Pada malam hari, ponsel Andri tiba-tiba bordering keras, ia pun heran, tidak tahu siapa yang menelpon dirinya begitu larut, tetapi juga dalam keadaan “Kehidupan yang di pertaruhkan” seperti ini.
Dia berdiri dan berpikir. Hanphonenya baru saja di beli. Hanya ada nomor telepon Yuni di buku alamat teleponnya.
Dia berpikir, apakah itu Yuni yang menelpon dirinya?
Memikirkan hal ini, dia meminta maaf kepada Rossa dan berkata “aku akan menjawab telepon terlebih dahulu.”
Setelah itu, Andri menemukan ponselnya di meja komputer Rossa, mengambilnya dan memandangnya. Di layar ponsel, nomor telepon asing lainya yang terlihat.
Andri menjawab telepon dengan rasa ingin tahu.
“Hallo!”
“kenapa kamu masih belum pulang ke rumah?” suara Yuni akrab datang dari handset.
Andri ter
Dia langsung mengganti topic dengan cepat dan berkata “Omong-omong, ketika aku pulang hari ini, kuncinya patah didalam pintu. Aku tidak bisa membukanya selama setengah hari, aku ingin meminta bantuan. Tapi setelah mengetuk pintu kamu selama beberapa waktu, tidak ada yang membukanya, aku pergi ke bawah untuk menelepon kamu dari bilik telepon.”Andri tidak berharap Yuni mencari dirinya untuk ini. Sekarang di malam hari, master tukang pembuka kunci telah pergi tidur. Dia tidak mengira Yuni menelponnya. Bukankah dia memiliki tunangan?Dia mengangguk dengan serius dan mengisyaratkan kepada Yuni “Menyetirlah!”Setelah itu, Yuni mengendarai Audi A4 merah di sekitar jalan Eastern Road dan melaju cepat ke distrik Xinhua di mana mereka tinggal.Eastern Road tidak terlalu jauh dengan distrik Haizhu. Dibutuhkan sekitar lima atau enam menit untuk mengemudi.Tak lama kemu
Yuni menatap Andri dengan beberapa kecurigaan “benar tidak ada ?”Andri mengatakan dengan lebih jelas “Beneran tidak ada, jika kamu tidak percaya, kamu bisa pergi mencarinya.”Yuni tampak tak berdaya di depan hujan deras yang jatuh di luar koridor, sekarang sudah larut malam, dia tidak bisa pergi ke hotel sendirian dengan payung ini, bisakah dia?Setelah berpikir tentang hal itu, saat tatapannya berhenti di arah badan Andri dan berkata “bantu aku memindahkannya kembali lagi!”Mendengar hal ini, Andri dengan penuh kekuatan. Dia mengangguk dan tergesa-gesa berjanji “baik!”Andri mengambil koper Yuni ke rumah sewa dengan satu napas. Tentu saja, Yuni mengikuti, dan dia menggigil seluruh badannya dengan dingin.Ketika Andri meletakkan kopernya, ia juga melihat Yuni memegang lengannya erat, dan berkata dengan perhatia
“Baiklah, bergegaslah. Aku sudah hampir mati kedinginan“ Yuni mengigil di kamar mandi.Andri merebus sepanci air selama sekitar 10 menit. Ia khawatir bahwa Yuni akan membeku di kamar mandi. Dia menyalahkan lampu penghangat kamar mandi di luar pintu. Meskipun ia menyia-nyiakan listrik, ia pikir it bermanfaat untuk wanita pujaannya.Saat baru membuka kamar mandi, Yuni berkata dengan menyalahkannya “kamar mandi memiliki penghangat kamar mandi, mengapa kamu tidak menyalakannya dari awal, kamu ingin aku mati membeku?”Andri mengatakan secara teoritis “kamu juga tidak bertanya padaku.”Yuni mendesak lagi dari kamar mandi “Baiklah, berhenti berbicara omong kosong dan pergilah dan didihkan air untukku.”Hanya kemudian Andri pergi ke dapur dan menaruh air dalam tangki air ke dalam panic. Dia membuka kompor gas dan api menyala mulai membakar.
