam sebuah ranting kayu. “Jangan begitu dong... Kami bukan orang jahat kok.” Nijirou mendekatinya. Tanpa diduga, bocah itu mulai beraksi. Saat Nijirou hendak memegang kepalanya, bocah itu langsung menendang selangkangannya dengan kuat. ‘crack’... Terdengar suara telur retak. Ras