"Mama, boleh Lintang masuk?" tanya Lintang sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya pelan.
Pintu itu tidak lah tertutup, karena Ajeng baru saja masuk dari kegiatannya di luar rumah. Sementara Lintang adalah gadis yang memiliki kesopanan, warisan dalam keluarga. Ia tak akan masuk ke dalam ruang privasi tanpa bertanya lebih dulu pada pemiliknya.
Ajeng yang tengah merapikan pakaian ke dalam lemari, menoleh mendengar suara Lintang, puterinya.
"Ya. Masuklah." Wanita paruh baya itu tersenyum.
"Sudah pulang?"
"Huum." Gadis itu menyahut sembari mendekat pada sang mama.
"Mama tadi di sini heboh banget, pas aku sama Laila baru datang." Lintang memulai laporannya.
"Ribut? Ada masalah apa?" tanya wanita itu kemudian. Mendengar kata ribut, sontak saja tangannya berhenti bergerak. Kemudian memberi perhatian lebih pada puterinya.
Ia kemudian duduk di sisi ranjang menghadap pada Lintang. "Jelaskan pada Mama, apa yang terjadi, Lin!"
"Ma,
Setelah sampai di jalan besar, Rani diturunkan oleh orang yang mengantar dengan menggunakan sebuah kendaraan bermotor."Terimakasih, maaf sudah merepotkan." Rani menyerahkan sebuah amplop berisi uang. Upah lelah."Ah, harusnya tak perlu serepot ini." Orang yang mengantarnya berbasa-basi.Dia tahu, begitu lah cara terimakasih orang-orang yang telah ditolongnya."Ambil saja." Rani tersenyum. "Maaf jika tidak banyak. Sejujurnya saya sedang ditimpa musibah.""Innalillahi waa inna ilaihi rojiun. Kalau boleh tahu ....""Saya akan bercerai dengan suami kedua saya. Jadi mungkin akan banyak merepotkan Mbak nantinya. Karena Insyaallah saya akan tinggal di kampung seperti dulu.""Oh, ya Allah yang sabar ya Mbak.""Lalu Laila?""Dia tetap di kota karena harus melanjutkan sekolahnya." Rani tak mungkin menceritakan pernikahan Laila. Karena anaknya itu masih sekolah. Apa jadinya kalau pihak sekolah tahu Laila sudah menikah? Bisa-
Tak ingin kecolongan, Laila mengirim pesan pada sang Bunda.[Bunda, tolong jangan membahas soal ponsel Laila di depan mertua atau adik ipar Laila, ya.][Ini soal ayah Heru. Kalau mertua Laila tahu, bahwa ayah Heru pelakunya. Mereka tak akan mungkin memaafkan Laila karena menuduh Kak Aris. Dan lagi pasti mereka juga akan berusaha keras memisahkan kami.]Send. Centang satu.Laila mendesah. "Kenapa nomor Bunda tak aktif, sih?" gumamnya merasa sedih.***"Lin, sana panggil yang lain! Makanannya sudah siap," perintah Ajeng pada puterinya"Nggak, ahh. Mama aja. Ck. Males banget ketemu Laila." Lintang menjawab dengan ogah-ogahan.Setelah obrolan seriusnya dengan Laila, bukannya mendapat rahasia yang disimpan sahabat sekaligus kakak iparnya itu, ia malah mendapat sebuah setempel sebagai orang yang kepo dan tak perlu tahu urusan Laila dan Aris. "Mengesalkan sekali, hihhh.""Lah kenapa?" Dahi Ajeng mengerut."Udah, ah ... M
Laila terdiam. Dia tahu ke mana arah bicara ayahnya itu. Dan siap tak siap, ia harus siap menerima kemarahan dari Aji. Pria itu bukan hanya marah karena Laila diam dan menuduh Aris, tapi juga merusak nama baik Aris di depan keluarga.Pemikiran sang ayah sederhana, ia tak ingin menyakiti orang lain, dan membuat orang lain tak bersalah mendapat hukuman."Mas tolong pelan kan suara Mas. Tak enak sama Ibu Ajeng." Ardian menegur sang Kakak yang sudah dikuasai emosi.Aji mendesah. "Ayah malu Laila. Malu sekali pada Aris. Ayah bahkan sampai bingung bagaimana cara mengucap maaf padanya," ucap pria berusia kepala empat itu.Sementara Laila tak mengerti harus menjawab apa, selain terbawa suasana. Dia lalu ingat betapa besar pengorbanan Aris untuknya. Bukan hanya menanggung malu, rasa bersalah dan luka di tubuhnya karena kesalahan orang lain. Kini pemuda itu satu-satunya pria yang mati-matian membelanya."Jadi kamu dan Aris bersepakat untuk membiarkan Heru?"
