Bohong bila tidak takut. Munafik bila tidak khawatir. Tak pernah. Sampai mati pun, Crystal tidak pernah mengira dirinya akan berurusan dengan pria bernama Edward.
Pria yang masih duduk di bangku kuliah itu dulunya merupakan mantan pacar kembarannya— Christine yang ditentang keras oleh ayahnya saat mereka berencana untuk menikah.Alasannya sangat masuk akal.Edward memiliki skandal penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang dan semua itu telah dibenarkan oleh keluarga Charleston. Pria 20 tahun itu juga terlibat skandal pembunuhan model wanita papan atas dan yang baru-baru ini terjadi, yakni teror bom di kampus juga menyeret namanya.Tahun ini pun, Edward lagi-lagi terjerat skandal asmara dengan salah satu putri petinggi negara dan dirinya dianggap telah melakukan pemerkosaan dan pencemaran nama baik.Namun yang lebih menyeramkan dari semua itu, rumor Edward yang diduga adalah seorang pengikut organisasi teroris. Ada pula yang mengatakan bahwa Edward secara aktif masuk ke dalam organisasi mafia.Begitu banyak rumor buruk hingga ia dicap sebagai putra termuda Charleston yang paling bermasalah.Jadi, sebagai wanita yang telah terbiasa hidup damai tanpa masalah yang berarti dan menjalani hubungan asmara pada lingkaran paling normal dalam hubungan asmara, pria seperti Edward adalah pria yang paling dihindari oleh Crystal.Namun, sejak kapan semuanya jadi begini.Dalam lamunan, Crystal kembali menitikkan air mata mengingat kenangan manis bersama Adam. Sang mantan suami yang menurutnya paling sempurna dan ideal di matanya.Bagaimana bisa Edward tertarik padanya? Bagian mana yang salah? Jika dibandingkan dengan kembarannya— Cristine yang lebih modis dan ceria, dirinya hanyalah wanita biasa saja dari segi apapun."Sekarang ... aku harus bagaimana?" Crystal mengeluh lagi. Sudah tidak terhitung lagi seberapa banyak ia menghela nafas panjang hari ini.Tiba-tiba, seorang pelayan pria masuk ke kamar Crystal tanpa mengetuk pintu. Crystal terkesiap saat pelayan itu membungkuk hormat tetapi ia cepat mengerti apa maksud pelayan itu.Ia menerima secarik kertas dan membukanya dengan perlahan tepat saat pelayan itu menghilang dari balik pintu.[Nona Crystal. Ini saya, direktur utama CHAR Groups. Orangku telah mengirim kondisi terkini anda. Mari bertemu. Orang-orang saya akan memandu.]Crystal agak bingung dengan surat yang ia terima. Namun, ia berusaha mencari petunjuk yang sepertinya tersembunyi. Benar saja, ia mendapatkan sesuatu di sana.Sebuah kalimat panjang ditulis dengan ketikan komputer yang ukuran hurufnya sangat kecil. Ia mengambil gambar melalui ponselnya lalu memperbesarnya.[Pukul 7.00, saya akan mengajak putra saya makan malam. Anda, pergilah dengan aman. Katakan pada mereka dengan jelas ke mana anda akan pergi.]"Bahkan direktur pun kesulitan menghadapi putranya. Sungguh ... ironis," desah Crystal merasa sangat lelah secara mental. 'Dan aku sendiri yang berumur 25 tahun juga kalah dengan bocah 20 tahun. Memalukan.'***"Tumben sekali mengajak makan bersama. Bukankah keluarga terhormat ini sudah tidak menganggap ku lagi?" ujar Edward tersenyum sinis. Ia menatap satu persatu anggota keluarganya dengan kaki menyilang dan tangan menopang dagu."Jaga sikapmu, Ed!" ketus Sandrina, ibu tirinya."Hoo~ anda siapa menyuruh saya?" Edward terus memanas-manasi wanita bergaun hitam dengan potongan kerah tanpa lengan yang memperlihatkan dada."Sudah-sudah, mari makan!" timpal Ammar yang baru saja datang. Ia mencium pucuk kepala dan punggung tangan Sandrina untuk menenangkan istrinya itu. "Ayo, Seth juga ... dan Ed. Makanlah!"'Mengadakan acara tidak penting begini di saat aku sedang fokus menjaga wanita itu. Rencanamu sangat terbaca ayah. Yah, kita lihat. Sampai sejauh mana wanita itu bisa kabur dariku.'Edward tersenyum sendiri sebelum memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya."Nona, sebelah sini."Crystal menoleh cepat ke sumber suara begitu ia berhasil keluar dari kediaman pribadi Edward yang menghabiskan waktu hingga puluhan menit. Ia menerima uluran tangan seorang pria yang diketahui adalah orang suruhan Ammar. Pria itu membawanya pergi melewati gerbang kecil di belakang rumah.Lalu, setelah berhasil keluar dirinya menyusuri jalan kecil mengikuti arahan si pria itu dan langkahnya terhenti saat bertemu mobil hitam yang terparkir di bawah pohon."Kami hanya bisa mengantar sampai sini, Nona. Pergilah!" ucap pria bermasker itu.Crystal pun mengucap terima kasih dengan sopan lalu segera masuk ke mobil. Namun, hatinya masih terasa janggal dan mulai ada bisikan kekhawatiran yang semakin lama semakin menyiksa."Ini terlalu mudah. Bahkan sangat mudah." Ia bergumam sendiri sementara mobil masih berjalan menuju bandara.Dari bandara Miami, Crystal terbang ke kota Los Angeles dan memesan hotel di sana. Meski sedikit terpaksa, ia menahan diri untuk tinggal di sana s