Mendadak, seruan Yuni yang memekakkan telinga terdengar keluar dari kamar mandi.“Andri, apa yang kamu lakukan?”Andri melemparkan cermin diatas mesin cuci ke dalam mesin cuci pada kecepatan tercepat, sehingga tidak dapat di temukan bukti oleh Yuni, dan kemudian ia tidak bisa berdebat.Andri menjawab dengan tenang “Nona Lin, kamu memanggilku?”“apa yang kamu lakukan ?” Yuni sekali lagi memberikan pertanyaan dari kamar mandi.\Andri berpura-pura tidak bersalah dan berkata “aku tidak melakukan apa-apa.”“aku tahu apa yang telah kamu lakukan!” Yuni mendengus dingin, dan mendengar suara air di kamar mandi, seolah-olah Yuni telah mulai mandi.Mendengar suara air mengalir, Andri bernapas lega. Dia tahu bahwa Yuni tidak berani untuk buru-buru keluar menangkapnya pada saat ini.&n
Yuni memberikan tatapan terhadap Andri sekilas bertanya “apa yang kamu pikiran dalam otakmu lagi?”Andri tertawa dan berkata “aku akan menikahi seorang istri di masa depan, aku pasti akan menikah dengan seseorang seperti Nona Lin.”Mendengar ini, Yuni tidak bisa menahan untuk tertawa. Meskipun itu adalah ucapan yang menyanjung, wanita mana yang tidak suka mendengar pujian atas kecantikannya? Jadi Yuni Lin tidak terkecuali.“Pergilah! Jangan sombong!”Seketika itu terpikir oleh Andri bahwa Yuni adalah tunangannya Tommy Sun, dan hati Andri merasa lebih pahit dari pada memakan obat. Dia seharusnya mengatakan bahwa, apa yang bisa di perbuat.Andri melihat bahwa Yuni lelah untuk mengeringkan Rambutnya, dan berkata secara aktif “Nona Lin, biar aku bantu kamu mengeringkan rambutmu!”Yuni menolak secara langsung, &ldquo
Tindakan Andri Chen mebuat takut Yuni Lin. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dia terus bertanya, “apa yang terjadi denganmu?”Dia melihat Andri Chen diam, sibuk mencari ponsel, tapi disaat ia akan mencoba untuk menelepon, menyadari bahwa ponsel itu kehabisan daya, harus menemukan ponsel dari Andri Chen, tujuannya untuk menghubungi 120 memanggil ambulans.Andri Chen, berbaring di tanah, membuka matanya dan memberikan teriakan yang disengaja.“Ah!”Yuni Lin mendengar kata-katanya segera bergegas dan berkata gugup, “bertahanlah, aku akan memanggil 120.”Mendengar hal ini, Andri chen juga ketakutan, dan cepat berkata, ‘Nona Lin, Jangan memanggil 120, aku hanya sedikit merasa panik di dadaku.”Yuni Lin bertanya khawatir, “Apakah kamu memiliki penyakit?” Andri Chen mendesah, &ldq
“tidak percaya? Aku bisa menunjukkan sertifikatku.” Yuni berbicara seperti itu memang benar.Andri berkeringat di hatinya dan berkata tenang, Sialan, kali ini penyamaran terlalu besar.Akhirnya ia hanya bisa membiarkan Yuni, seorang dokter palsu, menyetuh hatinya, tetapi segera setelah tangan Yuni menyentuh dada Andri, ia tanpa dapat di jelaskan menjadi gugup. Tidak tahu alasannya mengapa, perasaan deg-degan seperti ini bagai menggairahkan ketika mencium Yuni.“Duk! Duk!” hati Andri berdetak dengan penuh semangat.Yuni tidak mengira bahwa hatinya Andri berdetak begitu cepat, jadi dia tidak putus asa bertanya “apakah kamu biasanya banyak batuk?”Andri menikmati kegembiraan dan merespon kebingungan “tidak.”“apakah kamu memiliki nyeri di bagian dada?”Andri masih menggelengkan kepa
“bergumam! Mendengus!” tampaknya suara berasal dari perutm tetapi merupakan perut Andri.Dalam hitungan detik,Andri Chen tidak dapat menahannya. Dia berlari ke ruang tamu dengan menutup perutnya. Dia dengan cepat membuka pintu kamar mandi dan berjongkok di toilet, terdengar suara muntah.Selanjutnya, Andri Chen hampir mengisi penuh toilet.Setelah berjongkok di kamar mandi selama sepuluh menit, Andri Chen kembali ke kamar tidurnya dengan cemas dan bertanya kepada Yuni Lin."Nona Lin, obat apa yang kamu berikan kepadaku? Apakah aku akan baik-baik saja?”Yuni Lin tersenyum dengan bangga dan mengatakan satu kata“pencahar!”Andri Chen segera merespon dan bertanya dalam kejutan,"Pencahar?*Yuni Lin berkata dengan ceria, "obat pencahar secara khusus digunakan untuk mengobati pasien, terutama orang tak tahu malu seperti kamu.*&nb