"Tentu saja aku datang ke sini untuk mengobatimu, bukankah sudah menjadi tugas seorang dokter," ucap Frans.
"Kehadiranmu tidak ku inginkan," kata Verrel dingin.
Frans tidak mengambil hati perkataan sahabatnya itu, ia sudah terbiasa dengan sikap Verrel yang terkadang berbicara seenaknya.
"Tunggu sebentar biar aku memeriksamu, jangan banyak bicara," kata Frans mengeluarkan stetoskopnya.
"Sepertinya kau hanya kelelahan dan kurang asupan makanan. "Apa kau sekarang menjadi miskin sampai tidak bisa membeli makanan yang enak?" kata Frans sembari membereskan peralatannya.
"Bicara sekali lagi, ku pecat kau jadi dokter pribadiku," ancam Verrel.
"Hemm, suatu kehormatan bagiku di pecat olehmu. Aku seperti mengobati singa yang tengah lapar, hahaha," kata Frans tertawa.
Memang selama ini menjadi dokter pribadi Verrel, hidup Frans sudah terbilang melebihi cukup. Gaji bulanan yang di berikan Verrel cukup tinggi, belum lagi di tambah
Wajah Verrel masih di penuhi oleh amarah. Angela menundukkan kepalanya. Kalau saja Verrel tidak sedang sakit, ia pasti sudah marah karena sikap Verrel yang main serobot saja."Kenapa dia meneleponmu? Apa kalian saling merindukan?" kata Verrel sinis.Dalam hatinya sebenarnya ia takut Angela berpaling ke laki-laki lain. Kecemburuannya tidak dapat di tutupi lagi. Setelah sekian lama berpisah apakah harus bertengkar masalah ini. Verrel sudah muak dengan Mark yang selalu mendekati Angela."Kamu kenapa merebut teleponku? Sudah kubilang di antara kami tidak ada apa-apa," jelas Angela. Dia merapikan bajunya yang berantakan dan mengikat rambutnya ke atas."Itu menurutmu, bagaimana dengan dia. Mark masih saja terus memikirkanmu. Apa aku bisa mengendalikan pikiran seseorang?" gerutu Verrel."Kalau begitu biarkan saja. Tolong jangan jadikan ini masalah baru agar kita bertengkar lagi. Kau sedang kurang sehat. Pikiranmu bermacam-macam, jadi lebih baik isti
Saat mereka sedang asyiknya menikmati masakan Angela, tiba-tiba seorang asisten rumah tangga tergopoh-gopoh datang menghampiri Verrel."Ada apa?" tanya Verrel di sela makannya."Tuan Mark ada di depan," jawab asisten rumah tangga."Suruh pulang saja," kata Verrel ketus. Angela mengaduk-aduk makanannya. Ia tidak berani melarang tindakan Verrel karena buntutnya pasti selalu bertengkar."Tapi ... Tuan Mark bersama wanita cantik ke sini, sepertinya itu kekasihnya," lanjut asisten rumah tangga itu memberanikan diri.Verrel meletakkan sendok makannya. Ia terdiam dan terlihat berpikir sejenak."Ya sudah, suruh masuk," ralatnya.Angela bernafas dengan lega, karena Verrel berubah pikiran. Selama ini Angela merasa bersalah pada mereka karena seperti menghancurkan hubungan persaudaraan keduanya.Verrel segera menyelesaikan makannya, begitu juga dengan Angela. Mereka bersiap untuk ke ruang utama menemui Mark.Terlihat Ma
Mark membawa Clara ke apartemennya, ia mempersilahkan Clara untuk duduk."Terus terang, aku memang belum mencintaimu," kata Mark meneguk minumannya.DEGHRasanya hati Clara sakit mendengar pengakuan Mark. Tetapi bukankah dari awal dia memang tahu jika Mark tidak mencintainya."Jadi, kau memperalatku?" tanya Clara tanpa basa-basi."Bukan memperalat tetapi meminta tolong agar kau membantuku," lanjut Mark."Cih, sama saja," desis Clara."Apa imbalannya?" tanya Clara lagi. Padahal jika Mark tidak mencintainya tidak apa, asal ia bisa bersamanya. Tapi mulutnya berkata lain ketika Mark mengungkapkan kenyataan pahit itu."Kau bisa jadi istriku, aku juga ingin belajar melupakan masa laluku," kata Mark menatap kosong ke depan."Bayarannya mahal, aku takut kau tidak akan sanggup membayarnya," jawab Clara."Menjadi istriku, kau tidak akan kekurangan apapun. Jadi bagaimana? Kau setuju?" tanya Mark.Clara berpikir
Angela masih berpikir tentang apa yang di katakan oleh Verrel. Ia tahu jika lelaki itu cepat atau lambat tetap saja menginginkan keturunan darinya. Tapi ia perlu menguatkan hatinya dan memberi pemahaman pada dirinya sendiri agar mengubah pola pikirnya yang negatif tentang traumanya memiliki anak.Angela tidak menyadari jika Verrel sudah berdiri di belakangnya. Ia menepuk pundak Angela yang masih bengong menatap ke depan."Aku mau berangkat kerja, apa kau tidak mau melihat keadaan perusahaan mamamu?" tanya Verrel."Oh, iya. Tapi kau berangkat dulu tidak apa-apa. Biar ku selesaikan gambar desainku," ucap Angela gugup. Ia tidak ingin Verrel tahu jika dirinya sedang melamun."Tidak bisa begitu, aku akan mengantarmu. Bagaimana jika ada pria yang menggodamu?" celetuk Verrel.Angela lupa jika Verrel pencemburu. Ia pun bangkit dari tempat duduknya. Lalu mengambil baju kerja di lemarinya. Biasanya Verrel selalu mengganggu jika dia sedang berganti pakaian. T
