Share

chapter 64 - Everything Goes

Perihal kebohongan yang telah Julian katakan pada ayahnya membuat dirinya begitu hati-hati dalam bertindak, ataupun berinteraksi dengan ayah mertuanya, dia tidak ingin mengecewakan tapi kebohongan itu tidak akan pernah baik untuk di sembunyikan.

Karena sebaik apapun kau menyimpan kebohongan, maka selalu ada cela untuk mengungkapkan kebohongan itu.

Leira sempat ingin menanyakan kembali pada Julian, tapi jola dirinya membahas itu saat mereka sedang berlibur rasanya bukan hal yang tepat, jadi setelah kembali Leira akan langsung pembicaraan pada Julian, dan menyuruhnya untuk memberikan solusi atau mengatakan hal sejujurnya pada Ayahnya.

Walau waktunya tinggal bulan lagi, tidak masalah jika pada akhirnya mereka harus berpisah bukan? Tapi Leira tidak akan rela jika julian menikahi gadis lain, dia bersumpah akan melupakan apa yang telah terjadi di paris, tidak peduli jika suatu hari Julian mengungkapkan tentang itu.

Leira bukan seseorang yang mau membagi Julian pada wanita lain, dia sangat menjunjung tinggi jika Julian adalah miliknya, maka tidak boleh ada kata lain selain miliknya.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Julian, dia kembali mendekati Leira setelah membawa koper mereka untuk di serahkan pada pihak bandara, ikut duduk di samping sang istri sambil menunggu mereka masuk ke dalam.

"Aku memikirkan liburan ini terasa begitu singkat, rasanya baru kemarin aku menginjakkan kaki kota di paris, kini aku harus meninggalkan," ucap Leira, dia berbohong tentang hal yang apa dirinya pikirkan, tapi tidak bisa di pungkiri jika Leira masih ingin liburan ini berlanjut.

Julian tersenyum, dia merangkul pinggang leira dan menyatukan kepalanya dengan bersandar di bahunya, jika bukan karena tuntutan pekerjaan, Julian juga sangat enggan meninggalkan honeymoon mereka, karena disanalah Julian mendapatkan apa yang dia bisa lakukan.

"Jangan berpikir seperti itu, kita masih bisa melakukan honeymoon kedua ketiga dan seterusnya, kita pasti bisa pergi ke berbagai tempat, mungkin dengan bayi kita," Ucap Julian.

Kalimat itu membuat Leira sedikit berharap jika hasil mereka selama Honeymoon berjalan dengan baik, menumbuhkan sebuah harapan besar untuknya dan bersamaan yang akan terus berjalin, walau banyak kemungkinan tidak berhasil, tapi yakin adalah hal baik yang akan datang.

"Aku juga ingin kembali menikmati destinasi setiap negara, berjanjilah akan mengajakku lagi di lain waktu," Ucap Leira, saat ini hanya itulah keinginannya, walau setelah kembali Leira akan sibuk dengan ujian kuliahnya lagi, untuk penentuan lolosnya dan Julian yang sibuk dengan pekerjaannya.

"Aku janji, kemanapun aku pergi, aku akan selalu membawamu, aku juga akan selalu ada disisimu, aku janji Leira."

Leira tersenyum, dia menyandarkan kepalanya di bahu Julian, semakin hari rasa khawatir hilang begitu saja tapi tidak bisa menjauh darinya, hubungan ini benar-benar seperti area permainan, setiap level memiliki tingkatan sendiri.

"Ayo, kita harus pulang sekarang,"

Leira menarik tangan Julian, untuk segera meninggalkan kursi setelah petugas bandara menginformasikan jika sudah waktunya keberangkatan mereka, Julian hanya bisa tersenyum, walau akhir-akhir ini kepalanya sering terasa sakit, bukan pusing tapi rasa sakit yang tidak di artikan.

"Aku ingin duduk di dekat jendela," Ucap Leira, menarik tangan Julian untuk menjauh dari kursi favoritnya.

