"J-jadi, begitulah situasinya saat ini ... Tuan," ungkap Vincent Reus di hadapan seorang pria tinggi besar yang tengah memandangi taman di pagi hari dengan secangkir kopi dan roti kering.
Ammar Charleston. Pria itu menyesap kuat-kuat nikotin pada cerutu yang disematkan diantara dua jarinya. "Haaahh ... aku pasti akan dikutuk orang mati.""Maaf?"'Anak itu seharusnya mirip dengan ibunya. Tapi, obsesi itu. Hah. Ini karmaku.' Ammar menghela napas lagi. Otaknya begitu sakit mendengar berita putranya yang kembali membuat ulah dan lagi-lagi selalu bermuara ke hal yang sama. Wanita.Vincent keluar dari ruangan setelah mendapat perintah. Ia buru-buru menghubungi seseorang. Namun, saat akan masuk ke dalam mobil dirinya bertemu pria tak dikenal yang menghalangi jalan masuk."Ck! Ini pasti kerjaan Tuan Muda," gumam Vincent pelan.Sementara itu."Hahaha ... aku tidak sabar menunggu kabar bagus." Edward duduk dengan menyilangkan kaki sambil menatap wajah pucat Crystal. "Kau tahu kabar apa itu?""...""Ya. Tentu saja kabar orang-orang kiriman pak tua itu kesulitan menghadapi orang-orangku." Edward menyantap omelette yang tersaji dengan wajah berbinar. "Pasti kabarnya selezat omelet buatanmu. Iya kan, Crystal?"Crystal tetap diam dan tertunduk menahan diri. Ia benar-benar tidak sanggup lagi menghadapi kegilaan Edward. Tubuhnya terus bergetar saat pria itu mulai memanggil namanya dengan nada yang halus dan terdengar menjijikkan."Sampai kapan kau akan menahan ku? Aku harus pulang." Crystal mencoba melembutkan suaranya.Edward tak langsung menjawab dan masih asyik menyantap sarapannya. Cukup lama sampai Crystal menanyakan hal yang sama."Rumahmu adalah kediaman Charleston, Crystal." Edward tersenyum ramah. "Dan kalau kau terus bersikap dingin begitu, itu cukup melukaiku, loh.""Edward. Kita tidak dalam hubungan yang dekat. Aku menghormatimu sebagai mantan besan. Kau adalah mantan calon—""Suami kembaranmu? Begitu, kan?" potong Edward mulai kesal. "Lalu kenapa?"Crystal semakin tertunduk. Ia memegangi kepalanya yang pusing memikirkan cara agar dia bisa keluar dari sini tetapi tidak ada cara yang terpikirkan sama sekali. Ruangan ini seperti penjara dan bosnya ada di depan mata. Benar-benar tidak ada jalan."Edward. Kalau kau masih kecewa, aku ... atas nama keluarga dan perwakilan dari Cristine meminta maaf padamu. Aku—""Yang kubutuhkan bukan permintaan maaf. Tapi, tanggung jawab." Edward beranjak dari duduk. Ia menarik pinggang Crystal dan membawanya ke pelukan dengan paksa. "Crystal ... kau tahu?""...""Hal yang kusyukuri adalah kembaranmu dan suamimu pergi dari dunia ini entah ke mana," bisik Edward. Tangannya merayap masuk ke perut Crystal.Crystal buru-buru menahan lengan kokoh itu agar tidak meraba tubuhnya semakin jauh. "L-lepass!!!""Jadi, sebaiknya ... kau tidak membuang waktu dan tenaga untuk mengambil jalan seperti wanita iblis itu." Edward semakin mempererat pelukannya. "Mungkin kau bisa kabur, tapi aku lebih pintar darimu, Sayang!""Edward, ukh! Lepas!""Jadi, coba saja kalau berani."Setelah berkata begitu, Edward melepaskan pelukan dan melangkah pergi tanpa menutup pintu. Seakan-akan memberi sinyal pada Crystal dan menguji apakah dia akan kabur atau tidak. Namun, Crystal tidak sepolos itu untuk keluar begitu saja dari kamar tanpa persiapan.Kesadarannya telah kembali setelah terakhir kali menggila di club malam dan membuatnya terjebak di tempat bernama penjara Charleston. Ia menyatakan diri bahwa ini benar-benar akan menjadi yang terakhir kalinya.Dia tidak akan pernah ingin kembali pada Crystal Si wanita biasa-biasa saja.Tidak akan pernah.Mulai sekarang, dia akan melawan.Takdirnya.Bohong bila tidak takut. Munafik bila tidak khawatir. Tak pernah. Sampai mati pun, Crystal tidak pernah mengira dirinya akan berurusan dengan pria bernama Edward.Pria yang masih duduk di bangku kuliah itu dulunya merupakan