Share

2. Hari Pertama Kerja

Sekembalinya Eve ke rumah, ia langsung bersiap untuk bekerja di Vinestra Group. Itu adalah sebuah perusahaan besar di pusat kota New York di mana Eve baru saja diterima bekerja di sana setelah proses panjang interview dan tes kompetitif terlampaui. Maklum, perusahaan bonafid tersebut memang menarik banyak peminat dari para mahasiswa fresh graduate untuk melamar. Sehingga persaingan cukup ketat.

Beruntung sekali Eve turut lolos dan mendapatkan surat panggilan kerja mulai esok, hari Senin di awal bulan Juli. Anak gadis semata wayang dari pasangan muda Pak James Ravenwood dan Bu Kate Ravenwood itu berhasil memikat penilaian positif dari sang kepala bagian HRD karena berhasil meyakinkan bahwa dirinya siap dikejar target deadline dan mampu bekerja sama dengan tim.

Ia sudah mempersiapkan segala rupa yang dibutuhkan dari mulai baju kerja, menyetrikanya ulang dengan rapi bahkan selepas dari laundry. Ia ingin memastikan hari pertama bekerjanya sempurna. Bahkan tas kerja pun telah disesuaikannya. Diisinya dengan peralatan ATK yang mungkin akan dibutuhkan, lalu tentu saja tak lupa mengisi dompet beserta kotak make-upnya. Ya, seribet itu memang seorang gadis.

“Aku berangkat ya, Ma!” serunya dari belakang sambil mencium pipi sang mama yang tengah berdiri mengemasi piring bekas mereka sekeluarga sarapan.

“Sudah bawa bekal, Eve?” tegur Pak James yang juga masih duduk di kursinya, menyesap kopi.

“Sudah di tas, Pa!” sahut Eve sembari menghampiri sang papa dan mencium pipinya juga. Ia lantas berlari kecil keluar rumah menuju mobil matic berwarna biru metalik yang telah menjadi kendaraannya sejak masa kuliah.

Jam masih menunjuk pukul 06.30 tetapi Eve sudah terburu-buru sekali ingin lekas sampai di kantor. Setidaknya hari pertamanya ia tak boleh sampai telat. Lebih baik dinilai sebagai karyawan yang rajin sejakawal kan daripada harus mengantongi predikat tukang telat.

Dikendarainya mobil dengan kecepatan sedang di mana perjalanan lalu lintas pagi itu di kota New York ramai lancar. Hari Senin terkadang memang rawan kemacetan dan untuk itulah Eve sudah berjaga-jaga dengan berangkat jauh lebih awal.

Akan tetapi, rupanya hanya macet sedikit yang mudah untuk terurai dan Eve bisa sampai di kantor tanpa hambatan berarti. Ia terus mendengungkan lagu kesukaannya yang melantun dari perangkat pemutar musik di dashbor mobil hingga sampai di gedung besar nan mewah tempat di mana kantornya berada.

Ia mengikuti mobil lain yang masuk ke arah parkiran basement dan mencari tempat parkir yang masih separuh kosong. Pasti karena masih banyak yang belum datang sepagi itu. Akhirnya ia pun masuk melalui pintu masuk utama gedung dan menuju ke lift untuk naik ke lantai 4 di mana ruangan untuk staff office marketing berada.

Ya, ia diterima di bagian managerial marketing, menjadi bawahan langsung dari seorang manager marketing yang katanya sedang membutuhkan asisten. Ia belum bertemu dengan beliau selain hanya diberitahu bahwa namanya adalah Bu Jenny.

“Anda Nona Eve, asisten baru, ya?” tanya Bu Jenny kala wanita yang ditaksir berusia sekitar tiga puluhan itu masuk ke ruangan.

Eve segera bangkit dari kursinya dan menunduk hormat sembari menjawab takzim, “Betul, saya Eve, Bu. Salam kenal. Siap bertugas untuk membantu Anda.”

Tampak Bu Jenny mengulas senyum tipis lalu mengambil setumpuk berkas dan meletakkannya di atas meja Eve.

