Share

Bab 59 - My Benning

My benning

Kini Leira sedang duduk dimana Julian sedang membuat sesuatu dengan bahan makanan dan juga alat masak, ada kesenangan tersendiri bisa melihat pria itu berdiri di sana, rasanya pesonanya jauh lebih tampan daripada ketika Julian akan berangkat bekerja, entahlah mungkin karena Leira tumbuh besar tanpa sosok sang ayah, jadi dirinya lebih menganggap Julian adalah sosok pengganti ayahnya.

Sejak menikah hingga saat ini, Julian menjadi hal yang selalu Leira butuhkan, pria itu bisa menjadi sosok ayah untuknya tapi juga bisa jadi sosok suami yang baik, Julian adalah suami yang menjadi idaman kaum hawa, seharusnya jika dikatakan Leira beruntung, itulah kenyataan Leira yang lebih beruntung mendapatkan Julian tapi ada rasa pahit juga dimana Julian bukan suami resminya, hanya suami kontrak.

'Bisakah, aku berharap bisa terus melihatnya setiap pagi seperti ini? Apakah aku bisa hamil nantinya?'

Leira memikirkan hal itu saat mereka telah menjadi satu dalam gelapnya malam, Julian memberikan banyak sekali, apakah memungkinkan itu langsung terbuahi?

Dari referensi yang Leira cari, harus sering melakukan di hari-hari suburnya, Leira bahkan belum membaca tentang masa subur dan siklus haidnya, pengetahuan tentang hamil masih begitu minim, dan begitu buta untuk kesiapan menjadi seorang ibu.

Ya, hal yang wajar dan seharusnya tidak terjadi, gadis seusia Leira seharusnya mendapatkan pembelajaraan lebih dahulu tentang pernikahan tapi dirinya harus langsung terjun pada dunia pernikahan itu, jadi wajar jika saat ini dirinya begitu overthinking pada hal yang akan terjadi nantinya.

"Bagaimana jika sore nanti kita jalan-jalan? Atau ada tempat yang ingin kamu kunjungi?" Tanya Julian, di sela dirinya yang sedang tahap membuat sup untuk gadis itu, tapi saat Julian melirik ke arah sang istri, Julian hanya bisa menatap dan bingung karena Leira tidak merespon ucapannya.

"Halo Nona! Yang ada di hadapku? Aku sedang berbicara denganmu," Ucap Juljan, pria itu sampai melambaikan tangannya ke arah Leira untuk memberhentikan gadis itu memikirkan sesuatu.

"Ah? Apa yang kamu bicarakan? Tentang makanan? Dari aromanya seperti enak," Ucap Leira, akhirnya Leira kembali pada dunianya, dia menunjukan senyuman kaku saat menatap Julian.

"Aku tidak berbicara tentang makananku, my little wife!" Ucap Julian, pria itu meninggalkan bar dapur, berjalan mendekati sang istri dan menarik dagu Liera untuk menatapnya.

"Katakan apa yang mengganggu pikiranmu?"

Leira terlihat ragu saat melihat ke arah Julian, haruskah dirinya mengatakannya? Bagaimana jika suasana hangat ini berubah jika Leifa mengatakannya? Dan dirinya masih ingin menikmati honeymoon ini sampai hari berakhir, membuat kenangan yang akan menjadi kenangan terakhir bersama Julian.

"Tidak, bukan hal penting, apakah makanan masih lama? Sebenarnya aku sudah mulai merasa lapar," ucap Leira, dia mengalihkan pembicaraan, entah semakin dipikirkan semakin membuat hatinya sakit dan rasa egois semakin menguasai dirinya.

"Baiklah, lain kali aku tidak akan melepaskanmu!"

Julian kembali ke dapur lagi, menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, tangannya mulai mencicipi rasa dari masakannya, lalu menuangkan ke dalam mangkuk kecil, memastikan kompor dan mulai menata untuk makan bersama.

Julian menarik kursi di samping Leira, duduk bersama sang istri untuk menikmati sarapan pagi dengan pemandangan kota paris di pagi yang indah, sudah terlihat aktivitas yang dilakukan oleh warga paris, jalanan sudah dipenuhi berbagai jenis kendaraan umum maupun pribadi, karena ini bukan hari libur.

Leira juga menikmati sarapan yang Julian buatkan, sepertinya langsung memberikan energi untuk tubuhnya, di tambah lagi pemandangan indah di depan matanya, bagaimana mengatakannya?