mantan pacar kembarannya— Christine yang ditentang keras oleh ayahnya saat mereka berencana untuk menikah.Alasannya sangat masuk akal.Edward memiliki skandal penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang dan semua itu telah dibenarkan oleh keluarga Charleston. Pria 20 tahun itu juga terlibat skandal pembunuhan model wanita papan atas dan yang baru-baru ini terjadi, yakni teror bom di kampus juga menyeret namanya.Tahun ini pun, Edward lagi-lagi terjerat skandal asmara dengan salah satu putri petinggi negara dan dirinya dianggap telah melakukan pemerkosaan dan pencemaran nama baik.Namun yang lebih menyeramkan dari semua itu, rumor Edward yang diduga adalah seorang pengikut organisasi teroris. Ada pula yang mengatakan bahwa Edward secara aktif masuk ke dalam organi
"Nona, sebelah sini."Crystal menoleh cepat ke sumber suara begitu ia berhasil keluar dari kediaman pribadi Edward yang menghabiskan waktu hingga puluhan menit. Ia menerima uluran tangan seorang pria yang diketahui adalah orang suruhan Ammar. Pria itu membawanya pergi melewati gerbang kecil di belakang rumah.Lalu, setelah berhasil keluar dirinya menyusuri jalan kecil mengikuti arahan si pria itu dan langkahnya terhenti saat bertemu mobil hitam yang terparkir di bawah pohon."Kami hanya bisa mengantar sampai sini, Nona. Pergilah!" ucap pria bermasker itu.Crystal pun mengucap terima kasih dengan sopan lalu segera masuk ke mobil. Namun, hatinya masih terasa janggal dan mulai ada bisikan kekhawatiran yang semakin lama semakin menyiksa."Ini terlalu mudah. Bahkan sangat mudah." Ia bergumam sendiri sementara mobil masih berjalan menuju bandara.Dari bandara Miami, Crystal terbang ke kota Los Angeles dan memesan hotel di sana. Meski sedikit terpaksa, ia menahan diri untuk tinggal di sana s
"Laporkan kondisinya!" Edward tiduran di sofa menatap layar televisi bersama belasan botol bir yang berserakan di sana-sini.Seorang pria yang berdiri tak jauh dari Edward membuka masker hitam miliknya dan berkata, "Kondisi Nona baik-baik saja. Nona sudah melihat berita dan responnya pun masih terkendali. Nona menangis semalaman. Saat dini hari Nona keluar dari hotel mencari makan di restoran X."'Hm, ini di luar ekspektasi. Menarik juga.' Edward menoleh menatap pria itu dan berkata, "Lalu?""Jadi, entah apa saya boleh berkata begini. Nona sempat menatap lama kafe tempat biasa Nona dan mantan suaminya sebelum menuju ke restoran." Pria itu menggaruk tengkuknya yang terasa dingin. Melihat respon Edward kurang baik, ia mulai merasa menyesali ucapannya. 'Ha~, kumohon. Gajiku yang malang.'"Baiklah, kau boleh pergi." Edward meletakkan botol bir dengan kasar. "Oh, siapa namamu?""Saya Rooney, Tuan.""Ya." Edward menatap Rooney, ketus. "Cari pria yang bernama Adam Herson. Lalu, panggil Ditri
10.30 p.m[Tuan, ini Ditrian. Saya sudah menemukan Nona Christine dan telah mengirimnya ke LA.]"Saatnya berangkat!" gumam Edward tersenyum puas setelah membaca pesan dari anak buahnya.Setelah beberapa hari bertindak lebih tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan keluarganya, Edward mulai beranjak dari kursi yang telah mengurungnya dua hari ini dan terbang ke LA untuk melancarkan aksinya membawa pulang Crystal.Dan semuanya dimulai dari pertunjukkan kecil. Christine.Semantara itu, di Los Angeles ...4.30 a.m.Ting Nong ..."Siapa yang datang sepagi ini, ya?" Melangkah mendekati pintu kamar dengan hati-hati, Crystal mengintip lubang pintu dan melihat seorang wanita dan dua orang pria berdiri di depan kamarnya. "Hah? Kenapa—"Brak."KAU!!!" pekik Crystal, keras.Seorang wanita dengan dandanan menor berdiri menatap Crystal, tersenyum mengejek. "Hai ... lama tak bertemu?"Gaun baby pink mini tanpa lengan yang hanya sedikit menutupi belahan dada dan bokong, dipadukan dengan high heels 10