"Laporkan kondisinya!" Edward tiduran di sofa menatap layar televisi bersama belasan botol bir yang berserakan di sana-sini.Seorang pria yang berdiri tak jauh dari Edward membuka masker hitam miliknya dan berkata, "Kondisi Nona baik-baik saja. Nona sudah melihat berita dan responnya pun masih terkendali. Nona menangis semalaman. Saat dini hari Nona keluar dari hotel mencari makan di restoran X."'Hm, ini di luar ekspektasi. Menarik juga.' Edward menoleh menatap pria itu dan berkata, "Lalu?""Jadi, entah apa saya boleh berkata begini. Nona sempat menatap lama kafe tempat biasa Nona dan mantan suaminya sebelum menuju ke restoran." Pria itu menggaruk tengkuknya yang terasa dingin. Melihat respon Edward kurang baik, ia mulai merasa menyesali ucapannya. 'Ha~, kumohon. Gajiku yang malang.'"Baiklah, kau boleh pergi." Edward meletakkan botol bir dengan kasar. "Oh, siapa namamu?""Saya Rooney, Tuan.""Ya." Edward menatap Rooney, ketus. "Cari pria yang bernama Adam Herson. Lalu, panggil Ditri
10.30 p.m[Tuan, ini Ditrian. Saya sudah menemukan Nona Christine dan telah mengirimnya ke LA.]"Saatnya berangkat!" gumam Edward tersenyum puas setelah membaca pesan dari anak buahnya.Setelah beberapa hari bertindak lebih tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan keluarganya, Edward mulai beranjak dari kursi yang telah mengurungnya dua hari ini dan terbang ke LA untuk melancarkan aksinya membawa pulang Crystal.Dan semuanya dimulai dari pertunjukkan kecil. Christine.Semantara itu, di Los Angeles ...4.30 a.m.Ting Nong ..."Siapa yang datang sepagi ini, ya?" Melangkah mendekati pintu kamar dengan hati-hati, Crystal mengintip lubang pintu dan melihat seorang wanita dan dua orang pria berdiri di depan kamarnya. "Hah? Kenapa—"Brak."KAU!!!" pekik Crystal, keras.Seorang wanita dengan dandanan menor berdiri menatap Crystal, tersenyum mengejek. "Hai ... lama tak bertemu?"Gaun baby pink mini tanpa lengan yang hanya sedikit menutupi belahan dada dan bokong, dipadukan dengan high heels 10
Christine pergi menemui ayahnya di ruang kerja setelah perdebatan sengit antara dirinya dan Edward. "Ayah! Aku ingin bicara sebentar ...."Delon Snowden. Pemimpin keluarga sekaligus ayah dari anak perempuan kembar itu menatap putrinya dan berkata dengan lembut, "Ada apa Sayang? Apa putra-putranya Ammar mengganggumu?"Christine menggeleng cepat lalu memeluk Delon, erat. "Crystal ... ayah akan menjodohkan dia dengan Tuan Muda Edward, kan?""Loh? Kok kamu bisa tahu?"'He~ jadi benar, ya. Padahal aku asal nebak aja. Berarti anak itu sudah membicarakan masalah ini sejak kapan, ya. Dasar bocah. Lihat saja. Aku akan menghancurkan keinginanmu.' Christine tersenyum kecil membatin."Itu ... tadi aku tidak sengaja mendengar gurauan Edward. Kukira, ayah akan menjodohkan Crystal dengan sepupu mereka. Anak sulung keluarga Herson. Siapa ya namanya?""Adam?""Nah, itu!" Christine menjawab cepat. "Kenapa ayah tidak mendekatkan Crystal pada Adam saja, Ayah?"Delon terd
Semua terjadi begitu cepat. Akhirnya, Delon secara tiba-tiba memberikan surat pernyataan pada Ammar mengenai apa yang mengganggunya.Dan kebetulan, Ammar yang juga tidak menyukai Edward, padahal itu putranya sendiri, menghendaki keinginan Delon untuk bertemu. Lalu, mereka, Ammar, Delon, Gallan dan Edward pun bertemu untuk membahas masalah ini."Apa maksud anda, Paman? Bukankah waktu itu anda menyetujui keinginan saya?" Edward remaja merasa keberatan. Dirinya juga merasa telah dibohongi. "Anda meragukan perasaan saya hanya karna sikap saya selama ini?""Bukan begitu, Ed. Kamu lihat sendiri ... Crystal itu seperti apa. Aku juga belum pernah mengatakan padanya perihal perasaanmu padanya. Jadi—""Saya tidak mau." Jawaban Edward membungkam semua orang. "Yang saya inginkan adalah Crystal. Padahal saya sudah mengikuti keinginan anda untuk tidak mendekatinya dan hanya melihat dari jauh. Tapi, sekarang ... apa-apaan sikap anda itu!?""Edward!!!" bentak Ammar merasa tak enak pada Delon."Ayah!"
