"Nona, sebelah sini."
Crystal menoleh cepat ke sumber suara begitu ia berhasil keluar dari kediaman pribadi Edward yang menghabiskan waktu hingga puluhan menit. Ia menerima uluran tangan seorang pria yang diketahui adalah orang suruhan Ammar. Pria itu membawanya pergi melewati gerbang kecil di belakang rumah.Lalu, setelah berhasil keluar dirinya menyusuri jalan kecil mengikuti arahan si pria itu dan langkahnya terhenti saat bertemu mobil hitam yang terparkir di bawah pohon."Kami hanya bisa mengantar sampai sini, Nona. Pergilah!" ucap pria bermasker itu.Crystal pun mengucap terima kasih dengan sopan lalu segera masuk ke mobil. Namun, hatinya masih terasa janggal dan mulai ada bisikan kekhawatiran yang semakin lama semakin menyiksa."Ini terlalu mudah. Bahkan sangat mudah." Ia bergumam sendiri sementara mobil masih berjalan menuju bandara.Dari bandara Miami, Crystal terbang ke kota Los Angeles dan memesan hotel di sana. Meski sedikit terpaksa, ia menahan diri untuk tinggal di sana sementara waktu. Menyembunyikan diri.Semuanya lancar tanpa masalah.Sehari kemudian ...Kamar hotel bertuliskan nomor 1122 menjadi kamar tempat Crystal tinggal. Setelah merasa aman, para pria suruhan Ammar pun pamit undur diri dan kembali ke Miami setelah berjaga di sekitar Crystal selama 24 jam.Namun.Baru beberapa jam berlalu, tiba-tiba Crystal dikejutkan dengan kabar hubungan panas dirinya dan Edward yang tersebar di media digital dan cetak secara masif. Parahnya, ponsel Crystal terus berbunyi akibat panggilan masuk entah dari siapa saja.Crystal membenamkan dirinya di ranjang dengan ponsel yang terus berdering tanpa henti. Bantal tidurnya basah oleh air mata. Tak bisa menerima panggilan dan tak tahu harus minta bantuan pada siapa.Ayah ibunya telah meninggal. Keluarga besarnya berantakan. Kembarannya— Cristine pergi entah ke mana. Adam, suaminya juga telah pergi ke surga. Keluarga dari suaminya sudah setengah tahun lamanya tidak mau berhubungan dengannya. Tidak ada yang bisa dimintai bantuan.Crystal benar-benar sendirian sekarang.***Selama berjam-jam, Crystal hanya terbaring tak berdaya di ranjang hotel. Kedua matanya menjadi besar dan sembab. Kutukan lingkaran hitam pun tak bisa diselamatkan dari wajah cantiknya. Crystal sangat berantakan."Pria itu ... aku benar-benar membencinya!!!" desis Crystal. Suaranya serak dan parau, kurang minum.Crystal merasa sakit pada perutnya. Rasa lapar mendera perut kecil itu. Ia tak bisa menahannya lagi dan memilih keluar dari kamar hotel mencari makan. Tak lupa, dirinya memakai masker untuk menutupi rona wajahnya yang terlihat pudar.Langkah kaki Crystal kembali menuntun ke arah kafe tempat yang biasa ia kunjungi bersama Adam. 'Lagi-lagi aku, kesini.'Namun, ia merasa sedikit aneh. Tidak ada perasaan berat pada hatinya seperti yang sudah-sudah. Itu menjadi sedikit ringan tanpa sebab. Pada akhirnya, Crystal melewati kafe itu dan pergi ke restoran lain yang menyediakan makanan yang lebih beragam.Di sela-sela makan, Crystal sesekali memandangi lalu-lalang manusia yang datang dan pergi bersama pasangan mereka. Namun, entah mengapa dirinya tidak merasa terlalu sesak di dada.Tubuhnya merespon dengan baik dan tidak terasa ada nyeri di bagian inti hatinya. Semuanya terasa mudah dan sangat tenang. Padahal biasanya respon tubuhnya selalu tidak baik. Ada getaran rasa sakit di dada bila ia melihat pasangan lain berkeliaran di sekitarnya."Padahal baru 35 hari setelah kepergian Adam. Tapi, kenapa sekarang rasanya lebih baik dan tidak menyiksa seperti biasanya?" Crystal bergumam sendiri.'Ahh ... lebih dalam lagi, Babe. Ya~ itu enaakk.'Deg.Sepertinya Crystal benar-benar sudah gila."Laporkan kondisinya!" Edward tiduran di sofa menatap layar televisi bersama belasan botol bir yang berserakan di sana-sini.Seorang pria yang berdiri tak jauh