Share

06.

"Nona, sebelah sini."

Crystal menoleh cepat ke sumber suara begitu ia berhasil keluar dari kediaman pribadi Edward yang menghabiskan waktu hingga puluhan menit. Ia menerima uluran tangan seorang pria yang diketahui adalah orang suruhan Ammar. Pria itu membawanya pergi melewati gerbang kecil di belakang rumah.

Lalu, setelah berhasil keluar dirinya menyusuri jalan kecil mengikuti arahan si pria itu dan langkahnya terhenti saat bertemu mobil hitam yang terparkir di bawah pohon.

"Kami hanya bisa mengantar sampai sini, Nona. Pergilah!" ucap pria bermasker itu.

Crystal pun mengucap terima kasih dengan sopan lalu segera masuk ke mobil. Namun, hatinya masih terasa janggal dan mulai ada bisikan kekhawatiran yang semakin lama semakin menyiksa.

"Ini terlalu mudah. Bahkan sangat mudah." Ia bergumam sendiri sementara mobil masih berjalan menuju bandara.

Dari bandara Miami, Crystal terbang ke kota Los Angeles dan memesan hotel di sana. Meski sedikit terpaksa, ia menahan diri untuk tinggal di sana sementara waktu. Menyembunyikan diri.

Semuanya lancar tanpa masalah.

Sehari kemudian ...

Kamar hotel bertuliskan nomor 1122 menjadi kamar tempat Crystal tinggal. Setelah merasa aman, para pria suruhan Ammar pun pamit undur diri dan kembali ke Miami setelah berjaga di sekitar Crystal selama 24 jam.

Namun.

Baru beberapa jam berlalu, tiba-tiba Crystal dikejutkan dengan kabar hubungan panas dirinya dan Edward yang tersebar di media digital dan cetak secara masif. Parahnya, ponsel Crystal terus berbunyi akibat panggilan masuk entah dari siapa saja.

Crystal membenamkan dirinya di ranjang dengan ponsel yang terus berdering tanpa henti. Bantal tidurnya basah oleh air mata. Tak bisa menerima panggilan dan tak tahu harus minta bantuan pada siapa.

Ayah ibunya telah meninggal. Keluarga besarnya berantakan. Kembarannya— Cristine pergi entah ke mana. Adam, suaminya juga telah pergi ke surga. Keluarga dari suaminya sudah setengah tahun lamanya tidak mau berhubungan dengannya. Tidak ada yang bisa dimintai bantuan.

Crystal benar-benar sendirian sekarang.

***

Selama berjam-jam, Crystal hanya terbaring tak berdaya di ranjang hotel. Kedua matanya menjadi besar dan sembab. Kutukan lingkaran hitam pun tak bisa diselamatkan dari wajah cantiknya. Crystal sangat berantakan.

"Pria itu ... aku benar-benar membencinya!!!" desis Crystal. Suaranya serak dan parau, kurang minum.

Crystal merasa sakit pada perutnya. Rasa lapar mendera perut kecil itu. Ia tak bisa menahannya lagi dan memilih keluar dari kamar hotel mencari makan. Tak lupa, dirinya memakai masker untuk menutupi rona wajahnya yang terlihat pudar.

Langkah kaki Crystal kembali menuntun ke arah kafe tempat yang biasa ia kunjungi bersama Adam. 'Lagi-lagi aku, kesini.'

Namun, ia merasa sedikit aneh. Tidak ada perasaan berat pada hatinya seperti yang sudah-sudah. Itu menjadi sedikit ringan tanpa sebab. Pada akhirnya, Crystal melewati kafe itu dan pergi ke restoran lain yang menyediakan makanan yang lebih beragam.

Di sela-sela makan, Crystal sesekali memandangi lalu-lalang manusia yang datang dan pergi bersama pasangan mereka. Namun, entah mengapa dirinya tidak merasa terlalu sesak di dada.

Tubuhnya merespon dengan baik dan tidak terasa ada nyeri di bagian inti hatinya. Semuanya terasa mudah dan sangat tenang. Padahal biasanya respon tubuhnya selalu tidak baik. Ada getaran rasa sakit di dada bila ia melihat pasangan lain berkeliaran di sekitarnya.

"Padahal baru 35 hari setelah kepergian Adam. Tapi, kenapa sekarang rasanya lebih baik dan tidak menyiksa seperti biasanya?" Crystal bergumam sendiri.

'Ahh ... lebih dalam lagi, Babe. Ya~ itu enaakk.'

Deg.

Sepertinya Crystal benar-benar sudah gila.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status