"Kita lakukan saja hubungan suami istri." Aris mengungkapkan kemauannya."Maksud Kak Aris?" Tanya Laila bingung."Aku tak siap jika ternyata kamu hamil anak Heru." Aris mengucapnya dengan pelan tapi tegas."Ap-apa maksud Kak Aris?" Bukan hanya Laila terkejut. Ada kekecewaan yang diam-diam merambat ke hatinya. Bagaimana bisa dia membahas soal kehamilan itu?"Aku ingin anak dalam kandunganmu adalah anakku." Aris berterus terang.Laila diam. Dia ingin protes, dan bertanya, bagaimana kalau ternyata sudah ada janin di perutnya? Janin yang tumbuh karena perbuatan Heru. Bukankah kalau itu terjadi, walau Aris menanam benih pun percuma, tetap saja anak dalam kandungannya adalah darah daging Heru."Bagaimana kalau aku sudah hamil, Kak?" Laila akhirnya memberanikan diri bertanya.Meski pertanyaan itu tak menguntungkan baginya. Bisa saja hanya karena sebuah pertanyaan, menimbulkan banyak pemikiran di kepala Aris."Kita tak akan tahu siapa
Keduanya bangun bersamaan dengan matahari terbit. Aris memeluk tubuh istrinya dan keduanya masih dalam satu selimut. Bibir Aris mengukir senyum puas setelah semalam Laila tidak bisa menolaknya.Aris juga merasa lega bahwa Laila tidak merasa trauma melakukannya setelah apa yang dia alami beberapa waktu yang lalu akibat perbuatan Ayah tirinya.Semula Aris sangat mengkhawatirkan itu. Karena Laila sempat terlihat sangat shock."Sebenarnya aku ingin kita libur hari ini tidak usah ke sekolah dulu," bisik Aris ketika mereka terpaksa harus berpisah menuju sekolah masing-masing."Apaan, sih, Kak." Laila menyembunyikan wajahnya.Aris tertawa kecil melihat perubahan pada wajah istrinya. Keduanya lalu berpisah dengan berat hati.Jam pelajaran kosong, semua murid beraktivitas sesuai keinginannya. Di dalam kelas grup rumpi berkumpul pada satu meja dan sibuk bergosip. Sementara geng makan berkumpul di kantin menikmati berbagai menu.Laila diam-diam
nghadapi Badai PernikahanMata Ajeng seketika terbelalak, kabar yang baru saja disampaikan oleh pihak kepolisian sangat mengejutkan. Heru mengaku telah memperkosa Laila, itu artinya ....Seketika pandangan Ajeng gelap dan tubuhnya ambruk ke lantai."Mama!!" teriak Laila yang kebetulan kekuar dari kamarnya."Mama," ulangnya sambil mengguncang tubuh Ajeng."Kak Aris, tolong Mama!" teriak Laila lagi.Mendengar teriakan Laila, Lintang keluar dari kamarnya"Mama? Mama kenapa, Ma? Bangun, Ma!" pekiknya setelah melihat mamanya tergeletak di lantai."Tolong!""Tolong!"Teriak Lintang dan Laila bersamaan. Aris yang mendengar adik dan istrinya berteriak, tergesa-gesa keluar dari kamar."Ada apa?""Mama pingsan, kak!" jawab Lintang."Ya ampun, Mama! Kenapa bisa begini?""Nggak tahu, aku tadi mendengar Laila teriak. Begitu keluar kamar Mama sudah seperti ini," jawab Lintang.
*Ajeng sudah siuman, dia melihat ke arah kedua anaknya yang baru saja masuk ke dalam kamar. Keduanya nampak ragu terutama Aris dia tidak berani menatap Mamanya."Alhamdulillah, Mama sudah sadar," ucap Lintang sambil mendekati ranjang tempat Mamanya berbaring.Ajeng tidak menjawab, meski jelas ada perasaan lega dari wajah anak-anaknya. Juga ada was-was seiring langkah mereka yang semakin dekat dengan Mamanya."Mama .... " sapa Aris ragu, dia tahu Mama pasti marah dengan apa yang sudah terjadi kepadanya."Aris minta maaf, Ma.""Mama sangat kecewa sama kamu, Ris. Kenapa kamu tidak jujur dari awal dan kenapa kamu diam saja diperlakukan seperti ini, Ris?" Mama terdengar geram. Dadanya naik turun menahan amarah.Aris diam, bingung harus bicara apa kepada Mama. Seiring waktu dia bisa menerima Laila dan mulai jatuh cinta kepada gadis itu. Ketakutannya sekarang, bagaimana kalau Mama meminta dia meninggalkan gadis yang dia sayangi itu.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Ma," ucap Papanya Aris ketika Ajeng menghubunginya."Iya, Pa. Tadi Mama shock banget. Papa kok tahu Mama pingsan?""Lintang yang memberi tahu. Papa juga tadi sempat nggak konsentrasi kerja. Memangnya ada kabar apa sampai Mama pingsan seperti itu?"Ajeng kemudian menceritakan berita yang disampaikan oleh pihak kepolisian tentang kasus perkosaan terhadap Laila."Jadi bukan anak kita pelakunya?""Jelas bukan, Pa. Aris itu hanya apes saja. Terpaksa harus menanggung kesalahan orang lain.""Mama tenang, ya. Aku pulang setelah ini. Nanti kita bahas lagi di rumah.""Iya, Pa, Mama tunggu. Hati-hati di jalan.Setelah berkemas Papanya Aris segera pulang. Dia tak menyangka pernikahan Aris akan berujung masalah yang sangat pelik.'Ini benar-benar musibah bagi Aris dan keluargaku. Karena Aris harus mempertanggung jawabkan perbuatan jahat orang lain. Kesalahan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan.