Dari apartemen hingga tiba di rumah sakit, Roy tidak bisa tenang, jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetar, kedua bola matanya selalu meneteskan butiran bening. Kabar yang baru ia dengar dari polisi membuat seluruh tubuhnya seperti tersengat listrik, bagaimana tidak ? Sebelum ia memutuskan sambungan teleponnya ! Pihak kepolisian mengatakan kabar buruk, yaitu, korban di dalam mobil ada dua, yang satu meninggal di tempat sedangkan yang satu lagi terluka parah dan sedang koma.
Dengan langkah seribu, ia berlari menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar jenazah. Langkahnya terhenti saat tiba di pintu kamar jenazah, entah mengapa kakinya tiba-tiba terasa berat seperti tertimpa batu puluhan kilo. Ia menyapu air mata, lalu menghirup udara dari hidung dan membuangnya melalui mulut, perlahan ia mulai menggerakkan kakinya mendekati sesosok tubuh yang terbujur kaku di atas tempat tidur besi dengan di tutupi kain putih.
Ia mulai mengangkat tangan kekarnya untuk meraih kain put
Zeira hanya bisa menangis duduk di atas kursi besi yang ada di depan ruangan ICU, sambil memandang kaca yang di tutup dengan gorden berwarna biru, sesekali ia mengelus perut buncitnya, dan mengajaknya berbicara. Ia bahkan tidak menghiraukan siapapun yang berbicara kepadanya. Yang ada di dalam hatinya saat ini hanya Reyhan dan Reyhan.Roy dan Vivi, berusaha untuk membujuk Zeira, agar wanita hamil itu mau pulang ke kediaman Nicolas. Mereka khawatir karena Zeira saat ini sedang mengandung. Tetapi usaha mereka sia-sia, Zeira tetap berkeras tidak mau pulang, ia ingin tetap di rumah sakit menunggu suaminya sampai sadar."Ra, kamu pulang ya ? Kasihan anak yang ada di dalam kandungan kamu" bujuk Vivi."Tidak Vi, aku tidak akan pulang sebelum mas Reyhan sadar" bantah Zeira."Kakak pulang saja dengan Vivi, biar aku yang menunggu kak Reyhan. Aku pasti memberikan kabar, kalau sudah ada perkembangan kak Reyhan" sahut Roy. Ia juga sama khawatirnya dengan Vivi, te
Ini hari ke 7 Reyhan di rawat di rumah sakit. Pagi ini ia akan kembali ke kediaman Nicolas. Selama ia sadar dari koma, Zeira tidak pernah lagi mengunjunginya ke rumah sakit, wanita hamil itu lebih memilih menunggu di rumah, ia takut hatinya semakin sakit dan terluka jika Reyhan akan mengusirnya lagi.Sebenarnya ia sangat bahagia saat Bara mengabarinya, kalau Reyhan akan pulang pagi ini. Tetapi ia juga sedih, karena Reyhan tidak mengenalinya. Yang ia lakukan saat ini hanya duduk di balkon kamarnya dan memandang ke arah gerbang. Ia sudah berjanji di dalam hati, kalau dia tidak akan menyambut kepulangan Reyhan.Butiran bening menetes dari kedua bola mata birunya, saat ia melihat mobil Reyhan memasuki gerbang. Ingin rasanya ia berlari mengejar dan memeluk Reyhan dengan erat. Tetapi ia mengubur dalam-dalam keinginannya, karena hal itu akan membuat hatinya semakin terluka. Ia bangkit dari kursi dan melangkah masuk ke dalam kamar. Zeira menjatuhkan bokongnya di atas sofa, jar
Dua bulan telah berlalu, kini Reyhan sudah kembali pulih dan beraktivitas seperti biasa. Namun akhir-akhir ini ia lebih sibuk di bandingkan hari-hari sebelumnya. Saat ini usia kandungan Zeira sudah memasuki 9 bulan, wanita hamil itu bertingkat lebih aneh di Bandingkan sewaktu hamil muda, terkadang ia meminta Reyhan memasak makanan untuknya di saat tengah malam, kadang ia tidak mengizinkan Reyhan untuk berangkat ke kantor dan mengurungnya satu harian di dalam kamar. Hal itu membuat pekerjaan Reyhan menumpuk, di tambah lagi, ia harus mengurus gedung, karena beberapa hari lagi Roy dan Vivi akan bertunangan."Mas....besok jadi kan, kita beli perlengkapan baby?" Tanya Zeira. Saat ini mereka sedang makan malam."Bahasanya nanti saja, habiskan dulu makanan kamu" sahut Reyhan. Pria tampan ini memang sejak kecil tidak suka makan sambil berbicara, ia persis seperti ayahnya, lebih suka suasana hening di saat makan."Iya deh..." Zeira sedikit kesal dengan jawaban Reyhan. Ia
Sepanjang jalan Zeira selalu mengoceh, ia selalu merengek karena kecewa kepada Reyhan. Bukannya kasihan wanita hamil itu malah memaksa Reyhan untuk mengambil jambu air yang ada di depan rumah tetangganya.Dengan berat hati, Reyhan memaksa kakinya yang sakit melangkah mendekati pos security, untuk meminta izin."Permisi pak" ucap Reyhan dari balik pintu gerbang."Iya pak Reyhan. Ada yang bisa saya bantu?" Sahut security dengan kening yang mengkerut. Ia bingung kenapa Reyhan tengah malam datang kesana."Pak, boleh aku minta sedikit jambu airnya?""Boleh boleh boleh pak, silahkan" security itu langsung mendorong pagar untuk memberikan jalan kepada Reyhan. Ia tidak perlu bertanya untuk apa, sebab security itu sudah tahu kalau Zeira sedang mengandung."Pasti untuk ibu Zeira?" Ucap security sambil melangkah menyeimbangi langkah Reyhan menuju pohon jambu yang terletak di dekat garasi mobil."Hehehe. Iya pak. Kok tahu ?" Tanya Reyhan.
