"Sudahlah, aku lelah. Tak ada gunanya kau jelaskan padaku," kata Angela masuk ke dalam mobil.
Sepanjang perjalanan Angela hanya terdiam. Terlalu banyak kejadian yang menimbulkan rasa pusing di kepalanya. Pertemuan yang tak di inginkan dengan Yohan, sosok Felix, hinaan wanita yang bersama Yohan dan terlebih lagi sikap arogan Verrel Burhan Prayoga.
"Angela," panggil Verrel.
"Cih," gerutu Verrel memperhatikan sikap Angela yang hanya melamun menatap jendela mobil mengabaikan panggilannya.
Ya baru kali ini ia di acuhkan oleh seorang gadis. Biasanya ia yang mulai cuek setelah para gadis mulai tertarik padanya.
"Angela!" seru Verrel sekali lagi.
Kontan saja Angela tersentak dari lamunannya. Ia langsung menoleh ke arah Verrel.
"Apa kau sudah gila berteriak padaku!" seru Angela.
"Aku tidak suka kau mengenakan baju pemberian lelaki itu," protes Verrel.
"Lelaki itu punya nama!" bantah Angela.
"Kau menyukainya?! Kenapa kau membelanya,"
Verrel Burhan Prayoga menatap tubuhnya pada cermin yang cukup besar di hadapannya sembari mengancingkan jas hitamnya yang melekat pas di tubuhnya yang perfect.Wanita mana pun yang melihatnya saat ini pasti terpesona dengan ketampanannya. Verrel keluar dari kamarnya bersiap - siap untuk pergi ke kantor. Angela sibuk menyiapkan sarapan di dapur.Sekilas Angela mencium parfum yang sangat familiar untuknya. Siapa lagi kalau bukan Verrel Burhan Prayoga yang datang ke meja makan untuk menyantap sarapannya. Angela dengan cekatan sudah menata semuanya di meja lengkap dengan minumannya.Ia tidak berkata banyak. Hanya menyodorkan makanan kepada Verrel kemudian kembali ke tempat duduknya untuk menyantap makanannya sendiri. Sesekali Verrel melirik kearah Angela, namun gadis itu lebih asyik menikmati makanannya.Seusai makan Verrel menghampiri Angela."Kau bisa membeli segala sesuatu menggunakan ini." Verrel menyerahkan black card pada Angela."Tidak, t
Angela dan Verrel masuk ke ruangan pribadi CEO. Verrel mengunci pintunya, Angela melirik heran tapi ia pura - pura tidak tahu. Ia menata berkas - berkas yang ada di mejanya. Sudah saatnya ia mengerjakan berkas yang sudah di taruh di atas meja kerjanya. Keinginan keras Verrel agar dirinya senantiasa bersamanya saat kerja membuat Angela tidak nyaman.Tiba - tiba Angela merasakan ada sebuah tangan melingkar di perut langsingnya. Siapa lagi kalau bukan Verrel suaminya."Aku merindukanmu," kata Verrel menyandarkan kepalanya di pundak Angela. Mencium bau sampo tiap helaian rambutnya."Jangan begini. Ini kantor," peringat Angela menggeser punggungnya."Ini kantorku, aku bisa melakukan apa saja," kata Verrel.Pria itu membalikkan tubuh Angela. Mereka berhadapan. Kedua tangan Verrel masih melingkar di pinggangnya Angela. Verrel mengecup kening istrinya, tangannya naik ke atas mengusap bukit kembar yang terlihat menonjol dalam balutan baju kerja Angela yang membe
Seorang wanita berpakaian seksi dengan leher rendah datang ke kantor Verrel. Sepertinya ia sudah terbiasa dengan kantor Verrrel, tampak sekali resepsionist, para pegawai menyapanya ramah dan meloloskan wanita itu ke lantai paling atas untuk menemui Verrel Burhan Prayoga.Ia tampak percaya diri sesekali membenarkan letak kacamatanya dan menggerai rambutnya sebahu dengan berjalan menuju lift. Ia sudah hafal nomor berapa yang harus ia tekan, senyumnya merekah dengan lipstik warna merah marun matte.TingPintu lift terbuka, kaki jenjangnya melangkah menyusuri lantai granit berukuran bigsize dengan kualitas platinum, menuju ke sebuah pintu yang bertuliskan ruang Ceo.CeklekPintu tidak terkunci, membuatnya bisa masuk leluasa. Verrel masih sibuk berkutat dengan laptopnya. Angela baru keluar dari ruangan untuk mengambil sesuatu.Suara ketukan higheels melangkah mendekat menggema di atas permukaan lantai membuat laki-laki di depann
"Sayang, apa suamimu tahu kalau kau menginap di sini?" tanya Yanti. "Tahu, Ma. Dia sedang sibuk jadi tidak bisa mengantar Angel," terang Angela. "Ya, sudah kamu bersihkan dulu tubuhmu setelah ini makan," kata Yanti. Angela mengangguk, ia lalu bergegas ke kamarnya yang terletak di lantai atas. Saat membuka pintu kamarnya, ia heran kenapa mamanya tidak merubah apapun dekorasi kamarnya. Semua barang pernak-pernik tempatnya masih sama. Kamar dimana dulu ia masih single belum menikah. Rasanya ia sudah ingin menikmati ranjang yang empuk. Angela tidak membawa koper karena baju-bajunya yang lama masih banyak tersimpan di lemari. Ia membersihkan badannya di kamar mandi, kucuran air shower cukup menyegarkannya. Ia ingin jauh dari masalah dengan Verrel yang membuat suasana hatinya semakin gerah. Setelah berganti pakaian yang lebih santai Angela turun tangga untuk menikmati makanan yang telah di siapkan mamanya. "Duduklah
