Saat dalam perjalanan menuju ke atas langit dari Puncak Bukit Magazone, Nina mencoba mendekati Makhluk Raksasa tersebut. Akan tetapim sekali dilihat dari dekat Makhluk itu bukanlah seekor ular raksasa, melainkan seekor Naga Air Raksasa yang berbentuk seperti ular yang memiliki kumis, 4 kaki, dan sedang mondar-mandir di atas langit.
“Master, ini sangat berbahaya. Sepertinya dia akan menyerang kita.” Ujar Shuu yang terlihat gemetaran.
“Tenang saja. Saatnya menjinakkan Naga.” Nina terlihat semakin terobsesi dan bersemangat sedangkan Homiesnya ketakutan.
“Kalian, Jangan takut. Naga ini terlihat sedang dikendalikan oleh Makhluk Jahat, Lihatlah Matanya yang merah.” Ujar Nina sambil melihat mata merahnya.
Disisi lain Nijiro terlihat berlari sambil berteriak, “Awas Nina Chan!! Disana sangat berbahaya, Makhluk itu akan mengamuk.”
“Nijiro Kun, Naga itu sepertinya dikendalikan. Lihat matanya merah.” Ujar Nina yang mendengar teriakannya, Para Homies spont
Kembali Puncak Bukit Magazone, Nina dan Suito sedang berusaha mencoba mengambil kendali sihir Air dari Dewa Naga tersebut yang berada di atas langit. Namun mereka berdua terlihat sangat kesulitan dalam mengontrolnya. “Dewa Naga Air sangat kuat... Mustahil kita bisa mengontrol Airnya.” “Aku tidak akan menyerah. Dia sepertinya dirasuki oleh Iblis.” Ujar Nina yang terus berusaha mengendalikan Airnya. Dewa Naga itu terlihat meronta-ronta dan mengamuk, berusaha melawan sihir mereka. Makhluk tersebut akhirnya sepenuhnya kehilangan kesadaran dan memancarkan Energi Mana yang lebih dahsyat lagi. Terlihat Dewa Naga membuat Hujan Jarum yang sangat tajam, menghancurkan sebagian hutan Magazone. “Kekuatan Naga ini sangat kuat. Kita sudah tidak mampu mengatasinya.” Suito berkata sambil berusaha dengan keras Mengendalikan Air yang sedang dikendalikan olehnya. || Kalian semua, cepat menjauh dari sini! || Nina memberitahu Nijiro dan lainnya melalui telepati unt
Kembali ke alam bawah sadar Dewa Naga air, terlihat Nina memancarkan aura yang sangat kuat, membuat keadaan disana bergetar dengan sangat kuat. “Iblis Merponon, Type Tough Platinum Evil, sihir manipulasi pikiran musuh dan sihir kegelapan.” Ucap Nina yang menyebutkan identitasnya. “Tidak mungkin, bagaimana kau tahu identitasku?” Ujar Iblis tersebut dengan raut wajah tidak percaya. “Sudah kukatakan sebelumnya. Aku bisa membaca pikiranmu. Sekarang, aku tidak akan segan-segan lagi.” Dengan kecepatan cahaya Nina mulai melancarkan serangan bertubi-tubi. Terlihat Gadis berambut Pirang emas itu tanpa ragu mencekik lehernya dengan sangat kuat. “Soul Enchantment : Soul Destroyer.” Nina terus mencekiknya hingga membuat roh Iblis tersebut hancur berkeping-keping. Kemudian kepingan roh tersebut menghilang dan kembali ke Neraka. Saat melihat aksinya, pria biru itu tampak gemetaran dan hanya bisa menonton mereka. Nina berbalik arah dan menghampirinya.
Kembali ke beberapa hari yang lalu saat Morine, Saito, Ria, Lerry dan Aldo sedang melakukan perjalanan luar angkasa menuju ke Planet Elevon. Saito terlihat sedang sibuk mengontrol Kapal Angkasa. Morine, Ria, Aldo dan Lerry sedang duduk di kursi santai yang berada di lantai teratas kapal. Mereka tampak sedang menikmati pemandangan luar angkasa yang dipenuhi dengan bintang yang berkedap-kedip. “Jadi inikah yang disebut dengan luar angkasa itu?” Lerry bertanya dengan Mata berbinar. “Iya. Yang kamu lihat hanya sebagian kecil dari alam semesta.” Jawab Morine yang sedang menikmati es campurnya. “Izinkan aku ikut bersama kalian.” “Tentu. Nanti setelah misi ini selesai kita akan meminta izin kepada Maha Master.” Ujar Morine. “Siap Boss!” Jawab Lerry yang terus melihat ke atas << Comment Author : Maklumlah... Lerry katrok xD>> “Jadi, apa yang harus kita persiapkan dalam misi penyusupan ini?” Tanya Aldo kepad