Waktu makan siang telah tiba, seorang pria tampan datang untuk menjemput Clara. Sialnya, saat memasuki kantor Mark juga bertemu dengan Verrel. Keduanya seperti kucing dan anjing yang saling menyindir. Verrel merasa Mark selalu mengganggu ketenangan hidupnya.Padahal ia sudah cukup tenang ketika lelaki itu berpamitan padanya mengatakan jika akan ke luar negeri. Tapi, kenapa pria ini malah ada di kantor istrinya."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Verrel sinis."Tentu saja menjemput kekasihku," jawab Mark penuh percaya diri."Kekasihmu? Kekasihmu yang mana?" tanya Verrel."Kau tidak perlu tahu, tidak mungkin aku memperkenalkan kekasihku pada orang pikun," nyinyir Mark. Ia kesal pada sahabatnya itu, padahal dulu sudah pernah memperkenalkan kekasihnya tapi kenapa ia mengabaikannya begitu saja."Ya, sudah tidak ada gunanya aku berdebat denganmu." Mark meninggalkan Verrel yang masih berdiri di depannya.Pikiran Ve
Semilir angin menyapu wajah Clara, wanita itu mengetuk-ngetuk sepatunya ke paving trotoar. Mark menyentuh bahu Clara, tetapi wanita itu diam tak bergeming."Jika kau ingin menjadi kekasihku, kau harus menuruti semua yang ku inginkan," ucap Mark.Clara menggerakkan tubuhnya mengarahkan pandangannya pada Mark dengan tatapan kurang bersahabat."Setelah kupikir-pikir, aku sudah tidak berminat lagi menjadi kekasihmu. Akan ku jalani hidupku penuh kebebasan," ujar Clara. Tepat di hadapannya telah berhenti sebuah taksi yang menawarkan tumpangan.Ketika Clara berniat masuk ke dalam Mark buru-buru menarik tubuh Clara."Ini bayaranmu, Pak. Tolong tinggalkan kami," kata Mark mengeluarkan uang lembaran pada sopir taksinya."Tapi, Tuan?" Sopir itu bingung menerima uang dari Mark. Padahal ia belum mengantarkan penumpangnya. Tatapan mata Mark yang dingin ke arah sopir itu, akhirnya menyurutkan niat sopirnya untuk bertanya lagi. Ia memilih
"Desain baju milikku biasanya mengangkat karya seni dan adat istiadat daerah. Apa kau tertarik dengan karya seperti itu?" tanya Amber."Kebetulan sekali, saya tertarik dengan karya Anda sudah cukup lama. Tetapi baru sekarang bisa bertemu dengan desainernya," ucap Angela."Silahkan," kata seorang pelayan yang meletakkan secangkir caramel macchiato panas di depan Angela."Terima kasih," ucap Angela. Sesaat ia menyesap kopi panasnya sedikit lalu meletakkannya kembali dengan hati-hati."Tolong pelajari proposal dariku. Saya ingin berperan aktif memberdayakan anak-anak dari golongan yang tidak beruntung untuk memakai karya ini. Jadi, lebih tepatnya acara ini seperti amal bagi mereka. Namun, jangan khawatir saya tetap akan memberikan imbalan jasa pada Anda," terang Angela."Hemm, menarik sepertinya," ucap Amber manggut-manggut."Tapi, darimana Anda menemukan anak-anak itu?" tanya Amber."Hemm, secara tidak sengaja aku bert
Angela tampak letih setelah pulang dari kantor, hari ini ia memutuskan pulang terlebih dahulu karena tiba-tiba kepalanya pusing. Sebelumnya, ia sudah mengirimkan pesan pada Verrel jika ia pulang terlebih dahulu. Karena, biasanya Verrel selalu mengkhawatirkannya.Dan benar, Verrel sudah berdiri di ambang pintu melihat istrinya yang sudah tertidur pulas di ranjang. Wajah lelah Angela membuatnya kasihan. Ia lalu memilih membersihkan tubuhnya di kamar mandi.Kucuran air shower gemerciknya air terdengar dari luar. Suara itu membuat Angela terbangun dari tidurnya. Perlahan ia membuka matanya, melihat tas kerja Verrel yang di letakkan di atas kursi ia tersenyum. Pertanda Verrel memang sudah pulang kerja. Tapi kelelahan Angela membuatnya malas untuk bangun dari ranjangnya. Ia memeluk guling empuknya erat dan maranya kembali terpejam.Tiba-tiba ia merasa sesuatu yang dingin dan kenyal menempel di dahinya. Ia tahu jika Verrel yang mencium keningnya. Ke