dari Edward membuka masker hitam miliknya dan berkata, "Kondisi Nona baik-baik saja. Nona sudah melihat berita dan responnya pun masih terkendali. Nona menangis semalaman. Saat dini hari Nona keluar dari hotel mencari makan di restoran X."'Hm, ini di luar ekspektasi. Menarik juga.' Edward menoleh menatap pria itu dan berkata, "Lalu?""Jadi, entah apa saya boleh berkata begini. Nona sempat menatap lama kafe tempat biasa Nona dan mantan suaminya sebelum menuju ke restoran." Pria itu menggaruk tengkuknya yang terasa dingin. Melihat respon Edward kurang baik, ia mulai merasa menyesali ucapannya. 'Ha~, kumohon. Gajiku yang malang.'"Baiklah, kau boleh pergi." Edward meletakkan botol bir dengan kasar. "Oh, siapa namamu?""Saya Rooney, Tuan.""Ya." Edward menatap Rooney, ketus. "Cari pria yang bernama Adam Herson. Lalu, panggil Ditri
10.30 p.m[Tuan, ini Ditrian. Saya sudah menemukan Nona Christine dan telah mengirimnya ke LA.]"Saatnya berangkat!" gumam Edward tersenyum puas setelah membaca pesan dari anak buahnya.Setelah beberapa hari bertindak lebih tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan keluarganya, Edward mulai beranjak dari kursi yang telah mengurungnya dua hari ini dan terbang ke LA untuk melancarkan aksinya membawa pulang Crystal.Dan semuanya dimulai dari pertunjukkan kecil. Christine.Semantara itu, di Los Angeles ...4.30 a.m.Ting Nong ..."Siapa yang datang sepagi ini, ya?" Melangkah mendekati pintu kamar dengan hati-hati, Crystal mengintip lubang pintu dan melihat seorang wanita dan dua orang pria berdiri di depan kamarnya. "Hah? Kenapa—"Brak."KAU!!!" pekik Crystal, keras.Seorang wanita dengan dandanan menor berdiri menatap Crystal, tersenyum mengejek. "Hai ... lama tak bertemu?"Gaun baby pink mini tanpa lengan yang hanya sedikit menutupi belahan dada dan bokong, dipadukan dengan high heels 10
Christine pergi menemui ayahnya di ruang kerja setelah perdebatan sengit antara dirinya dan Edward. "Ayah! Aku ingin bicara sebentar ...."Delon Snowden. Pemimpin keluarga sekaligus ayah dari anak perempuan kembar itu menatap putrinya dan berkata dengan lembut, "Ada apa Sayang? Apa putra-putranya Ammar mengganggumu?"Christine menggeleng cepat lalu memeluk Delon, erat. "Crystal ... ayah akan menjodohkan dia dengan Tuan Muda Edward, kan?""Loh? Kok kamu bisa tahu?"'He~ jadi benar, ya. Padahal aku asal nebak aja. Berarti anak itu sudah membicarakan masalah ini sejak kapan, ya. Dasar bocah. Lihat saja. Aku akan menghancurkan keinginanmu.' Christine tersenyum kecil membatin."Itu ... tadi aku tidak sengaja mendengar gurauan Edward. Kukira, ayah akan menjodohkan Crystal dengan sepupu mereka. Anak sulung keluarga Herson. Siapa ya namanya?""Adam?""Nah, itu!" Christine menjawab cepat. "Kenapa ayah tidak mendekatkan Crystal pada Adam saja, Ayah?"Delon terd
Semua terjadi begitu cepat. Akhirnya, Delon secara tiba-tiba memberikan surat pernyataan pada Ammar mengenai apa yang mengganggunya.Dan kebetulan, Ammar yang juga tidak menyukai Edward, padahal itu putranya sendiri, menghendaki keinginan Delon untuk bertemu. Lalu, mereka, Ammar, Delon, Gallan dan Edward pun bertemu untuk membahas masalah ini."Apa maksud anda, Paman? Bukankah waktu itu anda menyetujui keinginan saya?" Edward remaja merasa keberatan. Dirinya juga merasa telah dibohongi. "Anda meragukan perasaan saya hanya karna sikap saya selama ini?""Bukan begitu, Ed. Kamu lihat sendiri ... Crystal itu seperti apa. Aku juga belum pernah mengatakan padanya perihal perasaanmu padanya. Jadi—""Saya tidak mau." Jawaban Edward membungkam semua orang. "Yang saya inginkan adalah Crystal. Padahal saya sudah mengikuti keinginan anda untuk tidak mendekatinya dan hanya melihat dari jauh. Tapi, sekarang ... apa-apaan sikap anda itu!?""Edward!!!" bentak Ammar merasa tak enak pada Delon."Ayah!"
