Share

BAB 5

Terulang saat air mata Gira menetes kala dadanya di tusuk oleh tongkat besi runcing, begitu perih hati Ryan mengingat hal itu.

"Aghhhhhhhh...!" Hati Ryan perih dan terasa sesak

Tak terbayang sakit yang di rasakan Gira kala itu saat melindunginya.

Brukkk

Ia jatuh pingsan di pelukan Gie, Entah berapa lama ia tak sadarkan diri akhirnya matanya terbuka wajahnya pucat menatap datar ke langit-langit kamar miliknya.

"Bos sudah sadar" Ucap Jeky

Tanpa bertanya panjang lebar kepada Jeky, Ryan bangkit dari tempat tidurnya.

"Pergilah" Ucap Ryan dingin

"Ba-baik bos" Jawab Jeky gelagapan

Setelah Jeky pergi, Ryan membuka jendela kaca di kamarnya, terlihat pemandangan malam yang indah dari lantai 5 tempat tinggalnya.

Matanya menatap nyalang ke arah gedung-gedung yang dibangun tepat di tempat meninggal nya Gira.

"Aghhhhhhhh..."

Prakkkkk!!!

Kaca itu pecah di hantam pukulan olehnya, matanya mengalirkan buliran air mata.

"Dasar bajingan!!! Aku janji akan menghukumnya dengan tangan ku sendiri" Ucap Ryan beramarah

Pagi pun tiba, Ryan berada di markasnya sambil menjapit sebuah Putung rokok ditangannya.

"Bos" panggil Jeky

"Ada apa?" Jawab Ryan menghisap rokoknya

"Kami telah menemukan keberadaan Wito"

Motor Ryan berhenti di depan sebuah gedung tinggi, ia menerobos masuk kedalam gedung tersebut, para penjaga hanya seperti semut bagi Ryan.

"Beri tau aku dimana Wito si bajingan itu!!!" Ucap Ryan sambil mengangkat kerah baju salah satu staf.

"Ada apa ini?" Ucap seorang pria mengenakan stelan jas hitam rapih.

"Bajingan!!!"

Buakkk...!!!

Pukulan keras Ryan daratkan tepat di pipi Wito hingga hidungnya berdarah akibat pukulan tersebut.

Wito mengelap darah dari hidungnya dan menarik sudut bibirnya, ia tersenyum tipis sembari kembali berdiri, semua stafnya berusaha membantunya untuk berdiri.

Wito mengangkat lima jarinya membuat para staf berhenti membantunya.

"Hem rupanya Ryan, kenapa kamu terlihat marah? Ayo kita duduk dulu untuk menikmati secangkir kopi"

"Diam kamu brengsek!!!" Ryan hendak memukul kembali namun pukulan itu di tangkis dengan tangan Wito.

Wito memukul Ryan kembali dengan keras, pukulan itu tak terasa sakit, namun berhasil membuat darah keluar dari sudut bibir Ryan.

"Hufff, sudah aku bilang mari selesaikan dengan santai" Ucap Wito sambil merapikan jas miliknya.

Di kantor Wito

"Silahkan duduk dan silahkan ceritakan apa masalahmu?" Wito dengan santainya sembari duduk di sofa kantor pribadinya.

"Bajingan" Ucap Ryan lirih sambil menatap tajam kearah Wito.

Wito hanya tersenyum melihat Ryan, ia mengambil segepok uang dalam sebuah brangkas pribadi miliknya.

"Ambillah, anggap uang ini utang ku padamu" Ucap Wito tanpa penyesalan

"Aku tidak butuh uangmu, brengsek...!!!" Ryan menarik kerah baju milik Wito hingga kaki Wito tergantung.

"Sampah, kamu memang sebuah sampah!!!" Ryan sangat marah hingga wajahnya memerah.

Wito tersenyum pada Ryan, Ia tiba-tiba menggunakan sebuah gerakan yang berhasil membuat otot Ryan kaku tak berfungsi.

"Apa yang kamu lakukan sampah!!!" Ucap Ryan sambil menunduk merasakan otot-otot kaku.

"Bawa dia keluar dari tempat ini!" Ucap Wito memerintah anak buahnya

" Baik Bos!"

Ryan di lempar keluar perusahaan

"Brengsek!!! Aku pastikan aku akan membunuhmu!!!" Ucap Ryan dengan mata yang berkaca-kaca.

Namun tiba-tiba matanya membulat sempurna kala melihat Gie berdiri tepat di depannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini???"

Gie tidak menjawab pertanyaan Ryan dan melangkah masuk ke dalam perusahaan, Ryan Menarik tangan Gie.

"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan di sini, apa kamu tau disini berbahaya!?" Ucap Ryan

Gie berusaha melepaskan cengkeraman Ryan dari tangannya dan segera melangkah masuk dalam perusahaan Wito.

Seketika Ryan mengangkat tubuh Gie, walau Gie memberontak Ryan tidak mempedulikan hal tersebut, ia membopong tubuh Gie dan mendudukkan Gie di jok motor belakangnya, ia memasangnya helm sembari menahan tubuh Gie agar gadis tersebut tidak melarikan diri.

Motor melaju membelah jalanan yang ramai kendaraan berlalu lalang.

Setelah motor terparkir tepat di depan markas Ryan, Gie segera melepaskan helmnya dan hendak berlari, Ryan kembali mengejar Gie dan membopong tubuh mungil itu masuk kedalam markas miliknya.

Ryan mendudukkan Gie di kursi pribadi miliknya.

Mata Gie memerah nampak bulir bening dalam mata indahnya akan segera jatuh.

Ryan duduk di depan Gie, dan memegang tangan gadis itu

"Aku mencintaimu" Ucap Ryan menatap wajah Gie yang cantik.

Gie tetap memberontak sambil berusaha melepaskan tangan Ryan dari tangannya.

"Dengar Gie!!!" Ucap Ryan sambil menunduk, Air mata Ryan jatuh membasahi lantai

"Tolong" Ucap Ryan pelan.

Gie bingung dengan sikap Ryan yang terkadang berbeda terkadang ia terlihat seperti monster namun terkadang ia terlihat sangat lemah.

Ryan berdiri dan membuka sebuah lemari pendingin, ia mengambil sebotol anggur dan menenggaknya.

Gie yang sedari tadi hanya terpaku diam di kursi milik Ryan, kini ia beranjak berjalan ke arah Ryan.

Ia merebut minuman dari tangan Ryan.

Plakkk...!!!

Tamparan keras kembali Ryan dapatkan dari tangan Gie. Namun Tiba-tiba

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status