Share

BAB 3 Ingatan menyakitkan

Perlahan air mata Ryan menetes terngiang-ngiang kejadian 6 tahun lalu.

"Kak...!!!" telinganya terasa ingin putus, dadanya perih terbayang-bayang wajah Gira yang sangat menyayangi dirinya.

Gie terus berusaha memapah Ibunya dan hendak membawanya ke rumah sakit, namun selalu terhuyung jatuh, ia berusaha mati-matian mengangkat tubuh wanita yang sangat ia cintai.

Ryan perlahan bangkit sambil meringis kesakitan ia menghampiri Gie dan menggendong ibu Gie.

'aku tidak ingin pergi terlebih dahulu, sebelum aku temukan bajingan itu' Ucap Ryan dalam hatinya.

Di rumah sakit segera ibu Gie di bawa ke ICU dan di tangani oleh beberapa dokter.

Gie nampak gelisah, bulir keringat jatuh di dahinya.

"Aghhhhhhhh.." tiba-tiba Ryan berlutut sambil memegang telinganya.

Hal itu menambah kepanikan Gie, ia hendak pergi mencari dokter namun niat itu di tahan oleh Ryan yang menarik tangan Gie.

"Jangan tinggalkan aku" ucapnya dengan air mata yang mengalir.

Gie berlutut di depan Ryan, ia mengangkat tangannya dan menutup telinga Ryan.

Mata Ryan yang memerah melihat lekat Gie, Ryan tau wajah itu nampak gelisah dan panik, Ibu yang paling ia cintai telah terluka akibat dirinya.

'kenapa, kenapa ia Masih bersikap baik kepadaku ' Tanya Ryan dalam benaknya.

Setelah 3 jam lamanya dokter keluar dari ruang ICU

Gie segera berlari menghampiri dokter tersebut, tangannya bergerak entah apa, namun nampak seperti gerakan isyarat.

Terlihat dokter mulai kebingungan, Tampa pikir panjang Gie mengeluarkan sebuah buku kecil dan menuliskan sesuatu di dalamnya.

'Bagaimana keadaan ibu ku???'

"Kondisinya sudah membaik, syukurlah kalian segera membawanya kemari, ia mengalami serangan jantung akibat panik, apakah ada sesuatu yang terjadi?" Tanya dokter tersebut.

"Tidak" Ryan segera menjawabnya dengan cepat, Gie menatap Ryan dengan nanar.

Gie menarik nafas dalam-dalam saat hendak melihat jumlah administrasi yang harus di bayarkan.

Gie tersenyum sejenak pada petugas administrasi, setelah itu membaca sebuah kertas tagihan

"Jadi, anda hanya akan membayar uang perawatan, dengan jumlah sekian, mohon segera di urus" Ucap petugas ramah.

Mata Gie membulat melihat jumlah yang harus di bayarkan itu cukup besar, ia menelan ludahnya, dahinya yang mulai kering kembali basah oleh keringat.

Ryan menarik kertas tersebut dan menyelesaikan administrasi dengan petugas, setelah selesai ia langsung pergi tanpa sepatah kata lagi.

Gie yang kebingungan mengikuti di belakang Ryan.

Ia menarik ujung baju belakang Ryan,

"Apa lagi yang kamu inginkan!?" Ucap Ryan yang seketika mengagetkan Gie.

Gie menarik sesuatu dari sakunya dan hendak menuliskan sesuatu di dalamnya, namun tangan Gie di tarik oleh Ryan hingga menjadi sangat dekat, tatapan mereka beradu.

"Ganti semua uang itu dengan senyumanmu, Jangan berikan senyuman itu pada orang lain, mengerti!" Ryan melepaskan cengkeramannya dan hendak berjalan menjauh.

Gie segera menulis sesuatu di kertas, ia meremasnya dan melemparkannya pada Ryan.

Kertas itu dengan tepat mengenai kepala Ryan, Ryan menengok ke arah Gie kemudian berganti ke arah kertas,

Ia membuka kertas tersebut.

' Kamu yang membuat Ibuku sakit, jadi pantas jika kamu bertanggung jawab atas semua perbuatan mu, jangan meminta balasan apa pun dari ku!' Tulis Gie dalam kertas tersebut.

Setelah melihat Ryan membaca kertas tersebut ia melangkahkan pergi dengan puas.

Ryan hanya tersenyum sekilas melihat tingkah Gie yang menurutnya sangat unik.

Tak disangka gadis secantik Gie adalah seorang tunawicara, namun hal itu tidak membuat Ryan berhenti penasaran terhadap gadis bernama Gie itu.

Malam pun tiba, Ryan tidak bisa tidur.

Ia takut dengan mimpi yang selalu menghantui pikirannya, saat ia memikirkan hal tersebut, hati dan telinganya akan terasa sangat sakit.

Ia menghisap rokok ditangannya, sambil menenggak anggur langsung dari botolnya.

"Dimana Wito berada saat ini" Ucapnya sangar dengan mata yang menatap tajam ke arah gedung-gedung yang dibangun dengan megah di tempat ia tumbuh bersama teman-teman dan Gira.

" Aku berjanji akan membuat Wito bertanggung jawab, jika bisa aku akan membunuh nya dengan tanganku sendiri, maka tujuan hidup ku akan berakhir" Ucapnya dengan senyum menyeringai.

Di Markas, Ryan berjalan dengan sempoyongan

"Bos apa yang terjadi?" Jeky memapah Ryan berjalan ke tempat duduk.

"Apa kalian sudah tau keberadaan bajingan itu?" Tanya Ryan kepada anak buah yang bertugas mengakses informasi (menghacker), keberadaan Wito.

"Bos kami melacak keberadaan ponsel Wito, dan kami menemukan lokasi terakhirnya" ucap anak buah Ryan sambil menunjukkan sebuah tempat di komputernya.

"Bagus, matilah kamu Wito" Ucap Ryan penuh dengan kebencian.

Dengan motor jenis GPX Demon melaju membelah jalan raya.

Ryan turun dari motornya dan melepas helmnya, seketika rambutnya yang yang berantakan tersapu angin dan terlihat lembut.

Ia mengencangkan sarung tangan motornya, dan melangkahkan masih dengan mata yang terlihat

Menatap tajam ke seluruh penjuru arah.

" Wito, dimana kamu!!!" Ucap Ryan yang seketika menggema dalam ruangan

"Dasar bajingan!!!... Keluar kamu bajingan!!!"

Terdengar bunyi dari ruang atas segera Ryan menghampiri tangga dan naik ke atas, di sana nampak gelap.

Ryan meraba-raba untuk mencari sebuah saklar lampu

Ia menyalakan lampu di ruang tersebut, ia melihat seluruh sudut ruang tersebut, tidak ada siapapun disana.

namun di sudut kiri ruang tersebut, ia melihat sebuah pintu kayu yang terlihat mencurigakan.

Ryan membuka pintu tersebut, Lampu menyala setelah ia menekan saklar, namun seketika jantungnya berpacu dengan cepat, detaknya tak beraturan, mata Ryan membulat sempurna melihat suatu pemandangan yang amat sangat mengerikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status