Christine pergi menemui ayahnya di ruang kerja setelah perdebatan sengit antara dirinya dan Edward. "Ayah! Aku ingin bicara sebentar ...."
Delon Snowden. Pemimpin keluarga sekaligus ayah dari anak perempuan kembar itu menatap putrinya dan berkata dengan lembut, "Ada apa Sayang? Apa putra-putranya Ammar mengganggumu?"Christine menggeleng cepat lalu memeluk Delon, erat. "Crystal ... ayah akan menjodohkan dia dengan Tuan Muda Edward, kan?""Loh? Kok kamu bisa tahu?"'He~ jadi benar, ya. Padahal aku asal nebak aja. Berarti anak itu sudah membicarakan masalah ini sejak kapan, ya. Dasar bocah. Lihat saja. Aku akan menghancurkan keinginanmu.' Christine tersenyum kecil membatin."Itu ... tadi aku tidak sengaja mendengar gurauan Edward. Kukira, ayah akan menjodohkan Crystal dengan sepupu mereka. Anak sulung keluarga Herson. Siapa ya namanya?""Adam?""Nah, itu!" Christine menjawab cepat. "Kenapa ayah tidak mendekatkan Crystal pada Adam saja, Ayah?"Delon terdSemua terjadi begitu cepat. Akhirnya, Delon secara tiba-tiba memberikan surat pernyataan pada Ammar mengenai apa yang mengganggunya.Dan kebetulan, Ammar yang juga tidak menyukai Edward, padahal itu putranya sendiri, menghendaki keinginan Delon untuk bertemu. Lalu, mereka, Ammar, Delon, Gallan dan Edward pun bertemu untuk membahas masalah ini."Apa maksud anda, Paman? Bukankah waktu itu anda menyetujui keinginan saya?" Edward remaja merasa keberatan. Dirinya juga merasa telah dibohongi. "Anda meragukan perasaan saya hanya karna sikap saya selama ini?""Bukan begitu, Ed. Kamu lihat sendiri ... Crystal itu seperti apa. Aku juga belum pernah mengatakan padanya perihal perasaanmu padanya. Jadi—""Saya tidak mau." Jawaban Edward membungkam semua orang. "Yang saya inginkan adalah Crystal. Padahal saya sudah mengikuti keinginan anda untuk tidak mendekatinya dan hanya melihat dari jauh. Tapi, sekarang ... apa-apaan sikap anda itu!?""Edward!!!" bentak Ammar merasa tak enak pada Delon."Ayah!"
"Jadi ... begitulah ceritanyaaa ...." Christine mengakhiri cerita sambil mengemuti jemari yang terkena bumbu snack balado yang ia dapatkan dari kulkas Crystal. "Kau sudah mengerti, kan? Kakak kembarku?"Crystal menatap kosong lantai. Tubuhnya seperti bongkahan es beku yang tak bisa dilelehkan. Tekanan yang ia terima terlalu besar. Ia teramat terkejut dengan semua informasi yang masuk ke dalam otaknya."Kau ... gila, Christine!" desis Crystal menatap nyalang kembarannya. "Bisa-bisanya kau masih santai begini padahal semua masalahku bermuara darimu. Apa yang bisa kau pertanggungjawabkan untuk semua kekacauan ini, hah!?" Ia meledakkan diri.Christine sedikit tersentak Crystal bisa berteriak sekencang itu. Ia pikir, wanita itu hanya memiliki suara pelan dan lembut. "Yah, tinggal menikah saja dengan Edward. Selesai."Deg.'Bajingan ini.' Crystal benar-benar tak habis pikir. Tubuhnya terasa panas dan otaknya tidak bisa berpikir jernih. Baru kali ini Crystal merasakan amarah yang begitu besa
"Bagiku pernikahan adalah ...."'Maaf ... tapi, aku berubah pikiran. Aku tidak bisa menyerahkan Crystal pada pria sepertimu. Kau cukup berbahaya untuk Crystal yang lugu dan lemah.''Dan kau ... Ed. Sikapmu sudah menjadi jawaban kalau kau memang tidak cocok dengan Crystal. Harusnya kau sadar diri.'" ... balas dendam." Edward terdiam cukup lama setelah mengatakan itu. Tatapannya menjadi dingin dan seperti ada aura hitam yang menyelimuti dirinya. "Dan ... pembuktian!"Mendengar itu, ketakutan Crystal muncul kembali. Edward benar-benar menyimpan dendam pada keluarganya, terutama ayahnya, bila mengingat lagi bagaimana ayahnya menjawab setiap pertanyaan Edward di masa lalu.Ia sedikit mengerti keadaan yang menimpa Edward. Namun, dia tak ingin bersimpati pada orang yang akan menghancurkan masa depannya dengan iming-iming pernikahan yang sebenarnya adalah penjara baginya.Crystal tak ingin terluka lagi."Kau tidak bisa melampiaskan kemarahanmu hanya padaku, Ed.
