"Anna!" seru Safiyya sambil menepuk pundak seorang wanita yang berjalan dengan anak kecil."Ah, Maaf," sambungnya saat mendapati kenyataan bahwa wanita berperawakan seperti Anna itu ternyata orang lain.Sudah hampir setengah jam setelah Safiyya dan Nalen tiba di rumah sakit. Keduanya juatru mendapati kenyataan bahwa Anna sudah keluar dari sana. Terlalu kalut membuat ia dan Nalen memutuskan mencari wanita itu, tapi hasilnya nihil. Anna tetap tak bisa ditemukan."Bagaimana, apa kamu menemukannya?" tanya Nalen dengan napas memburu karena terus berlarian.Safiyya menggeleng lemah, keadaannya benar-benar sangat kacau. Wanita itu sudah akan menangis."Tenang lah. Aku yakin walaupun Anna memang bersama Nafis, dia nggak mungkin berbuat macam-macam pada anak kita."Mendengar ucapan Nalen, Safiyya semakin dibuat frustasi. Ia menatap putus asa pada Nalen. "Tenang Mas bilang? Kalau Anna membawa Nafis pada Mark bagaimana?""Kenapa pikiran kamu sama Anna jadi sepicik itu, Sayang. Aku tahu Anna. Sej
Anna berjalan memasuki ruang kerjanya dengan langkah cepat. Ia terlihat menahan amarah setengah mati."Bisa-bisanya mereka bermesraan di depanku seperti tadi," ujar Anna kesal. Ia kemudian melempar kasar sling bag ke kursi, sebelum kemudian ikut menjatuhkan diri di sana.Napas Anna naik turun karena emosinya yang meledak. Sejak di depan Nalen ia berusaha keras menahan diri untuk tidak menjambak rambut Safiyya.Anna memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Ingatannya kembali pada pembicaraannya dengan Mark kala itu. Sejujurnya Anna berbohong ketika ia bilang disuruh Mark untuk menemui Nafis. Karena pada awalnya ia memang berniat membawa pergi gadis kecil itu pada Mark tanpa izin. Ia ingin Safiyya merasakan kehilangan yang pedih, tapi setelah Anna mengingat perkataan Mark ia pun mengurungkan niat itu."Aku memang ingin bertemu Nafis dan Safiyya, Ann. Tapi bukan dengan cara jahat seperti itu. Aku akan memintanya langsung pada Safiyya dan Nalen, karena aku tak ingin mengulangi kesalahan
Safiyya menatap rumah mewah di depannya dengan perasaan tak menentu. Jantungnya berdetak sangat keras, takut dan khawatir mendominasi pikirannya.Nalen lebih dulu turun membuka pintu mobil untuk sang istri. "Kamu sudah siap bertemu, Mark?" tanya Nalen memastikan, sebelum dia benar-benar membuka pintu."Insya Allah," jawab Safiyya yakin. Ia berusaha membuang jauh semua rasa khawatir. Tak lama setelahnya ia pun turun bersama Nafis."Silahkan Tuan dan Nyonya Akhtar, Tuan Mark sudah menunggu kalian di dalam," ujar Josh, asisten pribadi Mark."Kau tidak berubah, Josh. Masih tetap seperti dulu," ujar Nalen basa-basi. Tak heran jika Nalen bisa terlihat begitu akrab dengan Josh, karena selama ini keduanya memang sering berhubungan untuk membahas bisnis yang Mark tawarkan pada perusahaan Nalen. Bahkan sesekali mereka akan membahas soal kondisi Mark.Josh pun tersenyum sebelum membalas. "Anda juga, Tuan ... mari masuk." Josh akhirnya mengantar mereka ke dalam."Ini rumah siapa, Bunda? Kok bagus
"Sayang, kamu udah siap?" Nalen menyembulkan kepalanya di pintu kamar.Kehadirannya mengagetkan Safiyya yang tengah berkutat dengan hijab pasmina berwarna krem miliknya. Wanita itu tersenyum sebelum menjawab. "Bentar lagi selesai.""Oke, aku tunggu kamu di bawah, ya." Nalen pergi setelah mendapat anggukan dari sang istri.Hari ini keduanya memang akan memutuskan berkencan seharian tanpa Nafis. Beruntung putrinya sangat pengertian dan mau diasuh oleh keluarga William selama ia dan Nalen pergi.Safiyya menatap hasil akhir penampilannya yang sangat cantik hari ini. Midi dres putih brokat, membalut tubuhnya dengan pas. Dipermanis dengan sepatu krem dan sling bag yang senada sepatunya. Keseluruhan penampilan Safiyya sangat simpel tapi tetap cantik. Setelahnya, ia pun memutuskan naik ke lantai atas di mana dapur dan ruang makan berada.Ketika menaiki tangga, Safiyya bisa melihat di sisi kiri ruangan terdapat serangkaian dinding kaca sepanjang lantai sampai langit-langit, yang dikombinasikan
