Hari keberangkatan ke Korea pun akhirnya tiba. Saat ini, di negeri Ginseng sana sedang musim semi, Lavina tahu apa saja pakaian yang harus ia kenakan selama liburan.Mereka pergi bertiga bersama Aurora. Awalnya Gendarly dan Axl meminta supaya mereka pergi berdua saja, akan tetapi baik Lavina maupun Auriga, sama-sama bersikukuh ingin membawa Aurora.Alasannya simpel, Lavina tidak mau berduaan saja dengan Auriga.“Mommy, aku baru pertama kali lho ke Korea, entar di sana kita mau ngapain aja?”Pertanyaan bernada polos dari Aurora membuat Lavina mengalihkan tatapannya dari pesawat yang terparkir di luar sana, ke arah anak itu yang duduk di sampingnya.Raut wajah Lavina yang semula tampak muram, seketika berubah cerah, ia menjawab panjang lebar, “Aurora, di Korea itu banyaaaak banget tempat wisata. Pokoknya nih ya, kamu ikutin Mommy Lavina aja deh, pasti bakalan seru dan kamu nggak bakal nyesel. Entar kita main banyak wahana-wahana seru di Everland! Terus kita berkeliling istana kerajaan K
Lavina menunjukkan boarding pass dan paspor pada pramugari berwajah khas Korea yang menyambut dengan ramah di pintu masuk pesawat.Sejenak, Lavina merasa ragu untuk masuk. Ia menelan saliva begitu tatapannya tertuju pada kabin pesawat yang terlihat dari ambang pintu, tempatnya berdiri sekarang. Wajahnya mendadak berubah pucat, tangannya meremas ujung hoodie over size-nya dengan sedikit gemetar.“Mrs, are you oke?” tanya pramugari, yang membuat Lavina tersadar bahwa di belakangnya sudah mengantre beberapa orang yang mau masuk.“O-oke.” Lavina kemudian menyusul Auriga, Aurora serta Yoana yang sudah lebih dulu masuk.Ayah mertuanya memesankan tiket untuk mereka bertiga di kelas utama yang berada di kabin paling depan. Bagi Lavina yang baru pertama kali naik pesawat, ia sangat terkesan dengan kemewahan di dalam pesawat tersebut.Kursi kelas utama terdapat empat kursi di setiap barisannya. Satu kursi di dekat jendela sebelah kanan, dua di bagian tengah, dan satu lagi di dekat jendela sebel
Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih tujuh jam di udara, akhirnya rombongan kecil itu tiba di Korea pada waktu dini hari.Lavina mampu menghabiskan sisa waktu di pesawat dengan tenang setelah Auriga menenangkannya.Begitu menginjakkan kaki di bandara Incheon yang tampak megah dengan cahaya berkilau dari langit-langit yang tinggi, Lavina langsung terpana. Ketakutan yang ia rasakan selama di dalam pesawat, kini terbayar oleh kemegahan yang terpampang nyata di hadapannya.Gadis yang semula tampak kuyu dan mengantuk itu, seketika berubah cerah secerah mentari di siang hari.Dia sibuk dengan kamera ponselnya untuk memotret setiap sudut bandara. Ia juga mengambil foto selfie bersama Aurora, dengan senyuman lebar dan jari membentuk huruf V.Sementara itu, Auriga berjalan di belakang mereka dengan ekspresi datar dan langkah tegap. Yoana berjalan di sebelahnya dengan anggun. Kacamata hitam bertengger di hidung Yoana, untuk menyamarkan matanya yang sedikit berkantung.Seorang pria men
Kamar yang disewa Auriga adalah tipe presidential suite. Terdiri dari dua kamar, ruang televisi, dan ruang dapur yang dilengkapi peralatan masak serta meja makan.Lavina terbengong-bengong memandanginya. Ia mengira-ngira berapa juta rupiah yang harus dikeluarkan Auriga untuk menyewa kamar ini dalam semalam.Karena waktu masih dini hari dan di luar langit masih gelap, Aurora sudah terlelap sejak di dalam mobil.“Om!”Lavina berlari kecil menghampiri Auriga yang baru selesai menaruh Aurora di atas tempat tidur. Pria itu baru saja keluar dari kamar “Apa?” Auriga menutup pintu kamar dan menatap Lavina dengan datar.“Om bilang, tour guide kita itu kenalan Kak Archer, ya?”“Iya.” Jawab Auriga dengan malas sembari berjalan menuju ruangan dapur.Lavina mengekorinya dan kembali bertanya, “Kalau gitu Om tahu dong statusnya Young Soo ahjussi?”“Status?” Auriga berhenti melangkah, seketika ia berbalik badan hingga Lavina menabrak dadanya.Lavina mengaduh sembari mengusap dahi. “Kalau berhenti bi