"Menggemaskan sekali kamu ini! Baiklah, untuk istri kecilku, aku akan menyalah."

Julian melangkah untuk memindahkan posisinya, tapi baru saja mengangkat tubuhnya, pria itu merasakan kembali rasa sakit luar biasa itu, Julian mencoba untuk tidak menunjukan kepada Leira.

"Tidurlah, perjalanan ini cukup panjang," Ucap Julian, pria itu sedikit memundurkan kursi duduk Leira, agar sang istri bisa beristirahat dengan baik.

Leira tidak sengaja menolak ke arah Julian saat hendak memasang sabuk pengaman, tubuhnya refleks langsung menarik wajah sang suami dan terkejut melihat darah yang keluar dari hidung Julian.

"Julian, kamu mimisan." Ucap Leira, dia menarik pakaiannya untuk membersihkan darah yang mengalir dari hidung Julian.

"Permisi, bisakah berikan aku tisu?" Tanyanya, Leira tidak boleh panik di situasi seperti ini, dia berbicara pada pramugari yang kebetulan melintas.

"Leira, aku baik-baik saja," Ucap Julian, dirinya mencoba untuk memahami apa yang terjadi pada dirinya, aneh karena dirinya tidak terjadi apapun sebelumnya, Juluan hanya bisa diam saja ketika Leira masih menutup hidungnya, dengan pakaiannya.

Pramugari yang di minta tolong oleh Leira langsung memberikan apa yang di butuhkan Leira, dan dengan sigap Leira memberikan darah yang tidak lagi menetes dari hidung Julian.

"Tuan, anda baik-baik saja? Jika ada ingin di periksa, kami memiliki tenaga medis disini," Ucap Sang Pramugari tentu saja mereka tidak mau mengambil resiko jika membawa seseorang yang sedang sakit.

"Aku baik-baik saja, terima kasih atas bantuannya," Ucap Julian, dia jadi merepotkan banyak orang, pria itu menatap Leira masih sibuk memberikan hidungnya.

"Apa yang kamu pikirkan hingga terjadi mimisan? Apa kamu sakit? Bagian mana yang terasa sakit?" Tanya Leira, pasalnya Julian berhenti minum obat setelah pulang dari rumah sakit, walau sudah beberapa kali Leira menyuruhnya pria itu sunguh keras kepala.

"Aku baik-baik saja Leira, ini hanya karena aku sedikit stress, jangan pikirkan apapun dan istirahatlah," Ucap Julian, dia mengambil tisu yang ada di tangan dan membersihkan sendiri.

"Setelah pulang, kita harus ke rumah sakit, ingat tidak boleh ada penolakan!" Ucap Leira, dia memutuskan untuk kembali duduk tenang di kursinya.

"Yaz setelah sampai kita akan ke rumah sakit, aku janji,"

"Janji?" Tanya Leira, mengulurkan jemari kelingking ke arah Julian, membuat janji dengan menyatukan jari adalah hal yang sering Leira lakukan, walau seperti anak kecil.

"Ya, aku janji istri kecilku," Ucap Julian, dia juga ikut mengulurkan tangannya, mengikat jemari kelingking dengan punya Leira.

"Aku mencintaimu!" Setelah mengatakan itu Leira langsung menyembunyikan dirinya di balik selimut dan mengabaikan ketika Julian memeluk dirinya.

"Apa yang kamu katakan? Seperti pendengaranku bermasalah, Liera katakan sekali lagi!" Ucap Julian, dia mencoba membujuk Leira untuk mengatakan lagi.

Leira melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya, menatap Julian yang ada di belakangnya, dengan tatapan tajam Leira memperingati jika seharusnya pria itu masih harus duduk.

"Aku mencintaimu Julian!" Ucap Leira, jika tidak dalam pesawat mungkin dirinya sudah berteriak kencang, "Dan itu, mimisanmu! Tetaplah simbat dengan tisu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status