'Lihat kan? Dia ini bukan wanita lemah dan polos. Dia adalah wanita yang selalu berhati-hati dengan semua hal.' Batin Edward.Edward mendengus sebal menanggapi pertanyaan Crystal yang terasa seperti sengaja memprovokasi hatinya. "Beri aku alasan. Jika melihat lagi sifatmu, kau bukanlah orang yang cukup peduli dengan kata perasaan. Apa aku salah?""Apa maksudmu? Kau pikir aku tidak pernah pakai perasaan?" tanya Crystal bernada ketus. Ia sungguh kesal dengan pola pikir Edward yang menanggap ia sejenis dengannya. "Dasar Bajingan! Aku bukan orang gila sepertimu!"Edward terkekeh melihat reaksi Crystal. "Benarkah? Kalau begitu, kenapa kau masih mencintai mantan suamimu sampai sekarang? Padahal jelas-jelas dia lebih menyukai wanita iblis itu. Mempertahankan hal itu, bukankah itu mirip denganku yang terus mempertahankan keinginan untuk menikahimu?""Diam!""Mempertahankan perasaan sepihak itu juga, apa bedanya kau denganku?" Edward memangku dagu dengan punggung tangannya seraya tersenyum reme
Esoknya ...20.00 p.mHari pertama tanpa bayang-bayang Edward sungguh menenangkan hati Crystal. Ia pergi berkunjung ke acara makan malam bersama anggota keluarga lain untuk mencari informasi. Sekaligus untuk pertama kalinya bagi Crystal ikut ke pertemuan dengan niat. Karma biasanya dia melakukannya dengan terpaksa.Tempat janjian berlokasi di sebuah kafe yang biasa mereka pesan di saat-saat ingin melepas rindu. Namun bagi Crystal, pertemuan ini hanyalah ajang untuk memamerkan keberhasilan dan kekayaan hidup.Ting ... Nong ..."Crystal ... ini aku, Cynthia! Kau sudah siap?"Mendengar itu, membuat sang pemilik rumah menjadi terburu-buru memakai sepatu hak tinggi miliknya. Mereka mamang sudah janjian akan datang bersama. Padahal Crystal kira, Cynthia akan pergi bersama pacar barunya. Ternyata wanita itu malah mengajaknya.Crystal menghela nafas sebelum membuka pintu. Lalu, "Aku sudah siap. Ayo pergi!" timpalnya. Ia menghiasi bibirnya dengan senyuman manis yang membuat Cynthia merasa aneh
Crystal dan Christine.Dua wanita yang lahir bersamaan dari rahim yang sama. Memiliki bentuk tubuh yang sama persis dari kepala hingga kaki. Namun, yang membedakan mereka hanya dua dan dua hal itulah yang sering digunakan orang lain untuk membedakan mereka.Pertama, matanya.Iris mata mereka berwarna hijau, sehijau sinar mentari yang bertabrakan langsung dengan pepohonan rindang di siang hari. Sangat indah dan memancarkan aura kesuburan dan ketenangan.Namun, warna hijau yang mereka miliki jelas berbeda. Milik Crystal lebih cerah dan bersinar seperti permata emerald yang sangat indah. Sedangkan milik Christine sedikit lebih keruh, tetapi tidak menutup kemungkinan keduanya tetaplah cantik.Ya, mereka berdua sangat cantik terlepas perbedaan yang dimiliki.Perbedaan kedua, tentu saja terletak pada karakter mereka.Crystal terkenal akan parasnya yang cantik dan menawan ditambah sikapnya yang elegan dan anggun serta terkesan dingin. Sementara Christine adalah kebalikan dari Crystal.Christi
"Alasan kebencianmu tidak masuk akal, Christine!" Crystal balik berteriak. "Selama ini, siapa yang terus diperhatikan? Siapa yang lebih terkenal? Dan, siapa yang lebih disayangi? Semua itu kau! Kau!!! Tapi bisa-bisanya kau masih iri denganku yang ... hanya menjadi BAYANGAN WANITA CANTIK!!!"Plak!"Berani-beraninya kau berteriak padaku!" desis Christine tertahan. Ia menarik rambut Crystal hingga sang empu merasa kesakitan. "Kalau kau memang mengakuiku lebih disayangi, kenapa Edward tidak memilihku? Kenapa malah kau?"'Dia ini, bodoh atau gila. Kenapa menanyakan hal yang jelas-jelas tidak kumengerti.' Crystal semakin frustrasi dan kesakitan kala rambutnya terus ditarik-tarik. "Pertanyaanmu itu, kenapa tidak kau tanyakan pada yang bersangkutan, hah!!!?""Aarrghh, aku tidak pernah mendapat jawabannya!" Christine dengan tega menghempaskan rambut Crystal hingga wanita itu jatuh terjerembab membentur bangku taman. "Bocah gila itu ... bocah gila itu, haahhh!!!"'Tidak Christine, tidak Edward,
Crystal kembali ke meja dengan dandanan yang sudah awut-awutan. Ia tak berniat melanjutkan keinginan untuk berbaur lagi dengan yang lain dan memilih pamit pulang.Melihat itu, Gallan sebagai orang yang paling dewasa di situ pun menawarkan diri untuk mengantar Crystal.Crystal merasa tidak enak hati pada Seth, wanita di sebelah Gallan. Calon istri pria itu."Tidak apa-apa, Crystal. Aku tidak akan cemburu hanya karena ini. Kita kan sudah seperti saudara. Kau ingat?" Seth sangat mengerti keadaan Crystal. Sebagai seorang wanita yang lebih dewasa, Seth ingin menenangkan Crystal walau hanya sedikit.Crystal mengangguk. Ia sedikit tersentuh dengan perkataan Seth. 'Sudah kuduga, Gallan dan Seth adalah manusia paling normal di sini.'Gallan dan Crystal berlalu dari hadapan mereka.Sesampai di parkiran, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan seorang pria berjas lengkap dan terlihat sangat rapi tengah duduk di atas kap mobil Gallan."Edward, apa yang kau lakukan di sini?" Gallan melirik Crystal deng