Share

08.

10.30 p.m

[Tuan, ini Ditrian. Saya sudah menemukan Nona Christine dan telah mengirimnya ke LA.]

"Saatnya berangkat!" gumam Edward tersenyum puas setelah membaca pesan dari anak buahnya.

Setelah beberapa hari bertindak lebih tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan keluarganya, Edward mulai beranjak dari kursi yang telah mengurungnya dua hari ini dan terbang ke LA untuk melancarkan aksinya membawa pulang Crystal.

Dan semuanya dimulai dari pertunjukkan kecil. Christine.

Semantara itu, di Los Angeles ...

4.30 a.m.

Ting Nong ...

"Siapa yang datang sepagi ini, ya?" Melangkah mendekati pintu kamar dengan hati-hati, Crystal mengintip lubang pintu dan melihat seorang wanita dan dua orang pria berdiri di depan kamarnya. "Hah? Kenapa—"

Brak.

"KAU!!!" pekik Crystal, keras.

Seorang wanita dengan dandanan menor berdiri menatap Crystal, tersenyum mengejek. "Hai ... lama tak bertemu?"

Gaun baby pink mini tanpa lengan yang hanya sedikit menutupi belahan dada dan bokong, dipadukan dengan high heels 10 cm. Crystal langsung bisa mengenali siapa wanita di depannya saat ini. Tak lupa, Crystal juga mengamati dua pria yang berdiri di antara wanita itu. "Apa-apaan ini?"

"Bagaimana kadonya, Crystal?"

Deg.

Crystal terdiam membeku. 'Suara ini.'

Sejenak, waktu seakan berhenti berputar selama beberapa detik. Tubuh Crystal bergetar mendengar suara itu kembali menyebut namanya. Ia tertunduk menahan diri untuk tidak ketakutan. Namun sayang, respon tubuhnya kurang gesit. Kini, ia telah terkurung dalam pelukan seseorang.

"Kita bertemu lagi, Crystal!" bisik Edward, sengaja mendekatkan wajahnya ke telinga Crystal.

Crystal menutup mata. Tak sanggup bertemu pria ini. Alih-alih merasa lega karna bisa bertemu Christine, ini malah dua kali lipat merasa sial karna bertemu kembarannya itu berarti akan segera mendapat masalah.

"Kenapa kau, di sini? Lalu, kenapa ... padahal di depanmu adalah calon istrimu yang asli." Suara Crystal bergetar.

Mereka semua telah berada dalam satu ruang yang sama di ruang tamu kamar hotel dengan Christine berdiri di depan Edward yang memangku Crystal di sofa.

"Katakan semuanya, wanita iblis!" titah Edward pada Christine yang menatap kosong lantai di bawah.

Christine menghela nafas seraya melirik tangan Edward yang meremas pinggang Crystal sambil sesekali menyesap kaleng bir yang ada di tangan.

"Yaaa yaa ... baiklah! Nah, Crystal. Kakakku yang hanya beda lima menit, dengarkan aku." Christine buka suara mengawali pertunjukan.

'Ini dia. Jadi, mari lihat respon apa yang akan ia berikan.' Edward tak sabar lagi. Ia menatap Crystal yang sangat fokus pada Christine dengan mata penuh penasaran.

"Crystal ... sebenarnya~ dulu, kau adalah tunangan asli dari Edward Charleston dan aku adalah tunangan suami mu. Adam Herson."

Deg.

Crystal sampai tersedak ludahnya sendiri saking terkejutnya. "A-apa maksudmu, Christine?"

"Ya. Kau tidak salah dengar. Kau adalah tunangan Edward. Tapi, aku menukarnya dan ... ayah maupun ibu menyetujui keinginanku." Christine pindah posisi. Ia duduk telentang di sofa sambil sesekali melirik respon Crystal. "Itu terjadi lima tahun yang lalu."

Crystal tidak tahu lagi harus berkata apa. Lidahnya kelu. Lima tahun yang lalu adalah waktu dimana Adam menyatakan perasaan pada Crystal untuk pertama kalinya. Namun, sesaat hatinya menjadi curiga. Jangan-jangan saat itu Adam bergerak atas keinginan Christine.

Adam, Crystal, dan Christine adalah teman yang berhubungan dekat karna hubungan bisnis orang tua mereka dan Crystal sangat tahu kalau Adam menyimpan rasa pada Christine. Namun, Christine yang ceria dan mudah berbaur dengan siapa saja itu selalu mengelak bila disangkut-pautkan dengan Adam.

Crystal cukup mengerti, perasaan Adam pada Christine adalah perasaan sepihak.

Sedang, di saat yang bersamaan, Christine malah menyatakan bahwa ia sangat tertarik dengan salah satu putra dari keluarga Charleston, yakni Gallan Charleston. Putra sulung keluarga Charleston yang saat itu berumur tiga tahun lebih tua dari Christine.

Itu semakin diperkuat dengan pernyataan Edward Charleston, remaja 15 tahun yang menyatakan bahwa Christine tidak cocok dengan Gallan. Itu adalah pertemuan pertama antara Christine, Edward, dan Crystal yang saling adu mulut tentang siapa yang lebih pantas menjadi istri Gallan. Yang pada akhirnya, Gallan malah memilih wanita lain sebagai kekasihnya.

"Ahh ... sudah-sudah! Intinya kau tidak cocok menjadi istri salah satu dari kami. Tapi, kalau Crystal sepertinya bisa," timpal Edward tanpa dosa.

Saat itu juga, tumbuh rasa iri pada diri Christine karna dibandingkan oleh kembarannya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status