"Jadi ... begitulah ceritanyaaa ...." Christine mengakhiri cerita sambil mengemuti jemari yang terkena bumbu snack balado yang ia dapatkan dari kulkas Crystal. "Kau sudah mengerti, kan? Kakak kembarku?"Crystal menatap kosong lantai. Tubuhnya seperti bongkahan es beku yang tak bisa dilelehkan. Tekanan yang ia terima terlalu besar. Ia teramat terkejut dengan semua informasi yang masuk ke dalam otaknya."Kau ... gila, Christine!" desis Crystal menatap nyalang kembarannya. "Bisa-bisanya kau masih santai begini padahal semua masalahku bermuara darimu. Apa yang bisa kau pertanggungjawabkan untuk semua kekacauan ini, hah!?" Ia meledakkan diri.Christine sedikit tersentak Crystal bisa berteriak sekencang itu. Ia pikir, wanita itu hanya memiliki suara pelan dan lembut. "Yah, tinggal menikah saja dengan Edward. Selesai."Deg.'Bajingan ini.' Crystal benar-benar tak habis pikir. Tubuhnya terasa panas dan otaknya tidak bisa berpikir jernih. Baru kali ini Crystal merasakan amarah yang begitu besa
"Bagiku pernikahan adalah ...."'Maaf ... tapi, aku berubah pikiran. Aku tidak bisa menyerahkan Crystal pada pria sepertimu. Kau cukup berbahaya untuk Crystal yang lugu dan lemah.''Dan kau ... Ed. Sikapmu sudah menjadi jawaban kalau kau memang tidak cocok dengan Crystal. Harusnya kau sadar diri.'" ... balas dendam." Edward terdiam cukup lama setelah mengatakan itu. Tatapannya menjadi dingin dan seperti ada aura hitam yang menyelimuti dirinya. "Dan ... pembuktian!"Mendengar itu, ketakutan Crystal muncul kembali. Edward benar-benar menyimpan dendam pada keluarganya, terutama ayahnya, bila mengingat lagi bagaimana ayahnya menjawab setiap pertanyaan Edward di masa lalu.Ia sedikit mengerti keadaan yang menimpa Edward. Namun, dia tak ingin bersimpati pada orang yang akan menghancurkan masa depannya dengan iming-iming pernikahan yang sebenarnya adalah penjara baginya.Crystal tak ingin terluka lagi."Kau tidak bisa melampiaskan kemarahanmu hanya padaku, Ed.
'Lihat kan? Dia ini bukan wanita lemah dan polos. Dia adalah wanita yang selalu berhati-hati dengan semua hal.' Batin Edward.Edward mendengus sebal menanggapi pertanyaan Crystal yang terasa seperti sengaja memprovokasi hatinya. "Beri aku alasan. Jika melihat lagi sifatmu, kau bukanlah orang yang cukup peduli dengan kata perasaan. Apa aku salah?""Apa maksudmu? Kau pikir aku tidak pernah pakai perasaan?" tanya Crystal bernada ketus. Ia sungguh kesal dengan pola pikir Edward yang menanggap ia sejenis dengannya. "Dasar Bajingan! Aku bukan orang gila sepertimu!"Edward terkekeh melihat reaksi Crystal. "Benarkah? Kalau begitu, kenapa kau masih mencintai mantan suamimu sampai sekarang? Padahal jelas-jelas dia lebih menyukai wanita iblis itu. Mempertahankan hal itu, bukankah itu mirip denganku yang terus mempertahankan keinginan untuk menikahimu?""Diam!""Mempertahankan perasaan sepihak itu juga, apa bedanya kau denganku?" Edward memangku dagu dengan punggung tangannya seraya tersenyum reme
Esoknya ...20.00 p.mHari pertama tanpa bayang-bayang Edward sungguh menenangkan hati Crystal. Ia pergi berkunjung ke acara makan malam bersama anggota keluarga lain untuk mencari informasi. Sekaligus untuk pertama kalinya bagi Crystal ikut ke pertemuan dengan niat. Karma biasanya dia melakukannya dengan terpaksa.Tempat janjian berlokasi di sebuah kafe yang biasa mereka pesan di saat-saat ingin melepas rindu. Namun bagi Crystal, pertemuan ini hanyalah ajang untuk memamerkan keberhasilan dan kekayaan hidup.Ting ... Nong ..."Crystal ... ini aku, Cynthia! Kau sudah siap?"Mendengar itu, membuat sang pemilik rumah menjadi terburu-buru memakai sepatu hak tinggi miliknya. Mereka mamang sudah janjian akan datang bersama. Padahal Crystal kira, Cynthia akan pergi bersama pacar barunya. Ternyata wanita itu malah mengajaknya.Crystal menghela nafas sebelum membuka pintu. Lalu, "Aku sudah siap. Ayo pergi!" timpalnya. Ia menghiasi bibirnya dengan senyuman manis yang membuat Cynthia merasa aneh