Wajah Zeira berubah menjadi murung semenjak bertemu dengan Mita, wanita hamil itu tiba-tiba saja tidak memiliki semangat, bahkan ia sempat menolak untuk pergi berbelanja perlengkapan baby.Hal itu mengundang rasa penasaran Reyhan, ada apa sebenarnya antara Zeira dan Mita?. Tetapi Reyhan berusaha untuk bersikap biasa saja dan tidak bertanya kepada Zeira, namun ia sudah meminta Bara untuk mencari tahu tentang Mita.Sepanjang perjalanan dari kediaman Nicolas hingga tiba di Mall, Zeira hanya diam. Reyhan bisa melihat jelas, ada rasa benci, marah dan kecewa di wajah wanita hamil itu. "Sayang, kenapa diam terus dari tadi ? Apa mas ada salah ?" akhirnya Reyhan membuka mulut untuk memecah keheningan di antara mereka. Saat ini mereka sudah tiba di parkiran salah satu mall di pusat ibu kota."UM...iya mas" sahut Zeira dengan gugup."Sayang, kamu kenapa sih ?" Reyhan kembali bertanya."Enggak apa-apa sayang. Ayo kita turun, aku sudah enggak sabar lagi, mau mi
Roy tidak bisa tidur karena penasaran, dengan apa yang di beli Vivi dari apotek. Tadi wanita cantik itu tidak mengijinkannya untuk masuk, ia hanya di minta menunggu di depan apotek. Saat pulang dari apotek, Vivi langsung masuk ke dalam kamarnya. Karena semakin penasaran, Roy keluar dari kamar, dan melangkah menuju kamar Vivi yang tepat di samping kamarnya.Tok....tok...tok... Pada ketukan yang ketiga, pintu terbuka. Roy langsung gagal fokus melihat wajah Vivi yang semakin pucat, mata wanita itu terlihat merah dan sedikit bengkak, seperti habis menangis. "Apa saya boleh masuk ?" tanya Roy, karena dari tadi Vivi hanya diam di balik pintu dan tidak mempersilahkan Roy untuk masuk."UM...tentu saja" sahut Vivi sambil membuka pintu semakin lebar"Vi, kamu lagi sakit ya?" Tanya Roy, setelah mereka duduk di atas sofa yang ada di kamar Vivi."Enggak. Kenapa kamu bertanya seperti itu ?" Vivi kembali bertanya. Sebenarnya di dalam hatinya saat ini, seperti getaran sp
Tuan bisa memasukkan jarinya tapi tunggu nona Zeira melahirkan dulu" goda sang dokter."Ini sudah bukaan 2. Sebaiknya kita ke rumah sakit saja tuan" lanjut dokter setelah menarik tangannya."Baik dokter" Reyhan lansung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya. Sementara dokter membantu pelayan untuk menyusun barang-barang Zeira yang akan di bawa ke rumah sakit kedalam bagasi mobil."Mas buka pintunya" panggil Zeira dari balik pintu kamar mandi. Ia juga ingin membersihkan tubuhnya sebelum berangkat ke rumah sakit. Reyhan langsung membuka pinta setelah mendengar suara Zeira. Pria tampan itu membuat pintu dengan tubuh yang telanjang tanpa sehelai benang."Ada apa sayang ?" Tanya Reyhan."Aku mau mandi" Zeira langsung menerobos masuk, jantungnya dak dik Duk saat melihat dada bidang Reyhan yang seksi. Walaupun ia sudah sering melihatnya, tetapi jantungnya selalu berdebar."Loh.. kok mandinya di situ ?" Protes Reyhan, karena Zeira mandi di
selamat siang" sapa MitaVivi langsung melangkah ke arah pintu dan mencengkeram tangan Mita, lalu membawanya keluar. "Jangan coba-coba untuk menghancurkan rumah tangga Zeira" ucap Vivi dengan tegas, setelah mereka tiba di depan pintu toilet."Hahahaha" Mita tertawa mencibir. "Apa kamu tidak sanggup jika aku membongkar semuanya ?" Cibir Mita dengan menyeringai licik."Tutup mulutmu, itu bukan urusanmu. Kamu hanya wanita yang tidak tahu malu. Kau ingin memanfaatkan semuanya agar mendapatkan uang dan kemewahan" sentak Vivi dengan lantang."Aku akan tutup mulut, jika kamu dan Zeira memberikan sesuai yang aku inginkan" Mita memberikan satu lembar kertas kepada Vivi."Dasar tidak tahu malu. Kamu hanya bisa memeras orang demi hidup mewah" Vivi meraih kertas yang di berikan Mita dan memasukkan ke dalam saku celananya, lalu pergi meninggalkan Mita dan kembali ke ruangan Zeira."Apa dia temanmu ?" Tanya Roy setelah Vivi kembali ke kamar Zeira.