Saat berada dalam Kapal Angkasa, Aldo menggendong Morine bersama dengan Lerry yang menggendong Ria. Mereka berdua sama-sama membawa mereka ke ruang Santai. Sembari meletakkan mereka berdua di atas sofa, Aldo melihat wajah mereka dengan berkeringat. “(Apakah ini efek dari sihir bejatnya bocah itu?)” “(Apakah jangan-jangan sihirku juga berpengaruh kepada mereka? Kalau mereka sadar kembali, Tamatlah Riwayatku. Aku harus segera sembunyi).” Terlihat raut wajah Lerry pucak. Dia mulai mencari tempat persembunyian dengan panik. Di Ruang kendali Kapal Angkasa, Saito juga terlihat lemas dengan kondisi celananya yang basah. “Sial, tubuhku masih agak sedikit melemas.” Saito berusaha menstabilkan tubuhnya sambil melihat Hologram Kendali, Dia berusaha untuk mengendalikan kapal Angkasa. Dua jam kemudian, situasi kembali seperti normal, Terlihat di Ruang Santai di lantai teratas, Ria dan Morine tampak sudah mulai fit. “Sialan... Ini semua gega
Di dalam semak-semak hutan, Kapal Angkasa Ria bersembunyi. “Kita mulai misi penyamaran kita. Aku dan Morine akan menyusup. Saito San, coba kamu bobol lagi sistem Elevon tu. Lerry dan Aldo, kalian tetap tunggulah disini.” “Tunggu.. Bagaimana cara kita bisa berkomunikasi?” Tanya Aldo yang menunjukkan ponselnya dengan sinyal terganggu. “Tenang saja, pakai alat ini aja. Tempelkan ditelingamu.” Saito memberi mereka beberapa Earphone portable. “Saya tak bisa lah. Telinga saya bukan telinga manusia.” Ujar Lerry. Mendengar ucapannya, Saito kemudian berkata, “Kamu ikut denganku aja.” “Ok.” Jawab Lerry dengan antusias. “Mari kita berangkat!” Ajak Morine dengan semangat. “Ok.. Kalau begitu kami pamit dulu ya.” Ujar Ria yang kemudian membuka sebuah portal dimensi. Morine berbalik arah dan masuk ke dalam portal, sembar masuk ke portal gadis berambut hijau itu bergumam, “(Tunggu aku Yurine, kami akan segera menyelamatkanmu).”
Di sebuah Kota Metropolitan, terdapat sebuah vila Istana yang cukup mewah namun terlihat redup. Istana dengan luas sekitar 1000m2 ini memiliki taman hijau yang cukup subur. Di dalam Istana tersebut, terlihat seorang wanita berusia 30 tahunan yang memakai masker dengan pakaian berjubah hitam corak emas yang menutup kepalanya. Wanita tersebut terlihat sedang duduk disinggasananya, sedang berbincang dengan salah satu pengawalnya. “Apakah kita sudah mengundang Master lainnya?” “Sudah Master, Mereka sedang dalam perjalanan.” Mendengar jawaban darinya, dia terlihat puas. Wanita itu kemudian berkata, “Sepertinya tikus-tikus itu akan segera beraksi. Mereka pasti sudah mendapatkan rahasia data kita. Ini sesuai dengan rencana yang telah kususun.” “Sesuai dengan harapan Master, kita akan segera menangkap dan mengeksekusi mereka.” Ujar Prajurit itu. “Tentu. Namun rasanya aku ingin bermain-main dengan mereka. Tapi mungkin akan lebih baik
Kembali ke dalam Penjara Elevon di Lantai 4 bawah tanah, terlihat Ria membuat Portal di setiap Jeruji Besi, Para tahanan yang melihat langsung masuk ke portal dan berhasil keluar. “Kalian semua, buatlah kekacauan di dalam sini.” Ujar Ria yang terlihat memberikan perintah. Akan tetapi terlihat semua tahanan di lantai 4 sangat lemas kekurangan air (Para tahanannya loyo). Ketika Ria kembali membuka sebuah portal, mendadak dari Portal itu keluar Air sungai yang sangat bersih dari herby. Kemudian Dia mengisinya dalam sebuah galon raksasa dan memberikannya kepada tahanan. Para Tahanan terlihat berebut untuk meminum air segar. Kemudian Ria membuka Portal menuju lantai 3. Di sisi lain, Morine, Erina, Liana, dan Lerry memasuki Lantai 6. Namun disana tampak sudah ada 4 Dewa Penjaga Elevon yang berjaga dan juga Yurine disegel di dalam sebuah alat. >> Dewi Penjaga Elevon, Sasame (Gadis berpakaian yukata putih, memegang Gulungan Ninja dan sebuah peniup g
Kembali ke Lantai 3 penjara bawah tanah Elevon, Aldo sedang bertarung sengit dengan Saihage (Pria Botak berotot). Suasana sekitar Aldo tampak tidak diuntungkan. Dia terhempas akibat ditinju olehnya. Dia menabrak ke lantai dengan cukup keras. Hal ini membuatnya berbaring tidak berdaya. “Sungguh lemah. Aku kira kamu dapat memuaskan diriku. Apakah hanya segini kemampuanmu ha?” Tanya Saihage yang mengolok-oloknya. Namun tubuh Aldo yang terpental hanya sebuah bunshin kayu. Melihat tubuhnya yang berubah menjadi potongan kayu, Saihage seketika terkejut. Tiba-tibaPria berpedang hitam itu melancarkan serangannya di titik butanya. Saihage dengan gesit menahan pedang raksasa tersebut dengan jarinya, namun tidak berlangsung lama. Aldo dengan kekuatan ototnya sekuat tenaga melawannya. Akhirnya serangan mereka berdua naik ke level dengan kecepatan serangan yang sangat tinggi. *Slash... slash... Bam... Bam....* Pertarungan mereka berdua mulai