Share

Diary Ara

Narendra masuk kedalam kamarnya setelah Adelia selesai mengeringkan rambut dan mengaplikasikan krim malam diwajahnya, dari wajahnya terlihat sekali kalau Narendra sangat muak melihat Adel duduk di depan meja rias.

“Jangan senang dulu, besok pagi aku akan mengatakan semuanya pada ayahku kalau kita akan berpisah,” ucap Narendra dingin seperti biasanya.

Adelia tersenyum mendengar perkataan Narendra. “Silahkan Mas, kalau Mas butuh bantuan aku siap membantu Mas Rendra bicara pada Pak Wijaya.”

Kemarahan Narendra yang sudah sampai ubun-ubun langsung lenyap ketika mendengar perkataan Adelia. “Apa kau bilang?”

Adelia membalik tubuhnya menghadap Narendra yang masih berdiri sambil berkacak pinggang. “Aku akan membantu Mas Rendra bicara ke Pak Wijaya kalau kita tidak cocok dan memutuskan untuk berpisah setelah Mas Rendra kembali dari USA,” jawab Adelia lembut sambil tersenyum.

Selama beberapa detik Narendra terhipnotis dengan senyuman Adelia, malam ini Adelia nampak berbeda di mata Narendra. Dengan rambut yang dibiarkan tergerai dan hanya memakai bathrobe membuat Adelia seperti bukan Adelia.

“K-kenapa tiba-tiba kau setuju untuk berpisah?” tanya Narendra terbata.

Adelia menaikkan satu alisnya. “Bukankah sejak awal Mas Rendra tidak menginginkan pernikahan ini, ya? Lalu kenapa Mas memberikan pertanyaan itu padaku?”

“Adel,” geram Narendra memperingatkan.

“Aku hanya tidak mau menjadi perusak masa depan seseorang Mas, aku juga tidak mau membuat masalah muncul di tengah-tengah keluarga Utama. Jadi aku menyetujui keinginan Mas untuk berpisah,” ucap Adelia pelan dengan suara sedikit bergetar, menahan diri untuk tidak mengatakan alasan sebenarnya.

Tiba-tiba dada Narendra terasa sesak, ucapan Adelia begitu menyakitkan ketika sampai dikedua telinganya. Padahal biasanya selama ini Narendra-lah yang memegang kendali atas Adelia.

“Dan Mas Rendra tidak usah khawatir, setelah semua orang tidur aku akan pindah ke kamarku di bawah,” imbuh Adelia kembali.

Narendra menurunkan kedua tangannya dari dada dan menajamkan tatapannya pada Adelia yang berjarak dua meter darinya tanpa berkedip. “Apa kekasihmu yang mendesakmu untuk segera berpisah dariku, Adel?” OMG Narendra, pertanyaan macam apa ini? Jesus...

Adelia terkekeh geli mendengar pertanyaan Narendra. Sungguh ingin sekali rasanya Adelia membalik ucapan itu pada Narendra saat ini juga, namun karena Adelia teringat akan rencana pembalasan dendamnya Adelia menahan diri.

“Bukankah Mas Rendra tahu kalau aku tidak punya kekasih, lalu kenapa Mas bisa bicara seperti itu? Oh mungkinkah...,” Adelia langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya dengan memasang ekspresi terkejut.

Wajah Narendra langsung merah padam. “A-apa maksudmu, Adel? Kau tidak sedang menuduhku, bukan? Ara baru meninggal dan kau tahu bukan betapa besar cintaku untuk Ara.”

Adelia menggelengkan kepalanya. “Tentu saja aku tahu, Mas. Karena itu aku keberatan menikah denganmu, aku tidak mau melukai perasaan Kak Ara.”

“Lalu maksud perkataanmu tadi apa?”

“Perkataan yang mana Mas?” tanya Adelia pura-pura bodoh.

Narendra menggeram. “Sudah lupakan, aku juga sudah lupa.”

