Saat Natasha dan Asami tidak melihat Nina yang berada di dalam kamarnya, mereka sontak kaget dan kemudian panik.
“Master Nina ke mana?” Tanya Asami kepada Natasha yang sedang sibuk mencarinya.
“Aku tidak tahu. Tadi sebelumnya dia berbaring di kasur, sekarang tiba-tiba saja dia menghilang.” Jawab Natasha.
“Aduh bagaimana ini? Kira-kira dimana beliau pergi?” Tanya Asami.
Mendengar perkataan Asami, Natasha tiba-tiba menjadi terdiam. Dia terlihat memikirkan sesuatu hal.
“Oh...” Ucap Natasha raut wajahnya perlahan mulai berubah.
“Kenapa?” Tanya Asami bingung.
“Aku sudah tahu dia kemana..” Ucap Natasha.
“Ya?”
“Ikuti aku.” Ujar Natasha yang kemudian membuka pintu kamar dan keluar.
“Tunggu saya.” Imbuh Asami yang kemudian mengikutinya.
Saat dalam perjalanan....
“Kamu mau kemana sebenarnya sih?” Tanya Asami.
“Kamu diam saja, ikuti aku!” Ujar Natasha yang terus berjalan.
Kemudian me
Di Pemandian Istana Wanita, “Ah... Enaknya.. Berendam di air yang hangat memang yang terbaik, air disini dapat memulihkan mana kita.” Ujar Erina yang sedang berendam di sebuah bak yang besar. “Iya. Itu sungguh enak.” Jawab Ria yang berada disampingnya. “Dimana Master Nina berada?” Asami bertanya. “Kalau itu, sebaiknya mu lebih baik tidak usah tau.” Jawab Morine dengan wajah yang memerah. Asami tampak tidak puas saat mendengar jawabannya. Kemudian Dia berbisik kepada Natasha. “(Bisakah kamu memberitahuku? Kenapa Master Nina tidak ada disini?)” Kemudian Natasha berbisik. Asami mendengar bisikannya membuat wajahnya memerah. Dia membayangkan dirinya mandi bersama laki-laki. “(Siapa pasangannya?)” Asami berbisik kepada Natasha. “Hoy, bisik-bisik apa tu?” Ucap Erina. “Gak ada Master.” Jawab Natasha dan Asami dengan wajah memerah.. “(Mereka pasti bahas tentang couple Nijina).” Liana berbisik kepada Erina, Wajah
Di ruang Kerja Istana, Maha Master melanjutkan pernyataannya... Nina, Aldo, Saito, Ria, Morine, Liana dan Aldo berdiri di hadapannya. “Selanjutnya Liana. Kamu pengguna sihir Ilusi, Imajinasi, dan sihir Mimpi. Sihir ini dapat menginterogasi orang. Sihir yang sangat langka dan sangat kuat. Saya yakin sihir ini akan menjadi lebih kuat lagi dimasa depan.” “Terima Kasih Master telah mempercayakan posisi ini kepada Saya.” Ujar Liana yang tersenyum dan mengedipkan matanya. “Dan terakhir Saito. Meskipun kamu termasuk orang baru, tapi kamu mempunyai Potensi Sihir Machine Maker yang sangat kuat. Kamu sangat ahli dalam menganalisis situasi pertempuran dan mampu menciptakan Robot Kelemahan. Hal ini menjadi nilai plus karena kamu juga memiliki Kapasitas mana yang lumayan besar sebagai kelas Mage.” “Untuk pengesahan resminya akan dilaksanakan di Akademis Legends. Khusus untuk Saito, kamu akan menjadi Squad rahasia, kamu tidak perlu ikut dalam proses pengesahan ini.
Di dalam salah satu Kamar Istana, Nijiro sedang berbaring bersama dengan Homies yang sedang beristirahat. Dia tampak sangat lesu dan tidak bersemangat. Dia terus melihat ke atas dengan tatapan kosong. Beberapa waktu kemudian, Nina bersama dengan Liana, Erina dan Aldo telah kembali. Ketika membuka pintu kamar disana terlihat Nijiro sedang berbaring. “Nijiro Kun.” Sapa Nina. Pria yang dipanggilnya hanya menoleh ke arahnya. Kemudian dia bangun dan menghampirinya. Namun saat hendak berjalan, dia tiba-tiba drop. Dia merasakan sakit perut yang luar biasa. Seolah-olah dia merasa tertebas oleh pedang hitam tersebut. “Nijiro Kun.” Ucap Nina yang sangat khawatir melihat kondisinya yang kembali memburuk. Liana, Erina dan Aldo hanya bisa menatap mereka dengan perasaan merasa bersalah. “Kamu seharusnya harus beristirahat.” Ujar Nina yang khawatir sambil membantunya berdiri dan kembali ke dalam kasur. “Maafkan aku.” Ucap Nijiro. Erina, Liana
Kembali ke beberapa hari yang lalu, di dalam Ruang Kerja Istana, Ria, Morine, dan Saito berdiskusi dengan Maha Master. “Terima kasih sudah bersedia berada disini. Ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan. Tim Investigasi sudah menemukan Lokasi Yurine. Saat ini dia berada di Planet Elevon, Sebuah Planet Buatan penuh dengan gelombang Radiasi Radio, Proyek Nuklir. Dia sepertinya berada di dalam Penjara sana. Disana dipimpin oleh Master D. Kekuatannya setara dengan Master Orion..” “Apa? Planet Elevon? Mengapa Yurine Chan bisa berada disana?” Tanya Morine yang merasa kebingungan. “Apakah kamu masih ingat waktu masa bebas di Herby? Saat itu dia bersama dengan Jenny melakukan perjalanan luar angkasa dulu.” “Tapi bukankah Yurine dan Jenny saat itu pergi ke angkasa untuk jalan-jalan?” Ujar Ria. “Sebenarnya bukan begitu, Saya ada memberi misi rahasia kepada Yurine dan Jenny untuk menyamar menjadi Anggota ESDA di sana. Pada waktu itu misi mereka adalah