"Jadi ... begitulah ceritanyaaa ...." Christine mengakhiri cerita sambil mengemuti jemari yang terkena bumbu snack balado yang ia dapatkan dari kulkas Crystal. "Kau sudah mengerti, kan? Kakak kembarku?"Crystal menatap kosong lantai. Tubuhnya seperti bongkahan es beku yang tak bisa dilelehkan. Tekanan yang ia terima terlalu besar. Ia teramat terkejut dengan semua informasi yang masuk ke dalam otaknya."Kau ... gila, Christine!" desis Crystal menatap nyalang kembarannya. "Bisa-bisanya kau masih santai begini padahal semua masalahku bermuara darimu. Apa yang bisa kau pertanggungjawabkan untuk semua kekacauan ini, hah!?" Ia meledakkan diri.Christine sedikit tersentak Crystal bisa berteriak sekencang itu. Ia pikir, wanita itu hanya memiliki suara pelan dan lembut. "Yah, tinggal menikah saja dengan Edward. Selesai."Deg.'Bajingan ini.' Crystal benar-benar tak habis pikir. Tubuhnya terasa panas dan otaknya tidak bisa berpikir jernih. Baru kali ini Crystal merasakan amarah yang begitu besa
"Bagiku pernikahan adalah ...."'Maaf ... tapi, aku berubah pikiran. Aku tidak bisa menyerahkan Crystal pada pria sepertimu. Kau cukup berbahaya untuk Crystal yang lugu dan lemah.''Dan kau ... Ed. Sikapmu sudah menjadi jawaban kalau kau memang tidak cocok dengan Crystal. Harusnya kau sadar diri.'" ... balas dendam." Edward terdiam cukup lama setelah mengatakan itu. Tatapannya menjadi dingin dan seperti ada aura hitam yang menyelimuti dirinya. "Dan ... pembuktian!"Mendengar itu, ketakutan Crystal muncul kembali. Edward benar-benar menyimpan dendam pada keluarganya, terutama ayahnya, bila mengingat lagi bagaimana ayahnya menjawab setiap pertanyaan Edward di masa lalu.Ia sedikit mengerti keadaan yang menimpa Edward. Namun, dia tak ingin bersimpati pada orang yang akan menghancurkan masa depannya dengan iming-iming pernikahan yang sebenarnya adalah penjara baginya.Crystal tak ingin terluka lagi."Kau tidak bisa melampiaskan kemarahanmu hanya padaku, Ed.
'Lihat kan? Dia ini bukan wanita lemah dan polos. Dia adalah wanita yang selalu berhati-hati dengan semua hal.' Batin Edward.Edward mendengus sebal menanggapi pertanyaan Crystal yang terasa seperti sengaja memprovokasi hatinya. "Beri aku alasan. Jika melihat lagi sifatmu, kau bukanlah orang yang cukup peduli dengan kata perasaan. Apa aku salah?""Apa maksudmu? Kau pikir aku tidak pernah pakai perasaan?" tanya Crystal bernada ketus. Ia sungguh kesal dengan pola pikir Edward yang menanggap ia sejenis dengannya. "Dasar Bajingan! Aku bukan orang gila sepertimu!"Edward terkekeh melihat reaksi Crystal. "Benarkah? Kalau begitu, kenapa kau masih mencintai mantan suamimu sampai sekarang? Padahal jelas-jelas dia lebih menyukai wanita iblis itu. Mempertahankan hal itu, bukankah itu mirip denganku yang terus mempertahankan keinginan untuk menikahimu?""Diam!""Mempertahankan perasaan sepihak itu juga, apa bedanya kau denganku?" Edward memangku dagu dengan punggung tangannya seraya tersenyum reme