Pagi telah tiba, mereka tidak menyadari jika guling yang jadi pembatasnya sudah raib kemana. Sepertinya jatuh ke lantai, sementara keduanya asyik berpelukan. Verrel terbangun terlebih dahulu, ia kaget melihat Angela sudah menyusupkan kepalanya di dadanya dengan nyaman. Rasanya sayang jika bangun lebih cepat, Verrel memilih pura-pura tidur saja sembari menikmati pelukan Angela. Verrel senang Angela memeluknya, entah kapan lagi ia bisa melewati momen seperti ini.Angela membuka matanya perlahan, saat merasa kakinya kedinginan. Ia mengeratkan kakinya di kaki Verrel yang di kiranya adalah guling.Samar-samar ia mulai sadar bahwa yang di peluknya adalah Verrel hampir saja ia berteriak kalau ia tidak segera menyadari bahwa ia sedang di rumah mamanya.Tunggu dia kan sedang tidur, dia tidak tahu jika aku memeluknya, jadi aman, batin Angela.Tiba-tiba Verrel menempelkan bibirnya ke bibir Angela membuat mata perempuan itu langsung membulat sempurna karena kag
Verrel menuruni anak tangga melihat kedua orang ibu dan anak itu sedang mengobrol. Mereka bercanda tawa, baru kali ini Verrel melihat Angela tertawa lepas, apa selama ini ia hidup satu rumah dengannya merasa terpenjara. Kenapa ia tidak pernah melihat tawa itu. "Eh, menantu mama sudah bangun. Angela layani suamimu, siapkan sarapannya," kata Yanti lembut. "Biar saya ambil sendiri, Ma," kata Verrel. "Eh, jangan. Sudah menjadi tugas istri melayani suami, baik di tempat tidur maupun melayani kebutuhan lainnya," terang Yanti. "Kok mama bawa-bawa tempat tidur sih, Angel dengarnya agak risih, Ma," kata Angela. "Kamu ini, sudah menikah jangan seperti anak kecil. Suamimu pria yang tampan, bagaimana jika ada perempuan lain yang mau. Kamu pasti menyesal," kata Yanti. "Biarin aja, kalau mau ambil, ambil saja." Tak! Angela menaruh piring agak keras. Ia jengkel jika mengingat kata perempuan lain. Jelas-jelas ada perempuan lain d
Penampilan Angela yang sederhana tidak mengurangi kecantikannya. Justru Verrel semakin terpesona di buatnya. Ia memilih jalan-jalan pagi di taman kota, sudah lama sekali Verrel tidak melakukan ritual jalan-jalan pagi mengingat banyak sekali kesibukan yang harus di lakukannya. Angela seperti anak kecil yang berlari ke arah penjual minuman kecil. Ia membeli dua buah cup coklat panas. Verrel menunggunya dengan duduk di kursi taman. Tiba-tiba ada seorang gadis muda mendekati Verrel. "Sendirian?" tanyanya. Verrel tidak menggubris sapaan wanita itu. Wanita itu tetap nekat duduk di sebelah Verrel. Belum lama kemudian Angela sudah datang membawa dua buah cup coklat panas. Melihat Verrel duduk dengan wanita lain, Angela bethenti tepat di tengah jalan menatap mereka bergantian. Tetapi kemudian ia melangkah lagi mendekat ke arah mereka. Verrel mendongak melihat ke arah Angela,"Oh, kau sudah datang, sayang." Angela menyerahkan satu buah cupnya pada Verrel
Di dalam mobil keduanya terdiam, ada perang dingin yang sedang berkecamuk dalam dada masing-masing. Verrel kecewa karena Angela masih memikirkan Yohan. Sementara Angela kecewa dengan Verrel karena lelaki itu mengira dirinya pernah membawa Yohan ke kamarnya. Semua bersikukuh dengan ego masing-masing.Verrel mengemudi mobilnya cukup cepat, ia menyalip satu persatu mobil yang ada di depannya. Di tambah lagi ia membunyikan musik cukup keras membuat Angela sangat terganggu."Kau sudah gila! Kenapa tiap kali kau marah selalu seperti ini!" seru Angela.Verrel terdiam, ia tetap mengemudi dengan kecepatan tinggi. Angela yang setengah ketakutan mencengkeram sabuk pengamannya."Hentikan! Kau bisa membunuhku!" teriak Angela.Ciiiiiit!Verrel mendadak mengerem mobilnya, rupanya mereka telah sampai di rumah. Verrel keluar dari pintu mobil dengan tergesa-gesa. Tanpa mempedulikan Angela yang masih di dalam mobil. Angela turun dan memasuki rumah menyus