Untuk sesaat, waktu seakan berhenti berputar. Mata Lavina membelalak, tubuhnya membeku. Sementara itu, dengan santainya, kelopak mata Auriga perlahan terbuka hingga pandangan keduanya bertemu dalam jarak yang teramat sangat dekat.Lavina terkesiap. Cepat-cepat ia menarik wajahnya menjauh, lalu berdiri di samping tempat tidur dengan mata mengerjap-ngerjap.“Kamu sudah berani cium saya rupanya,” gumam Auriga seraya mengangkat satu sudut bibirnya dan menatap Lavina.“Enak aja!” protes Lavina, tak terima dengan tuduhan itu. “Aku nggak cium Om duluan! Tapi Om yang udah narik tangan aku yang bikin aku jatuh!”“Saya narik tangan saya sendiri. Kamunya saja yang nggak mau melepas tangan saya.”“Apa!” Lavina melotot, tangannya berkacak pinggang. Dengan suara melengking ia kembali protes, “Harusnya Om bilang dulu dong kalau mau narik tangan Om! Pokoknya Om yang salah! Om harus minta maaf sama aku karena sudah menodai aku!”Auriga hanya mendengus menanggapi ocehan gadis berkaos kedodoran itu. “Ka
Di kejauhan, rahang Auriga terlihat mengetat melihat pemandangan ketiga orang itu. Ia kemudian mendekati mereka dan menggendong Aurora. “Selesai main pasirnya ya. Sudah waktunya bersih-bersih.”“Yaaah….” Aurora tampak kecewa.“Kamu—” Auriga bicara pada Lavina. “Ikut saya. Tolong bersihkan Aurora.”Lavina mengangguk patuh. Ia mengikuti Auriga dan sempat melihat Yoana yang juga ikut di belakang mereka.Lavina menghela napas panjang. Sikap Yoana yang terlihat kentara sekali ingin menguasai Auriga, membuat Lavina merasa kesal tanpa alasan.Apalagi ketika Lavina ingat ucapan Feli—istri Archer, atau kakak iparnya, beberapa hari yang lalu. Feli berpesan bahwa Lavina harus waspada terhadap wanita yang menjadi temannya Auriga.Ya, beberapa hari yang lalu, saat Auriga masih di Australia, Feli dan Kimberly bertamu ke rumahnya. Kemudian dengan polosnya Lavina bertanya apa artinya friend with benefit itu. Namun, Feli tidak memberi jawaban secara spesifik. Feli hanya tercengang, lalu menyuruh Lavin
Auriga bergegas ke luar kamar setelah memastikan Aurora tertidur nyenyak. Jika sudah nyenyak, anak itu memang tidak akan terbangun kecuali jika sedang sakit.Dengan bermodalkan map digital, Auriga akhirnya menemukan sauna yang tadi disebutkan Lavina.Yang terbayang di benak Auriga saat ini adalah Lavina sedang berendam di kolam air hangat bersama Young Soo, dengan pakaian yang tidak pantas.Auriga merasa kesal memikirkannya, karena menurutnya, dengan kondisi seperti itu Lavina akan membuat Auriga malu di depan Young Soo. Dan mungkin saja Young Soo akan menganggapnya sebagai suami yang tidak bisa menjaga harga diri seorang istri “Hai! Mau ke mana?” seru Yoana tiba-tiba, mereka berpapasan di lorong hotel. Malam ini Yoana tampil seksi dan segar.“Ada urusan penting.” Auriga menatap Yoana sebentar, lalu melanjutkan langkahnya melewati wanita itu.Yoana menyusul. “Urusan penting apa?”“Sesuatu yang berkaitan dengan Young Soo.”“Young Soo? Memangnya kenapa dia?”“Bukan apa-apa.”Yoana bisa
Setelah menghabiskan waktu di Busan, ke lima orang itu pun kembali ke Seoul dan mengunjungi istana kerajaan Korea—Gyeongbokgung Palace. Lavina tidak pernah terlihat tidak antusias selama di Korea. Gadis itu selalu ceria seakan-akan tidak memiliki masalah dalam hidupnya. Dia sering bercanda bersama Aurora dan Young Soo. Sementara itu, Yoana selalu mengekor ke manapun Auriga pergi. Dan dia tidak pernah berhasil membujuk Aurora agar mau bersama-sama dengannya. “Mommy, aku cantik nggak?” Aurora memutar tubuhnya yang memakai pakaian tradisional Korea. Sebuah busana berwarna merah muda dengan motif burung bangau, pakaiannya tertutup, dan bagian roknya mengembang. Rambut Aurora dikepang, persis seperti seorang putri kerajaan pada jaman Joseon. “Wuaaa! Aurora cantik sekali! Nanti kalau udah keluar dari sini, terus dilihat Daddy, Daddy pasti terpesona sama kamu,” puji Lavina, yang membuat Aurora terkikik sembari menutupi mulut dengan jemarinya yang mungil. “Mommy juga cantiiik banget!” se