Christine pergi menemui ayahnya di ruang kerja setelah perdebatan sengit antara dirinya dan Edward. "Ayah! Aku ingin bicara sebentar ...."Delon Snowden. Pemimpin keluarga sekaligus ayah dari anak perempuan kembar itu menatap putrinya dan berkata dengan lembut, "Ada apa Sayang? Apa putra-putranya Ammar mengganggumu?"Christine menggeleng cepat lalu memeluk Delon, erat. "Crystal ... ayah akan menjodohkan dia dengan Tuan Muda Edward, kan?""Loh? Kok kamu bisa tahu?"'He~ jadi benar, ya. Padahal aku asal nebak aja. Berarti anak itu sudah membicarakan masalah ini sejak kapan, ya. Dasar bocah. Lihat saja. Aku akan menghancurkan keinginanmu.' Christine tersenyum kecil membatin."Itu ... tadi aku tidak sengaja mendengar gurauan Edward. Kukira, ayah akan menjodohkan Crystal dengan sepupu mereka. Anak sulung keluarga Herson. Siapa ya namanya?""Adam?""Nah, itu!" Christine menjawab cepat. "Kenapa ayah tidak mendekatkan Crystal pada Adam saja, Ayah?"Delon terd
Semua terjadi begitu cepat. Akhirnya, Delon secara tiba-tiba memberikan surat pernyataan pada Ammar mengenai apa yang mengganggunya.Dan kebetulan, Ammar yang juga tidak menyukai Edward, padahal itu putranya sendiri, menghendaki keinginan Delon untuk bertemu. Lalu, mereka, Ammar, Delon, Gallan dan Edward pun bertemu untuk membahas masalah ini."Apa maksud anda, Paman? Bukankah waktu itu anda menyetujui keinginan saya?" Edward remaja merasa keberatan. Dirinya juga merasa telah dibohongi. "Anda meragukan perasaan saya hanya karna sikap saya selama ini?""Bukan begitu, Ed. Kamu lihat sendiri ... Crystal itu seperti apa. Aku juga belum pernah mengatakan padanya perihal perasaanmu padanya. Jadi—""Saya tidak mau." Jawaban Edward membungkam semua orang. "Yang saya inginkan adalah Crystal. Padahal saya sudah mengikuti keinginan anda untuk tidak mendekatinya dan hanya melihat dari jauh. Tapi, sekarang ... apa-apaan sikap anda itu!?""Edward!!!" bentak Ammar merasa tak enak pada Delon."Ayah!"
"Jadi ... begitulah ceritanyaaa ...." Christine mengakhiri cerita sambil mengemuti jemari yang terkena bumbu snack balado yang ia dapatkan dari kulkas Crystal. "Kau sudah mengerti, kan? Kakak kembarku?"Crystal menatap kosong lantai. Tubuhnya seperti bongkahan es beku yang tak bisa dilelehkan. Tekanan yang ia terima terlalu besar. Ia teramat terkejut dengan semua informasi yang masuk ke dalam otaknya."Kau ... gila, Christine!" desis Crystal menatap nyalang kembarannya. "Bisa-bisanya kau masih santai begini padahal semua masalahku bermuara darimu. Apa yang bisa kau pertanggungjawabkan untuk semua kekacauan ini, hah!?" Ia meledakkan diri.Christine sedikit tersentak Crystal bisa berteriak sekencang itu. Ia pikir, wanita itu hanya memiliki suara pelan dan lembut. "Yah, tinggal menikah saja dengan Edward. Selesai."Deg.'Bajingan ini.' Crystal benar-benar tak habis pikir. Tubuhnya terasa panas dan otaknya tidak bisa berpikir jernih. Baru kali ini Crystal merasakan amarah yang begitu besa
"Bagiku pernikahan adalah ...."'Maaf ... tapi, aku berubah pikiran. Aku tidak bisa menyerahkan Crystal pada pria sepertimu. Kau cukup berbahaya untuk Crystal yang lugu dan lemah.''Dan kau ... Ed. Sikapmu sudah menjadi jawaban kalau kau memang tidak cocok dengan Crystal. Harusnya kau sadar diri.'" ... balas dendam." Edward terdiam cukup lama setelah mengatakan itu. Tatapannya menjadi dingin dan seperti ada aura hitam yang menyelimuti dirinya. "Dan ... pembuktian!"Mendengar itu, ketakutan Crystal muncul kembali. Edward benar-benar menyimpan dendam pada keluarganya, terutama ayahnya, bila mengingat lagi bagaimana ayahnya menjawab setiap pertanyaan Edward di masa lalu.Ia sedikit mengerti keadaan yang menimpa Edward. Namun, dia tak ingin bersimpati pada orang yang akan menghancurkan masa depannya dengan iming-iming pernikahan yang sebenarnya adalah penjara baginya.Crystal tak ingin terluka lagi."Kau tidak bisa melampiaskan kemarahanmu hanya padaku, Ed.