“Kalau begitu, aku ada sebuah misi untuk kalian.” Ujar Maha Master kepada Erina dkk... Mereka mulai mendengarkannya secara saksama.
“Misi kalian, bantu Ria perbaiki kota Espadla dalam beberapa hari ini. Dan juga sebagai hukuman akademis, Asami dan Martin akan tidur sekamar.” Maha Master.
“Apa? Tidur sekamar dengan si maniak petarung ini?” Asami tampak ogah.
“Bagus... Inilah yang kunantikan.” Ujar Martin dengan ekspresi mesumnya.
“No Komento!! Saya tidak mau mendengar alasan apa pun.” Maha Master. Asami sejenak langsung membisu.
“Jadi setelah ini apa ada orang yang harus kami temui?” Lei.
“Ada. Kalian berlima akan dibimbing langsung sama Kapten Ria.” Maha Master.
“Mantul!” Jawab Verto dengan semangat.
“Kalau begitu tolong bawa mereka ke dalam mobil terbang.” Maha Master memerintah salah satu prajurit robotnya.
“Baik, Maha Master. Mari ikuti saya. Kita akan segera menuju kota Espadla.” Jawab Prajurit robot dengan
Chapter berikutnya akan dirilis pada 8 Januari 2022. Terimakasih atas perhatiannya. :)
Kembali ke sisi Kota Netborn, Seperti biasa Saito melakukan rutinitasnya sebagai programmer di Planet Herby. Di meja kerjanya, dia tampak sedang mengetik koding sembari memantau jalur komunikasi Herby. “(Apakah seumur hidup kerjaku harus begini terus?)” Pikir Saito dengan jenuh. Beberapa saat kemudian, Wally datang. “Kapten... Aku menangkap sinyal misterius. Sinyal ini mengandung pesan yang disampaikan oleh Jenita.” Ujar Wally dengan panik. “Jenita?” Saito sejenak mengingat kembali... ::: FLASHBACK ::: Pada suatu ketika, saat berada di dalam Ruang kerja Maha Master, “Saito, ada sesuatu hal yang ingin kukatakan.” Maha Master. “Iya? Apa itu?” Saito. “Ini mengenai Jenita... Tapi sebelumnya apakah kamu sudah mengenalnya?” Maha Master. “Belum... Siapa dia?” Saito. “Jenita juga sama seperti Nina dan lainnya. Dia juga salah satu Kapten Master Legends. Dia gadis yang sangat ceria meskipu
Saat lepas landas, “Kalau begitu mari kita ke Planet Mardes.” Ujar Saito dengan nada datar. “Baik Kapten.” Jawab Wally tampak mempersiapkan instrumen. Mereka mulai memasuki wormhole. Beberapa waktu kemudian, mereka tiba di sistem Bintang Mardes. Diketahui bintang Planet Mardes merupakan Bintang Katai Merah dengan diameter sekitar 350.000 km. Bintang ini memiliki 6 planet yang mengelilinginya. Tiga planet diantaranya merupakan planet layak huni. “Sungguh menarik sistem bintang ini.” Saito. “Iya. Namun, Radiasi bintang induk planet ini 10x lebih kuat dari Bintang katai kuning pada sistem Tata Surya Asgardian." “Sekarang berapa jarak kita dengan Planet Mardes?” Saito. “Jarak kita dengan mereka sekitar 60 AU (sekitar 8.975.880.000 km).” Wally. “Mari kita instal alat ini.” Ujar Saito sembari menunjukkan sebuah alat yang akan dipasangkan pada pesawat. “Persiapan dimulai...” Wally mulai mengetik koding. Setelah
“(Aku harus cari cara lain untuk bertemu penyusup itu).” Gumam Yenny sembari duduk terdiam dengan memejamkan mata. Ekspresinya terlihat sangat datar. Kembali ke dalam hutan Maxar, “Ini sungguh menyenangkan... Aku tak menyangka, para robot-robot ini mudah tertular virus...” Ujar Wally sembari menuju ke kastil istana. “Jangan lengah. Petinggi mereka masih belum muncul. Mungkin saja, mereka sudah menyiapkan beberapa perangkap untuk menangkap kita. “Tenang saja..” Ujar Wally dengan senyuman menyeringai. Saat Wally tersenyum, dia tampak lengah. Di saat bersamaan, dia langsung terperangkap pada sebuah jaring yang tiba-tiba muncul (Mirip kayak jaring penangkap saat berburu hewan dihutan). “Kan sudah kubilang... Jangan lengah!” Saito. “Oya... Oya... Sepertinya kita sudah menangkap seekor mangsa.” Reni. “Tentu dong... Jebakanku pasti akan selalu berhasil.” Mifa. Namun, apa yang ditangkap mereka hanya sebuah boneka robot tanpa in
Setelah meninggal Planet Mardes dan berada di luar angkasa, Wally langsung menyerahkan sebuah surat gulungan kepadanya. “Master, mohon baca surat ini.” Wally. Tanpa ragu, Jenita langsung membuka surat gulungan tersebut. Dia tampak sangat terkejut ketika membaca tulisan alien tersebut. :v “Ini tidak mungkin... Selama ini, usahaku sia-sia.” Jenita mulai frustasi. Wally hanya bisa terdiam sembari menatapnya yang penuh dengan keputusasaan. “Maha Master menyuruh kami untuk mengantar Anda pulang. Sudah tidak ada gunanya Anda memata-matai kelompok Grand Master Zanuks.” Wally. “Tidak mungkin...” Jenita. Wally tampak mengetahui suasana atmosfernya dan memutuskan meninggalkannya. Robot ndut itu langsung kembali ke ruang kendali kapal untuk menemui Saito. “Bagaimana?” Saito. “Dia tampak sangat frustasi.” Wally. “Aku sepertinya merasakan hal yang buruk mungkin saja terjadi. Entah kenapa perasaan ini tidak enak.” Sai
