"Laporkan kondisinya!" Edward tiduran di sofa menatap layar televisi bersama belasan botol bir yang berserakan di sana-sini.
Seorang pria yang berdiri tak jauh dari Edward membuka masker hitam miliknya dan berkata, "Kondisi Nona baik-baik saja. Nona sudah melihat berita dan responnya pun masih terkendali. Nona menangis semalaman. Saat dini hari Nona keluar dari hotel mencari makan di restoran X."'Hm, ini di luar ekspektasi. Menarik juga.' Edward menoleh menatap pria itu dan berkata, "Lalu?""Jadi, entah apa saya boleh berkata begini. Nona sempat menatap lama kafe tempat biasa Nona dan mantan suaminya sebelum menuju ke restoran." Pria itu menggaruk tengkuknya yang terasa dingin. Melihat respon Edward kurang baik, ia mulai merasa menyesali ucapannya. 'Ha~, kumohon. Gajiku yang malang.'"Baiklah, kau boleh pergi." Edward meletakkan botol bir dengan kasar. "Oh, siapa namamu?""Saya Rooney, Tuan.""Ya." Edward menatap Rooney, ketus. "Cari pria yang bernama Adam Herson. Lalu, panggil Ditrian setelah kau pergi.""Herson? Bukankah anda sudah membereskan keluarga itu?" Rooney agak kebingungan. "Adam Herson itu, putra sulung yang sedang bertugas sebagai tentara bayaran itu kan, Tuan?""Ya, aku ingin kau menemukan keparat itu lalu awasi dari jauh. Laporkan apapun yang dia lakukan. Paham?!" Edward mengusir Rooney begitu pria itu mengangguk.'What The Fuck! Sial! Kenapa wanita itu masih saja kepikiran bajingan itu. Apa dia belum puas dengan permainan kita. Ah, atau jangan-jangan selama kita bermain~ dia hanya mengingat keparat itu. Sialll!!!' Edward mengutuk dalam hati.Edward menyeringai tajam. Ia membanting botol bir hingga membuat pecahan kacanya terberai-berai ke mana-mana. Ruangan jadi sangat berantakan akibat luapan kekesalannya."Benar. Ini semua karna wanita iblis itu. Christine Snowden. Wanita yang sudah merusak hidupku karna kelicikannya." Edward mengeram pelan. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih. "Ah ... sepertinya aku ada ide ...."***Tiga hari kemudian ...Crystal kembali dari minimarket 24 jam pada pukul empat subuh. Ia sengaja begitu, agar tidak ada seorang pun yang mengenalinya. Pergi ke luar di waktu jam kerja bukanlah pilihan yang bijak mengingat situasi rumit dirinya sekarang.Meski, dirinya harus berurusan dengan para preman dan pria-pria nakal di jalan, tetapi semuanya teratasi dengan baik berkat ketrampilan dasar bela dirinya. Tampil dengan topeng gadis biasa saja, Crystal mau tak mau harus belajar pertahanan diri karna tidak banyak orang yang bisa melindunginya.Selain itu, Crystal juga wanita yang sangat tertutup dengan orang lain."Setelah ini, tempat mana lagi yang harus ku tuju. Bertahan di LA untuk waktu yang lama bukan pilihan yang baik. Pria itu pasti sedang mencariku ke mana-mana." Crystal bergumam sendiri di depan meja rias menatap pantulan dirinya. "Haruskah aku terbang ke Korea dan mengoperasi tubuhku agar pria itu tidak mengenaliku?"Crystal melirik saldo rekeningnya. Masih amat sangat cukup bila digunakan bertahan hidup untuk satu orang. Namun, sebanyak apapun uang yang ia punya saat ini, tidak bisa dibandingkan dengan milik Edward yang uangnya bisa melakukan apa saja sesuai perintah pemiliknya."Haruskah aku mencari Christine dan meminta pertanggungjawaban anak itu?" Crystal menatap tajam ke depan. "Semua kesialan ini berasal darinya setelah apa yang ia lakukan di masa lalu. Gara-gara dia—"Ting tong ...Crystal menoleh ke arah pintu. Sesaat, seluruh tubuhnya meremang membayangkan siapa tamu yang datang sepagi ini.'Siapa, ya.'10.30 p.m[Tuan, ini Ditrian. Saya sudah menemukan Nona Christine dan telah mengirimnya ke LA.]"Saatnya berangkat!" gumam Edward tersenyum puas setelah membaca pesan dari anak buahnya.Setelah beberapa hari bertindak lebih tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan keluarganya, Edward mulai beranjak dari kursi yang telah mengurungnya dua hari ini dan terbang ke LA untuk melancarkan aksinya membawa pulang Crystal.Dan semuanya dimulai dari pertunjukkan kecil. Christine.Semantara itu, di Los Angeles ...4.30 a.m.Ting Nong ..."Siapa yang datang sepagi ini, ya?" Melangkah mendekati pintu kamar dengan hati-hati, Crystal mengintip lubang pintu dan melihat seorang wanita dan dua orang pria berdiri di depan kamarnya. "Hah? Kenapa—"Brak."KAU!!!" pekik Crystal, keras.Seorang wanita dengan dandanan menor berdiri menatap Crystal, tersenyum mengejek. "Hai ... lama tak bertemu?"Gaun baby pink mini tanpa lengan yang hanya sedikit menutupi belahan dada dan bokong, dipadukan dengan high heels 10