“Ini pekerjaan kamu. Kamu pelajari dan periksa semuanya dulu sehubungan dengan trik marketing perusahaan, lalu laporan harian, mingguan dan bulanan. Semua rekapnya ada di situ. Kalau ada yang kurang dipahami bisa tanya langsung, ya. Setelah paham semua maka kamu akan mulai saya tugaskan membuat rekap untuk bulan ini.” Bu Jenny memberikan instruksinya sambil membolak-balik tumpukan berkas itu untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.

“Baik, Bu. Akan saya periksa dan pelajari dulu,” jawab Eve sambil matanya mendelik karena tak tahu kalau ia sudah harus bekerja di hari pertamanya. Bukannya seharusnya ia masih magang dulu? Bukankah magang itu artinya adalah diberikan pelatihan-pelatihan dulu? Ah, entahlah. Ia hanya berharap mampu melakukan apa pun yang ditugaskan oleh sang atasan tanpa melakukan kesalahan agar kesulitannya saat interview tak berakhir sia-sia belaka.

Jam demi jam berlalu dan Eve tenggelam dalam tumpukan berkas yang rupanya sangatlah rumit itu. Ada banyak sekali tipe marketing yang dijalankan oleh perusahaan itu dan ia harus segera menguasai kesemuanya. Meskipun tugasnya hanya sebagai asisten manager, mungkin ia nanti ke depannya juga akan diminta menghandle tim marketer atau apa sehingga garus mempelajarinya dengan seksama. Astaga!

Saat jam istirahat, Eve langsung merasa beban di pundaknya terangkat seketika. Ia ingin keluar dan makan siang di kantin untuk me-recharge energi serta menghalau stres di hari pertama bekerja! Segera saja ia turun ke lantai bawah dan berjalan hendak ke kantin. Namun, dari jauh ia melihat sesosok pria yang tampaknya tak asing.

“Ya ampun! Itu kok kayak ....” Dia tak sengaja memelototi pria bersetelan jas rapi dengan rambut kelimis dan wajah menawan yang tengah berjalan berpapasan dengannya. Pria itu bersama dua orang pria lain yang sedang mendengarkan instruksinya dengan wajah sangat serius.

Mungkin karena terlalu intensnya tatapan Eve, pria itu berhenti dan membalas tatapannya.

Sejenak hening meraja kala kedua pasang bola mata itu saling mencoba mengenali. Memutar ingatan ke beberapa malam lalu di mana mereka tak sengaja bertemu!

“Hei! Kamu ...?” Pria itu tampaknya juga mengingat wajah Eve.

Dan seketika Eve yang merasa dia sedang dalam bahaya itu segera berlalu pergi dari sana sambil berkata, “ Bukan-bukan, saya salah orang! Maaf!”

Ia setengah berlari dari sana karena sungguh ia tak mau dikenali sebagai gadis nekat dan gila oleh seorang yang sepertinya berkedudukan penting di Vinestra itu. Astaga! Apa benar dunia bisa sesempit ini, Ya Tuhan! Pekiknya setengah memekik seorang diri sambil terus berjalan ke arah kantin.

Sampai di kantin, ia hanya memesan es lemon tea dan membuka bekal makan siangnya lantas segera menyuapkan ke mulut. Ia lantas menghubungi salah satu temannya dekat yang ikut dalam acara ke pantai beberapa hari lalu.

“Cindy, kau pasti ingat pria yang kutembak waktu di pantai, kan? Astaga! Siapa sangka dia juga orang Vinestra! Atasanku sendiri! Ya Tuhan!” pekik Eve di ponsel saat nada sambung sudah terdengar dari seberang.

“Rupanya benar!” Sebuah suara bariton dalam mengagetkan Eve yang tengah berkonsentrasi menuturkan ceritanya kepada sang sahabat. Spontan ia menoleh dan matanya membeliak ngeri kala melihat sosok pria tadi rupanya sudah berada tepat di belakang punggungnya, sedang menguping pembicaraannya!

“Sudah kuduga kau gadis kurang ajar yang di pantai itu! Sedang apa kau di sini, ha? Jangan bilang kau diterima sebagai karyawan baru di perusahaanku!” Pria itu melanjutkan ucapan yang kini semakin membuat Eve terperangah kaget.

***

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Weka
Hmmm, ternyata
goodnovel comment avatar
Cindi82
nah loh eve
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Hahaha jodoh dah Eve ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status