Maha Master membawa Nina, Natasha, dan Asami ke ruangan Spiritual yang berada di lantai teratas Istana (Lantai ke-3), disini merupakan ruangan Laboratorium yang berkaitan dengan pengujian sihir yang dimiliki Manusia/Makhluk hidup dan Mesin (Robot). “Ruangan apa ini?” Tanya Asami yang melihat keadaan ruangan yang dipenuhi oleh Mana Sihir. “Ini Ruangan spiritual. Disini merupakan ruangan penelitan khusus untuk sihir.” Ujar Nina. “Oh...” Jawab Asami yang memahami. “Aku bisa merasakan energi Mana yang super banyak.” Ucap Natasha. “Disinilah pusat energi Mana diproduksi untuk kebutuhan Planet Herby. Dengan adanya Mana, kita bisa menciptakan sebuah lingkungan alam yang mirip dengan sebuah planet asli.” Jelas Maha Master. “Jadi apakah ini bukan sebuah planet?” Tanya Asami. “Bisa dikatakan demikian, Sebenarnya Planet ini Planet buatan dari teknologi yang super canggih pada ratusan tahun yang lalu. Karena ukurannya sangat besar, banyak
Di Ruang Perpustakaan Istana pukul 3 sore, Erina, Liana, Nijiro, Aldo, dan para homies terus mencari buku tersebut. “Master, aku menemukan sebuah buku pengobatan sihir..” semua mata menuju ke Clori. “Mana, Mana?” Ujar Liana menghampiri awan gendut itu. Clori menunjukkan sebuah buku pengobatan sihir.. Kemudian, semuanya duduk di meja baca. Liana mulai membaca buku pengobatan itu dengan sihir matanya dalam waktu singkat.. “Bagaimana? Apakah kamu menemukan solusi untuk Nijiro Kun?” Tanya Erina. “Didalam buku ini hanya pengobatan sihir untuk kelas support, disitu hanya terdapat cara meningkatkan kapasitas Mana dengan efisien dapat mempercepat regenerasi tubuh. Kalau cara untuk menciptakan Kapasitas Mana tidak dijelaskan.” Ujar Gadis Lolicon. Nijiro yang mendengar tiba-tiba semangatnya menurun. Nina yang melihat ekspresi wajahnya hanya memegang tangannya sambil berkata, “Kamu jangan menyerah.” “Tapi...” Tiba-tiba Nina memotong pembi
Dikamar Nina Nijiro, Nina sedang mengemas baju untuk perjalanan menuju ke Asgardian. Nijiro duduk di Kasur sambil meregangkan badannya. “(Aku harus menjadi kuat! Menjadi lebih jantan! Ini semua demi Ninaq),” Pikir Pria berambut landak itu dengan tersenyum tipis. “(Aku akan melakukan terbaik untuk mensupport Darling Kun),” Pikir Nina sambil mengemas barang-barang. Nijiro kemudian berdiri dan dari belakang Nina merangkul dengan mesra. “Tolong temanin aku Latihan ya besok.” bisik Nijiro yang sok keren. xD “Iya.” Ucap Nina yang tertawa. “Sampai kapan kamu merangkulku, dasar Genit! xD” Ujar Nina tampak berusaha melepaskan diri dari rangkulan mesumnya. “Clori, Shuu, Sirius, Rai. Tolong kalian jaga Nijiro ya, aku mau menemui Ria dulu.” “Serahkan semua pada kami.” Jawab Clori dengan percaya diri. “Tunggu dulu. Biar kugendong kamu ke sana.” Tiba-tiba Nijiro menggendong Nina dengan tampang sok keren. “Hentikan itu
Setelah berdiskusi dengan Maha Master, Ria dan Nina keluar dari Ruangannya. Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. “Akhirnya kita sudah mendapat Izin Maha Master.” Ucap Nina yang sedang berjalan menelusuri tangga. “Iya... Syukurlah, Maha Master sangat pengertian. Tapi Nina Chan, tolong rahasiakan misi kami ya. Jangan beritahu siapa pun.” “Tenang saja, Aku akan menjaganya.” “Oh iya, jangan lupa ya besok jam 7 kita akan berangkat ke Asgardian. Pastikan sebelum jam 7 Kalian sudah tiba di bandara.” “Ok! Kalau begitu aku duluan dulu ya.. Aku mau ke kamar Aldo kemudian pergi belanja untuk membeli semua kebutuhan alat yang aku perlu.” Ucap Nina. “Pastikan Darlingmu jangan sampai telat makan ya.” Ujar Ria yang mengedipkan matanya. “Iya.” Jawab Nina yang tersenyum berkeringat. Dia kemudian meninggalkannya seorang diri dan segera menuju ke kamar Aldo. Di sisi lain, di dalam sebuah kamar Istana lain, terlihat Morine sedang