Christine pergi menemui ayahnya di ruang kerja setelah perdebatan sengit antara dirinya dan Edward. "Ayah! Aku ingin bicara sebentar ...."Delon Snowden. Pemimpin keluarga sekaligus ayah dari anak perempuan kembar itu menatap putrinya dan berkata dengan lembut, "Ada apa Sayang? Apa putra-putranya Ammar mengganggumu?"Christine menggeleng cepat lalu memeluk Delon, erat. "Crystal ... ayah akan menjodohkan dia dengan Tuan Muda Edward, kan?""Loh? Kok kamu bisa tahu?"'He~ jadi benar, ya. Padahal aku asal nebak aja. Berarti anak itu sudah membicarakan masalah ini sejak kapan, ya. Dasar bocah. Lihat saja. Aku akan menghancurkan keinginanmu.' Christine tersenyum kecil membatin."Itu ... tadi aku tidak sengaja mendengar gurauan Edward. Kukira, ayah akan menjodohkan Crystal dengan sepupu mereka. Anak sulung keluarga Herson. Siapa ya namanya?""Adam?""Nah, itu!" Christine menjawab cepat. "Kenapa ayah tidak mendekatkan Crystal pada Adam saja, Ayah?"Delon terd
Semua terjadi begitu cepat. Akhirnya, Delon secara tiba-tiba memberikan surat pernyataan pada Ammar mengenai apa yang mengganggunya.Dan kebetulan, Ammar yang juga tidak menyukai Edward, padahal itu putranya sendiri, menghendaki keinginan Delon untuk bertemu. Lalu, mereka, Ammar, Delon, Gallan dan Edward pun bertemu untuk membahas masalah ini."Apa maksud anda, Paman? Bukankah waktu itu anda menyetujui keinginan saya?" Edward remaja merasa keberatan. Dirinya juga merasa telah dibohongi. "Anda meragukan perasaan saya hanya karna sikap saya selama ini?""Bukan begitu, Ed. Kamu lihat sendiri ... Crystal itu seperti apa. Aku juga belum pernah mengatakan padanya perihal perasaanmu padanya. Jadi—""Saya tidak mau." Jawaban Edward membungkam semua orang. "Yang saya inginkan adalah Crystal. Padahal saya sudah mengikuti keinginan anda untuk tidak mendekatinya dan hanya melihat dari jauh. Tapi, sekarang ... apa-apaan sikap anda itu!?""Edward!!!" bentak Ammar merasa tak enak pada Delon."Ayah!"
"Jadi ... begitulah ceritanyaaa ...." Christine mengakhiri cerita sambil mengemuti jemari yang terkena bumbu snack balado yang ia dapatkan dari kulkas Crystal. "Kau sudah mengerti, kan? Kakak kembarku?"Crystal menatap kosong lantai. Tubuhnya seperti bongkahan es beku yang tak bisa dilelehkan. Tekanan yang ia terima terlalu besar. Ia teramat terkejut dengan semua informasi yang masuk ke dalam otaknya."Kau ... gila, Christine!" desis Crystal menatap nyalang kembarannya. "Bisa-bisanya kau masih santai begini padahal semua masalahku bermuara darimu. Apa yang bisa kau pertanggungjawabkan untuk semua kekacauan ini, hah!?" Ia meledakkan diri.Christine sedikit tersentak Crystal bisa berteriak sekencang itu. Ia pikir, wanita itu hanya memiliki suara pelan dan lembut. "Yah, tinggal menikah saja dengan Edward. Selesai."Deg.'Bajingan ini.' Crystal benar-benar tak habis pikir. Tubuhnya terasa panas dan otaknya tidak bisa berpikir jernih. Baru kali ini Crystal merasakan amarah yang begitu besa
"Bagiku pernikahan adalah ...."'Maaf ... tapi, aku berubah pikiran. Aku tidak bisa menyerahkan Crystal pada pria sepertimu. Kau cukup berbahaya untuk Crystal yang lugu dan lemah.''Dan kau ... Ed. Sikapmu sudah menjadi jawaban kalau kau memang tidak cocok dengan Crystal. Harusnya kau sadar diri.'" ... balas dendam." Edward terdiam cukup lama setelah mengatakan itu. Tatapannya menjadi dingin dan seperti ada aura hitam yang menyelimuti dirinya. "Dan ... pembuktian!"Mendengar itu, ketakutan Crystal muncul kembali. Edward benar-benar menyimpan dendam pada keluarganya, terutama ayahnya, bila mengingat lagi bagaimana ayahnya menjawab setiap pertanyaan Edward di masa lalu.Ia sedikit mengerti keadaan yang menimpa Edward. Namun, dia tak ingin bersimpati pada orang yang akan menghancurkan masa depannya dengan iming-iming pernikahan yang sebenarnya adalah penjara baginya.Crystal tak ingin terluka lagi."Kau tidak bisa melampiaskan kemarahanmu hanya padaku, Ed.
