Share

BAB 2 Pertemuan

Sudah 6 tahun sejak kejadian itu, namun Ryan selalu di bayangi kejadian di saat ia mendapatkan sebuah keanehan dalam tubuhnya yang menjadikannya sangat kuat dan tak terlampaui, bisa di bilang Ryan mendapat kehidupan kedua nya.

Sekarang usia Ryan sudah menginjak 18 tahun, tak terasa tubuh nya sudah semakin tinggi wajahnya sangat tampan tubuhnya ideal dengan tindik di telinganya mata elang yang tajam dapat membuat siapapun terbius melihatnya, setelah kejadian itu ia hidup dengan cara yang salah.

Ia menjadi seorang ketua geng yang paling di takuti di daerah tersebut.

Mereka mendapatkan uang dengan cara menindas para pedagang toko.

"Mana uangnya!!!" Ucap Jeky salah satu anak buah Ryan sekaligus teman Ryan.

"Kalian tidak akan menerima uang dari ku!" Ucap seorang wanita paruh baya penjual kue sambil membawa sebuah sapu pel mengarahkannya pada anak buah Ryan.

"Jangan bodoh serahkan saja uangnya pada kami!!!"

Ryan yang sedari tadi hanya duduk santai sembari menjapit putug rokok ditangannya itu berdiri.

Ia menarik sapu pel tersebut dengan sangat mudah dan mematahkannya begitu saja seperti ranting kayu.

Mata tajamnya menatap intens wanita paruh baya tersebut, namun tiba-tiba seorang gadis menggigit tangan Ryan.

Segera Ryan menghempaskan tubuh gadis itu dengan keras hingga tangannya berdarah akibat membentur lantai toko kecil tersebut.

" Tanganmu terluka bos?" Ucap para anak buah Ryan yang terlihat naif

Ryan hanya mengangkat tangan mengisyaratkan dirinya baik-baik saja.

Perlahan ia mendekati gadis yang masih terduduk dilantai tersebut, Ryan menarik dagu gadis tersebut dengan kasar hingga mendongak ke arah wajahnya.

Namun Ryan tampak terkejut dengan wajah gadis itu

Sorot matanya begitu teduh dan indah kulitnya putih bersih dan terlihat lembut, pipinya terlihat bewarna merah muda alami layaknya buah peach, bibirnya yang kecil dan manis menambah keanggunan wajah gadis tersebut.

Gadis tersebut segera mendorong tubuh Ryan dan melepaskan cengkeraman tangan Ryan dari dagunya.

"Kurang ajar sekali kamu mendorong tubuh bos kami!!!"

Segera Jeky memerintahkan teman-temannya menyeret gadis itu.

"Tidakkk..! Tolong jangan sakiti Gie" Ucap wanita itu sambil berlutut dan menangis

"Sepertinya gadis ini sangat berharga untuk mu?" Ucap jeky dengan senyum menyeringai.

"Tolong dia adalah anakku satu-satunya" mohon wanita itu sambil menangis

"Ia cukup cantik, bos bagaimana jika kita bawa saja gadis ini?" Tanya Jeky.

"Jangan bodoh lepaskan dia, ambil semua uang miliknya" Ucap Ryan gelagapan.

Ryan menarik semua anak buahnya kembali ke markas tempat mereka berkumpul.

Namun setibanya di markas Ryan masih memikirkan gadis tersebut,

"Bos kali ini kita untung besar" Ucap Jeky

Ryan tak bergeming dan masih diam melamun.

"Bos"

Panggilan Jeky membuyarkan lamunan Ryan

"Apa"

"Apa bos tertarik dengan gadis di toko kue itu?"

"Tidak, sama sekali tidak, lanjutkan saja pekerjaan kalian"Jawab dingin Ryan.

"Baik bos, tapi jika bos menginginkannya kami akan memberikannya kepadamu"

"Pergilah"

Jeky meninggalkan Ryan.

Keesokan harinya Ryan kembali ke toko kue tersebut

Ia tampak stylish dengan menggunakan jaket hitam celana jeans, dan kacamata hitam.

Ryan memang sangat menarik, sikapnya kasar dan dingin namun wajahnya sangat mungil dan manis, kulitnya berwarna putih kekuningan ditambah dengan potongan rambut yang panjang menutupi alis dan sebagian dibiarkan lebih panjang menutupi leher belakangnya, tak heran penampilan Ryan mampu membius banyak wanita, namun karena sikapnya yang kasar, banyak wanita yang takut mendekati Ryan.

Wanita yang notabenenya ibu dari gadis tersebut segera menghampiri Ryan dengan beberapa lembar uang.

"Ini saya bersumpah hanya memiliki uang ini sekarang" Ucapnya ketakutan

Gadis itu kembali ke toko dengan membawa sebuah barang, mengetahui Ibunya menyerahkan uang dari hasil kerja kerasnya kepada Ryan ia segera menghampiri mereka berdua.

"Gie sudah ayo kita kembali" Ucap ibunya penuh kekhawatiran

Gadis yang ternyata bernama Gie itu seketika merebut uang yang berada di tangan Ryan, matanya berkaca-kaca

Dan buliran bening mulai menetes dari pelupuk matanya sembari menyerahkan uang tersebut di tangan ibunya.

Tanpa kata atau suara ia berlutut dan menunduk.

"Apa yang kamu lakukan Gie" Ucap ibunya yang mulai ikut meneteskan air mata sambil menarik tangan Gie

Melihat Gie berlutut Ryan segera menarik kerah baju Gie

"Jangan pernah bersikap seperti ini di depan ku, aku benci air mata mu aku benci wajah mu, kenapa kamu selalu membayangi fikiran ku!?, kenapa kamu sangat egois!?" Ryan mengangkat kerah baju Gie hingga kakinya terangkat dari lantai.

Sontak ibu Gie histeris "hentikan jangan sakiti Gie aku mohon...!, terimalah uang ini tapi tolong jangan sakiti Gie.." Ibu Gie di dorong oleh Ryan hingga terhempas jauh sehingga tak sadarkan diri.

"Jangan ikut campur!!!"

Ryan terus mengangkat tubuh Gie melayang keudara

Gie tidak mengatakan sepatah katapun, hanya terlihat wajahnya yang mulai memerah dengan gerakan bibir yang jelas menandakan rasa sakit

"Wajah sialan...!, sungguh sialan.."

Tangan Gie dengan lemah perlahan menyentuh tangan Ryan.

Wajah yang sedari tadi terlihat murka kian menjadi tenang sedikit demi sedikit.

Ryan segera menarik tangannya dari Gie, seketika Gie terjatuh ke lantai sembari memegang lehernya.

"Aghhhhhhhh apa yang aku lakukan!!!"

Ryan menunduk sembari memegang telinganya

Tangannya mulai terlihat samar

Gie yang masih terlihat sempoyongan segera menghampiri Ibunya dan menggoyangkan tubuh ibunya berharap ibunya segera sadar.

Air matanya kini kembali mengalir, namun tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Hanya matanya yang tampak gelisah dan khawatir, ia segera menghampiri Ryan dan menarik tangan Ryan sembari menunjuk ke arah ibunya

" Tidak aghhhhhhhh...!" Ryan tampak kesakitan tangannya kini mulai mengeluarkan butiran-butiran halus.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status