Share

Chapter 47. Menguak Masa Lalu

Diwana kini duduk terdiam di kursi roda di samping kanan kasur pasien. Bukan, bukan Nilakandi lagi, melainkan Nana yang terlihat masih terlelap dalam tidur pulasnya.

“Makasih, ya? Untuk selalu ada di sisi Nilakandi. Dan maaf, aku udah ingkar janji untuk yang ke sekian kali,” lirih Diwana dengan menunduk.

“Kamu kalau mau bilang maaf dan makasih harusnya waktu dia bangun nggak, sih?” sahut Tama yang masih berdiri di belakang kursi rodanya dengan setia.

Diwana hanya malu, sekaligus mungkin malas untuk berdebat dengan Nana yang menurutnya kadang menyebalkan. Namun belum sempat Diwana membalas Tama, sosok yang sedari tadi ia kita terlelap tau-tau menyahutnya terlebih dahulu.

“Ya, sama-sama. Maafnya juga diterima,” lirih Nana yang ternyata sedari tadi terjaga meski dengan mata tertutup.

Lelaki itu langsung memiringkan tubuhnya ke arah kiri, membelakangi Diwana dan Tama yang masih terkejut.

“K-kamu ternyata

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status