Di dalam ruang kerja Istana, “Aku yakin, ini menjadi beban yang selalu dia bawa. Dia juga pernah menduga bahwa semua itu perbuatan dari Grand Master Zanuks.” Maha Master. “Jadi misi setahun yang master berikan itu?” Saito. “Itu semua hanya settingan saja.” Maha Master. “...” Saito dan Wally langsung terdiam. “Aku sebenarnya sengaja bilang seperti itu karena Jenita sendiri yang meminta. Dan juga mungkin dia tidak percaya padaku.” Maha Master “Aku merasa ini bakal menjadi rumit.” “Iya. Padahal sudah kuperingatkan dia agar jangan mendekati Grand Master Zanuks. Meskipun dia terlihat orang baik, tapi dia sangat licik.” Maha Master. “Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk Jenita.” Wally. “Untuk saat ini, kita biarkan saja dia untuk istirahat, setelah itu kita akan mengadakan rapat dengan kapten lain, membahas masalah Jenita. “Iya.” Jawab Saito. “Mungkin itu dulu. Kita akan bahas lebih lanjut pas rapat. Beristirahatlah dulu...” Ujar Maha Master dengan penuh perhatian. “Terimakasi
Ops... Kita sudah terlalu maju dalam alur cerita... xD Kembali beberapa minggu yang lalu pasca Invansi Herby. Nina, Para Homies, Nijiro, Morine, Lerry bersama Poidon, dan Selon melanjutkan perjalanan mereka. Tampak dalam perjalanan Yurine sedang beristirahat. Kali ini mereka berada di dalam sebuah Kapal pesiar yang dibuat oleh Spirit Hakuna. Dengan pemandangan lautan dan langit yang indah, mereka mulai menikmati waktu santai. “Wah... nyamannya. Lerry, tolong kamu poleskan tabir surya.” Gumam Morine berbaring terbalik dengan santai dengan baju bikini. “Dengan senang hati.” Dengan tampang mesum si Elf bejat, terus meremas-remas bagian punggungnya. Di sisi lain, “Ah... Akang...” Nina terlihat sedang bermesraan dengan modus. “Waduh, kamu jangan elus-elus dong. Adick ku bangun ini.” Dengan tersipu malu, Nijiro berkata. “Ini lah hidup. Selama ini aku belum pernah pacaran.” Komentar Poidon saat melihat aksi icha-icha mereka. “
Kembali ke Sebuah Pulau misterius tempat Nina berada, Yurine menerawang masa lalu dari tempat ini. Ini kejadiannya lebih tepat beberapa bulan yang lalu saat Kelompok Grand Master Zanuks bersama dengan Master Orion melakukan invansi... Salah satu pulau di suatu tempat, terlihat seorang Pria berkulit coklat, bertanduk putih, berambut putih, berpakaian minim (telanjang dada, hanya mengenakan celana panjang berwarna putih) dengan badan sebesar hulk sedang membantu para penduduk mereparasi kota. Salah seorang penduduk memberitahu... “Tuan, ini gawat! Kediaman Kerajaan Dragon Skyland diserang. Seseorang meminta Anda untuk segera kembali ke sana.” Ujar penduduk itu. Mendengar hal tersebut, pria itu langsung bertransformasi ke wujud naganya dan terbang. Namun, tanpa disangka itu adalah perangkap. Saat terbang, dia terkena jebakan dan terperangkap dalam sebuah sihir. Disana sudah ada sekelompok penyihir dan penjelajah angkasa yang menghampirinya. “Apa-apaan ini? Kenapa aku tidak bisa men
Kembali ke area pertarungan, “Size Manipulation : Area Shrinker Magic. Sekarang serang!” Setelah menyusutkan ukuran para monster, Morine langsung memerintahkan Homies Nina untuk menyerang. “Rasakan ini! Fire Style : Rain Fireball!” Sirius. “Thunder Release : Thunder Strike!” Rai. “Wind Release : Moon Cleave!” Windy. “Water Release : Water Slicer!” Shuu. Duar... Serangan para Homies cukup membuat ledakan yang lumayan. Mereka berhasil mengalahkan sebagian dari Monster Pakuya. “Clori, jangan jauh dariku!” Ujar Nijirou sembari meninju para monster tersebut. “Siap Master...” Clori. Di alam bawah sadar Nina, “Lacrima Kristal?” Nina tampak kebingungan. “Lacrima itu aku buat untuk tetap menjaga kesadaranku. Kalau kelima Lacrima itu hancur, aku tidak mampu menahan kekuatan ini lagi.” Ujar Grindrot sembari menahan rasa sakit. “Jadi apa yang harus lakukan?” Tanya Nina. “Pergilah menuju ke ruang bawah tanah. Disana ada jantungku. Hancurkanlah jantungku! Maka efek kutukan ini akan sege