Share

Bab 34

Mataku langsung tertuju ke meja kerja saat pintu ruangan terbuka. Tak ada bunga seperti kemarin, aku menggigit bibir, kenapa ada rasa kecewa. Aku berjalan tak sesemangat tadi saat baru keluar dari mobil.

Tas aku letakkan di meja samping kursi. Tanganku menarik kursi kerja, dan pelan mulai duduk kemudian bersandar sedikit malas. Rena apa - apaan coba? Sisi hati yang lain mulai memprotes reaksiku sendiri. Siapa suruh berharap, pas nggak sesuai harapan kecewa sendiri. Ada apa denganku?

Kenapa senyum dokter itu tak mau pergi dari benakku dari semalam. Aku memukul pelan kepalaku, dulu sewaktu Mas Bagas mendekatiku di tempat kerja lama. Rasanya tak seperti ini, aku bahkan menghindarinya.

"Pagi, Mbak."

Seperti biasa sebotol air putih dan teh hangat Sania bawakan untukku.

"Kenapa pagi - pagi dah kusut gitu mukanya?" tanya Sania sambil meletakkan bawaannya di atas meja.

Aku hanya menggeleng malas, dengan bibir sedikit manyun.

"Cie
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status