Ini sangat indah dan tidak pernah dirinya pikirkan, Leira memang punya impian untuk pergi ke paris, tapi siapa yang akan tahu jika dirinya akan kesana bersama seseorang, apalagi adalah suaminya.

Keduanya menikmati sarapan pagi hanya dengan keheningan tanpa ada percakapan lainnya, rasanya sudah cukup banyak yang mereka ceritakan, atau mungkin rasa canggung akan kejadian tadi malam.

Tidak bisa di pungkiri jika Julian terlalu berlebihan sama Leira dan jika melihat begitu banyak kissmark di tubuh Leira, tapi disisi lain ada rasa bangga yang tidak Julian bisa tutupi.

"Bagaimana jika nanti sore kita pergi keluar?" Tanya Julian lagi, tangan menunjuk pada menara yang mereka lihat di hadapannya, merana yang jadi ikoniknya paris.

"Baiklah, aku juga ingin menikmati liburan ini," Ucap Leira, dirinya tidak akan mensia-siakan waktu liburan ini yang tidak akan terjadi dua kali, banyak list yang sudah menjadi rencana utama Leira ingin ke kota ini, jadi untuk apa jika pada akhirnya hanya berada di hotel terus.

"Kau yakin? Maksudku kamu bisa berjalan dengan baik?" Tanya Julian, mengingat betapa liar dirinya, Julian sudah yakin jika itu membuat Leira kesulitan berjalan.

Leira langsung menundukan kepala dengan malu saat Julian menatap dirinya, kenapa terus membahas hal itu, Leira jadi malu dan tidak bisa berbohong jika itu benar!

"Sudahlah berhenti Julian! Aku bisa berjalan dan aku baik-baik saja, aku bahkan masih bisa membiarkanmu melakukannya lagi!"

Julian tentu saja terkejut, siapa yang mengajari istrinya berkata seperti itu, berani sekali untuk menggoda dirinya secara terang-terangan, Julian menarik dagu gadis itu dan memberikan tatapan tajam.

"Siapa yang mengajarimu berkata seperti ini? Katakan jika siapa, aku akan memberikan pelajaran padanya! Istriku ini hanya boleh belajar denganku!" Ucap Julian, pria itu tahu jika dirinya terlalu berlebihan tapi sungguh menyenangkan membuat gadis itu tersipu malu.

"Kamu! Jadi jika itu yang mengatakan aku sendiri, apa aku akan di hukum juga?" Tanya Leira, kenapa dirinya tidak boleh mengatakan itu jika Julian terus menggoda dirinya, ini tidak adil, apakah dirinya harus terus menjadi gadis lugu?

Dia sudah mengenal dunia tentang suami dan istri, jadi hal yang wajar berbicara seperti itu!

"Tentu, hukuman yang membuatmu mendesah kenikmatan!"

Leira memukul pelan dada bidang Julian, wajahnya terasa panas jika pria itu terus mengatakan hal yang vulgar, "Kamu! Ini masih pagi! Apakah kemarin tidak cukup?"

Julian memegang kedua tangan Leira untuk menghentikan memukul dirinya, dia ingin sekali tertawa melihat begitu lucu istrinya, "Leira, kamu tidak tahu saja jika ada olahraga pagi yang bisa di lakukan juga,"

Bola mata Leira berbuka lebar, dirinya berusaha untuk kembali memukul pria di hadapannya, bagaimana pria itu begitu mesum, jika seperti ini Leira semakin malu!

"Julian, hentikan! Kamu membuatku tidak bisa berhenti mengingat kejadian kemarin!"

Dan akhirnya Julian tertawa, wajah Leira begitu merah dengan semu di pipinya, sangat lucu seperti badut, ingin sekali Julian menggigit pipi itu yang terus mengembang dengan pelan Julian membawa Leira masuk ke dalam pelukannya.

"Baiklah, aku tidak akan membahasnya lagi, jadi saat kamu melamun tadi kamu memikirkan tentang apa kejadian kemarin? Wow, istriku ternyata mesum juga!"

Leira menjauhkan tubuhnya dari Julian, dia menunjukan ekspresi jika dirinya sangat marah dengan melipat kedua tangannya di dadanya.

"Itu tidak benar! Aku tidak memikirkan hal itu! Kau salam paham!"

"Aku tidak masalah jika kamu terus memikirkan itu Leira, yang terpenting itu adalah diriku, aku sungguh tidak mau kamu memikirkan orang lain, pikirkanlah aku sampai kamu merasa bosan,"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status