Sepuluh menit bukanlah waktu yang lama, berpacu dengan sisa waktu yang dimilikinya membuat Valerie merasa gugup. Dia khawatir kalau si pegawai showroom terlalu lama dalam menyelesaikan dokumen dan membuatnya terlambat untuk melakukan pembayaran, waktu hidup berharga Valerie akan melayang begitu saja.Valerie pernah mati sebelum ini, bahkan jumlahnya pun bisa dikatakan sebanyak tiga kali, sehingga gadis itu tidak lagi awam dengan masalah kematian yang menerpa dirinya. Meskipun demikian, Valerie masih menemukan dirinya ingin menghindari waktu kematian yang membuatnya tidak berdaya. Karena itulah selama ini Valerie memegang waktu hidupnya dengan penuh tekad, termasuk hal yang dilakukannya sekarang ini.Berpacu dengan dewa kematian yang tengah menunggunya di belakang dengan sabit mautnya, bagaimana mungkin Valerie bisa peduli pada sosok pemuda dan kekasihnya yang mencemoohnya tadi? Mereka berdua tidak lebih dari dua pemain figuran yang keberadaannya tidak penting dalam hidup Valerie.Keti
Satu-satunya orang yang memiliki aroma dingin yang elegan itu adalah Cedric Wyatt. Valerie menoleh ke belakang, dia menemukan Cedric telah berdiri di belakangnya dalam jarak yang cukup dekat dengannya.Cedric memiliki paras yang sangat tampan dengan aura yang begitu kuat dan membuat orang tidak berani mendekat padanya. Ekspresi di wajah tampan itu begitu kalem dan juga lembut, tetapi sepasang mata kelabu milik Cedric begitu dalam. Sepasang mata itu mencerminkan sosok Valerie yang ada di depannya, menatapnya dengan lekat dan membuat Valerie merasa Cedric tengah menelanjangi jiwanya serta bisa melihat apa yang tengah gadis itu pikirkan.Tidak hanya Valerie yang merasa sedikit gugup karena keberadaan Cedric, Jack yang ingin sekali mendekati Valerie pun langsung mengambil satu langkah ke belakang saat merasakan aura kuat dari sosok Cedric. Insting binatang yang dimiliki oleh Jack menyuarakan alarm bahaya, pemuda yang datang itu membuatnya ingin berlari kencang untuk menyelamatkan diri.“C
“Apa kau sudah mendapatkan undangan yang kusuruh Richard mengantarkannya padamu?”Pertanyaan itu menjadi kalimat pembuka sebelum Valerie beranjak dari dalam mobil sesaat setelah mereka tiba di depan vila milik gadis itu.Richard adalah nama dari kepala pelayan yang bekerja di keluarga milik Cedric, pria itu datang menemui Valerie beberapa hari yang lalu dengan membawa sebuah undangan. Valerie ingat undangan yang terlihat mahal dan elegan tersebut ditujukan padanya, sebuah undangan VIP untuk datang merayakan pesta ulang tahun Nyonya Besar Wyatt yang tidak lain adalah nenek Cedric.“Aku mengingatnya, kau mengundangku untuk datang ke pesta ulang tahun nenekmu?” tanya Valerie yang sedikit tidak pasti.Cedric mengangguk.“Kau harus datang bersamaku malam ini sebagai pendamping. Hal itu merupakan pekerjaan pertamamu sebagai istriku,” lanjutnya.Melihat Valerie tidak lekas memberikan komentar dan hanya menatapnya dengan sepasang mata biru langit yang penuh akan keraguan, pemuda tampan itu te
“Valerie, apa kau ada waktu untuk bertemu?” Pertanyaan singkat yang merupakan pembukaan dari panggilan William itu membuat Valerie terdiam.Satu alis Valerie terangkat, bibirnya membentuk satu garis lurus yang datar, dan untuk sesaat gadis itu tidak menjawab langsung pertanyaan itu. Valerie menatap pemandangan yang tersaji di balik jendela mobil yang tengah berjalan dalam diam, kedua mata biru langitnya meredup untuk sesaat. Dari pantulan bayangannya yang ada di kaca jendela, dia bisa melihat sorot matanya yang dingin itu balik menatap dirinya.William Meyer adalah kakak kandung Valerie yang berbeda ibu dengannya. Tahun ini pemuda itu berusia 28 tahun. Dia begitu dewasa dan juga pintar. Sejak kecil William telah dididik oleh Tuan Meyer sebagai pewaris Keluarga Meyer di masa depan, sehingga pendidikan yang pemuda itu tempuh jauh lebih tinggi dan juga berat bila dibandingkan dengan dua adik perempuannya.Valerie tidak bisa mengatakan dirinya membenci ataupun menyukai William, karena pad