Anna membanting ponselnya ke atas tempat tidur dengan amarah naik ke ubun-ubun. Ia marah setelah melihat foto-foto kebersamaan Nalen dengan Safiyya di sosial media. Anna tak menyangka Nalen benar-benar membawa istrinya menemui Mark. Dan bisa-bisanya laki-laki itu tak pamit padanya."Kalau begini ceritanya, Mark pasti akan mengatakan semua yang terjadi pada Nalen. Termasuk keterlibatanku dengan usahanya menghancurkan Safiyya," gumam Anna gelisah.Meski sejauh ini Mark benar-benar menepati janji untuk tak membawa-bawa namanya di depan Nalen, tetap saja Anna merasa khawatir.Anna pun berjalan mondar-mandir di depan ranjang untuk mencari ide agar membuat Nalen segera pulang ke Indonesia. Sebenarnya bisa saja Anna menyusul Nalen ke Australia, tapi ia mengurungkan niat itu, karena mengingat kalau Kalyra sangat tak menyukainya sejak dulu. Jika sampai ia bertemu sepupu Nalen, bisa-bisa semua sifat aslinya akan terbongkar. Karena dulu Anna dan Kalyra sempat satu sekolah.Tak berapa lama, sebua
Nalen tengah duduk di sebuah bangku taman dengan kepala tertunduk. Bekas luka di pelipis dan bibir karena berkelahi dengan seseorang masih tercetak jelas, tapi Nalen seakan tak menghiraukan kondisinya sendiri. Sejak ayahnya mengatakan akan membawa dia pulang ke Indonesia, Nalen jadi tak bersemangat. Demi meluapkan amarah dia sering sekali berkelahi.Bukannya menunggu ibunya menjemput, ia justru memilih bangkit dan berjalan tanpa arah. Hingga ia sampai di sebuah kawasan pemukiman untuk kalangan menengah ke bawah.Tiba-tiba seorang gadis menabrak tubuhnya dari depan. "Nalen," gumam gadis itu dengan tatapan tak percaya karena bisa bertemu dengan salah satu teman sekolahnya di tempat itu.Nalen tak memperdulikan Anna. Ia hanya menatap gadis itu datar."Anna, kemari kau! Dasar gadis nakal! Kau belum selesai dengan hukumanmu!" Teriak seorang laki-laki dari belakang. Menyadari ayah angkatnya berlari menghampiri, Anna langsung bersembunyi di balik punggung Nalen."Tolong bawa aku pergi dari s
Safiyya menilik jam di pergelangan tangan dengan gelisah. Masih tersisa beberapa jam lagi untuk penerbangannya dan Nafis kembali ke Indonesia. Safiyya ragu apakah harus menyetujui permintaan terakhir Mark."Sudahlah, biar aku yang menghubungi Mark kalau kau akan datang." Kalyra tiba-tiba berseru sambil merebut ponsel dari tangan Safiyya.Rupanya Kalyra benar-benar dibuat gemas oleh Safiyya karena dari tadi hanya mondar-mandir di ruang tengah. Padahal dirinya sudah tak sabar melihat Nalen marah besar."Kaly, jangan!" seru Safiyya sambil berusaha merebut ponsel dari wanita bertubuh tinggi itu."Terlambat, dia sudah mengangkatnya," ujar Kalyra sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapih. Safiyya menatap kesal sepupu Nalen saat di seberang sana terdengar sebuah suara."Halo," sapa Josh."Jemput Safiyya sekarang di rumah ku. Dia sudah bersiap. Nanti aku kirim alamatnya."Setelah mengatakan itu, Kalyra langsung mengirim alamat lewat pesan. Lagi-lagi tindakanya membuat Safiyya menghembu
"Terimakasih karena selalu peduli padaku. Kamu bahkan rela meninggalkan Safiyya hanya demi aku," ujar Anna sambil menerima suapan dari Nalen. Wanita itu pura-pura merasa tak enak hati walau jauh di dasar hatinya Anna bersorak bahagia.Laki-laki yang diajak bicara tak menunjukan respon berarti. Nalen hanya mengangguk dengan senyum dipaksakan. Matanya kini sibuk menatap foto Safiyya yang tiba-tiba dikirim Kalyra. Bukan foto istri dan anaknya yang membuat laki-laki itu gelisah, tapi isi caption yang Kalyra tulus lah yang membuat Nalen sangat merasa terusik, karena sekilas ia melihat nama Mark disebut. Nalen tak bisa leluasa membaca pesan itu karena Anna sedari tadi mengajaknya bicara."Kamu kenapa, Nalen? Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan? Apa Safiyya marah karena kamu pulang demi aku?" tanya Anna penasaran. Wanita itu sedang merasa di atas angin karena akhirnya berhasil mencuri perhatian Nalen lagi. Rupanya Anna sadar atas perubahan sikap Nalen, karena sedari tadi laki-laki itu tak fo