'Lihat kan? Dia ini bukan wanita lemah dan polos. Dia adalah wanita yang selalu berhati-hati dengan semua hal.' Batin Edward.Edward mendengus sebal menanggapi pertanyaan Crystal yang terasa seperti sengaja memprovokasi hatinya. "Beri aku alasan. Jika melihat lagi sifatmu, kau bukanlah orang yang cukup peduli dengan kata perasaan. Apa aku salah?""Apa maksudmu? Kau pikir aku tidak pernah pakai perasaan?" tanya Crystal bernada ketus. Ia sungguh kesal dengan pola pikir Edward yang menanggap ia sejenis dengannya. "Dasar Bajingan! Aku bukan orang gila sepertimu!"Edward terkekeh melihat reaksi Crystal. "Benarkah? Kalau begitu, kenapa kau masih mencintai mantan suamimu sampai sekarang? Padahal jelas-jelas dia lebih menyukai wanita iblis itu. Mempertahankan hal itu, bukankah itu mirip denganku yang terus mempertahankan keinginan untuk menikahimu?""Diam!""Mempertahankan perasaan sepihak itu juga, apa bedanya kau denganku?" Edward memangku dagu dengan punggung tangannya seraya tersenyum reme
Esoknya ...20.00 p.mHari pertama tanpa bayang-bayang Edward sungguh menenangkan hati Crystal. Ia pergi berkunjung ke acara makan malam bersama anggota keluarga lain untuk mencari informasi. Sekaligus untuk pertama kalinya bagi Crystal ikut ke pertemuan dengan niat. Karma biasanya dia melakukannya dengan terpaksa.Tempat janjian berlokasi di sebuah kafe yang biasa mereka pesan di saat-saat ingin melepas rindu. Namun bagi Crystal, pertemuan ini hanyalah ajang untuk memamerkan keberhasilan dan kekayaan hidup.Ting ... Nong ..."Crystal ... ini aku, Cynthia! Kau sudah siap?"Mendengar itu, membuat sang pemilik rumah menjadi terburu-buru memakai sepatu hak tinggi miliknya. Mereka mamang sudah janjian akan datang bersama. Padahal Crystal kira, Cynthia akan pergi bersama pacar barunya. Ternyata wanita itu malah mengajaknya.Crystal menghela nafas sebelum membuka pintu. Lalu, "Aku sudah siap. Ayo pergi!" timpalnya. Ia menghiasi bibirnya dengan senyuman manis yang membuat Cynthia merasa aneh
Crystal dan Christine.Dua wanita yang lahir bersamaan dari rahim yang sama. Memiliki bentuk tubuh yang sama persis dari kepala hingga kaki. Namun, yang membedakan mereka hanya dua dan dua hal itulah yang sering digunakan orang lain untuk membedakan mereka.Pertama, matanya.Iris mata mereka berwarna hijau, sehijau sinar mentari yang bertabrakan langsung dengan pepohonan rindang di siang hari. Sangat indah dan memancarkan aura kesuburan dan ketenangan.Namun, warna hijau yang mereka miliki jelas berbeda. Milik Crystal lebih cerah dan bersinar seperti permata emerald yang sangat indah. Sedangkan milik Christine sedikit lebih keruh, tetapi tidak menutup kemungkinan keduanya tetaplah cantik.Ya, mereka berdua sangat cantik terlepas perbedaan yang dimiliki.Perbedaan kedua, tentu saja terletak pada karakter mereka.Crystal terkenal akan parasnya yang cantik dan menawan ditambah sikapnya yang elegan dan anggun serta terkesan dingin. Sementara Christine adalah kebalikan dari Crystal.Christi