Seorang wanita cantik yang mengenakan setelan gaun biru laut tengah duduk di depan sebuah piano. Jemari tangan lentik milik sang wanita menari dengan lihainya di atas tuts hitam dan putih, alunan melodi piano yang begitu merdu pun terdengar, membentuk sebuah lagu yang mampu menggetarkan hati. Suaranya begitu damai, menenangkan siapapun yang mendengar alunan melodi dari piano yang tengah wanita itu mainkan. Duduk di samping wanita yang tengah bermain piano itu adalah seorang gadis kecil, dia berusia sekitar empat tahunan. Wajah gadis itu begitu manis, dengan rambut panjangnya yang dikuncir dua dan pipi tembemnya yang merona merah itu membuat sang gadis kecil terlihat begitu menggemaskan. Dia mirip seperti seorang putri kecil yang keluar dari negeri dongeng, sangat mengesankan dan membuat ibu-ibu yang melihatnya ingin memeluk gadis kecil itu. Si wanita tengah bermain piano, dan si gadis kecil yang berperan sebagai satu-satunya penonton di sana memandangnya dengan penuh takjub. Ketika
“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”Pertanyaan itu diucapkan dengan nada yang lirih dengan aksen seksi, menggelitik telinga si pendengar, membuat mereka ingin mendesah kecil dan berpikir bagaimana mungkin seseorang memiliki suara yang begitu memabukkan seperti itu. Valerie pun tidak terkecuali, dia juga berpikir demikian.Ekspresi di wajah Valerie tertahan, mencoba untuk membuatnya senormal mungkin, tidak memperlihatkan kalau barusan dia terpengaruh akibat mendengarkan suara Cedric yang dia rasakan begitu seksi tersebut. Gadis itu berdehem, dia mengangkat wajah, melihat sosok pemuda tampan yang telah berdiri di hadapannya entah sejak kapan.Satu jam yang lalu ketika Valerie menelepon Cedric dan mengatakan ingin berbicara mengenai sesuatu kepada pemuda itu, Cedric menawarkan gadis itu bisa mengunjunginya langsung di kantor. Valerie berpikir tidak ada salahnya untuk bertemu dengan Cedric, apa yang ingin Valerie bicarakan ada kaitannya dengan bisnis, dan lebih baik berbicara langsun
“Wow… Anda terlihat sangat cantik!!”“Saya sangat setuju!”“Saya juga setuju!!”Berbagai pujian yang diberikan oleh penata rias, penata busana, bersama asisten mereka terdengar dalam ruangan itu. Pujian tersebut begitu tulus, bahkan beberapa asisten mereka yang masih muda pun tidak dapat menyembunyikan rasa kagum yang dimiliki. Tidak jarang dari mereka merasa gatal dan ingin mengambil foto, tetapi karena perjanjian yang mengikat akhirnya mereka pun menahan keinginan tersebut.Objek dari kekaguman mereka adalah Valerie Meyer yang kini berdiri di depan sebuah cermin besar, dia memperhatikan pantulan dirinya dari kepala sampai kaki yang terefleksikan oleh cermin besar.Gadis cantik itu mengenakan sebuah setelan gaun elegan berwarna merah burgundy. Gaun tersebut memperlihatkan kedua bahu Valerie yang putih, di bagian area dada terdapat lilitan kalung mutiara yang menyilang, dan area pinggang yang langsing memeluk tubuh Valerie, memperlihatkan lekuk tubuh yang proporsional milik gadis cant
“Presiden Wyatt, akhirnya kau datang. Aku senang bisa melihatmu di tempat ini.”Seorang pria paruh baya dengan wajah yang menyuarakan ‘keramahan’ datang menghampiri Cedric dan Valerie. Di samping pria itu adalah seorang gadis muda yang cantik, berada di awal usia dua puluh tahunan, dan berpakaian begitu glamor yang menggoda dengan gaun hitam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Dilihat dari penampilannya, wanita muda itu adalah seorang artis yang menjadi kekasih pria paruh baya tersebut.Cedric berhenti ketika pria itu menyapanya, bersamaan dengan itu Valerie pun ikut menoleh, melihat ke arah dua orang yang datang menghampiri mereka.“Direktur Carter, lama tidak berjumpa,” sahut Cedric dengan nada netral.Wajah tampannya mengukir sebuah senyum penuh kesopanan, tetapi Valerie yang mengenal Cedric tahu betul kalau Cedric tidak menganggap serius pria yang dia sebut sebagai Direktur Carter tersebut. Sayangnya Direktur Carter terlihat tidak menyadarinya, bahkan pria itu seperti bangga akan