Adelia tersenyum samar melihat Narendra terlihat serba salah malam ini, hanya karena dia lebih proaktif sikap Narendra langsung berubah drastis. Adelia pun langsung merasa kasihan pada mendiang kakaknya yang bisa dibodoh-bodohi Narendra selama hampir satu tahun mereka menikah, mengingat nasib malang sang kakak membuat dada Adelia kembali bergemuruh. Niatnya untuk membalas dendam pada Narendra dan Irene pun semakin berkobar saat ini.

“Baiklah kalau begitu aku turun ya, Mas. Sepertinya semua keluarga Mas Rendra sudah tidur,” ucap Adelia pelan mencoba mengganti topik pembicaraan.

Narendra tak merespon perkataan Adelia, lelaki itu cukup terhipnotis dengan sisi lain Adelia yang menyenangkan. Selama menikah dengan Aralia hubungan Narendra dan Adelia tidaklah dekat, karena Adelia selalu menolak berinteraksi dengan lelaki itu. Maka dari itu Narendra tidak tahu banyak tentang Adelia, yang dia tahu Adelia adalah seorang gadis kutu buku yang kurang pergaulan dan tidak mengikuti perkembangan jaman. Karena itulah saat ini Narendra cukup terkejut ketika berbicara dengan Adelia yang terlihat berbeda malam ini.

Hingga akhirnya Adelia mengucapkan selamat malam, Narendra masih tidak membuka bibirnya. Lelaki itu sepertinya sudah terlarut dalam permainan yang sedang Adelia jalankan. Adelia sendiri langsung merubah ekspresi wajahnya ketika keluar dari kamar Narendra, gadis itu berjalan dengan hati-hati menuruni anak tangga untuk kembali ke kamar pembantu yang menjadi kamarnya.

Sebagai anak orang paling kaya di Solo bukan hal sulit untuk Narendra memiliki apartmen mewah seperti yang sedang ditempati mereka saat ini, karena itu ketika semua keluarganya datang mereka bisa tidur nyenyak di kamar masing-masing tanpa harus berdesak-desakkan.

Begitu sampai di kamar Adelia mengeluarkan sebuah note usang yang baru ia temukan di belakang meja rias, terletak antara dinding dan kaca. Jika dilihat sekilas tidak akan terlihat, namun karena tadi Adelia tak sengaja menggeser meja rias akhirnya note itu terjatuh ke lantai. Pada saat akan mengembalikan kembali note itu secara tak sengaja Adelia melihat inisial nama sang kakak di sampul note berwarna biru itu, Adelia pun mengambil kesimpulan kalau note itu adalah milik kakaknya.

“A. Fransisca,” ucap Gina lirih mengeja tulisan yang berada dibagian bawah sampul note yang kini berada dalam pangkuannya.

Adelia menahan nafasnya selama beberapa detik, berusaha untuk menguatkan diri bahwa apa yang dilakukannya benar. Setelah menghela nafas, Adelia kemudian membuka sampul note itu dan mulai fokus membaca tulisan yang terdapat didalamnya. Seperti tebakan Adelia sebelumnya, note itu benar-benar milik Aralia.

Note yang ternyata adalah buku harian itu ternyata milik Aralia, hanya saja yang membuat bingung adalah kenapa Ara harus menyimpan buku berharganya itu ditempat yang sangat mudah sekali dilihat orang. Menyadari kecerobohan kakaknya dalam menyimpan barang pribadinya seperti itu membuat Adelia semakin curiga, sepertinya kehidupan pernikahan kakaknya tidak sebahagia yang selama ini mereka katakan.

Memikirkan hal itu membuat detak jantung Adel berpacu dengan cepat, suhu kamarnya yang dingin kini berubah menjadi panas secara tiba-tiba. Adelia berniat untuk membaca buku harian kakaknya sampai tuntas malam ini, dia harus mencari tahu apa alasan kakaknya menyimpan buku penting itu dibalik meja riasnya.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status