Rani menarik nafas dalam-dalam, ia tidak boleh egois hanya memikirkan perasaannya sendiri.
"Baiklah, Bunda setuju."
"Serius, Bun?" Laila berbinar.
Rani tersenyum sambil berkaca keduanya lalu berpelukan. Rani sudah mengambil keputusan, apapun yang akan dikatakan netizen, Rani tak peduli. Setelah masa iddahnya habis, ia siap kembali menjadi Nyonya Aji.
"Makasih, ya, Bun. Aku seneng dengernya. Ayah juga pasti bahagia. Aku akan mengabari ayah dulu." Laila melepas pelukannya lalu segera menghubungi Aji.
"Ya, ada apa, Laila?" tanya Aji setelah menjawab salam dari anaknya.
"Aku punya kabar baik, Yah."
"Maksud Kamu?"
"Coba Ayah tebak." Laila sengaja membuat Aji penasaran.
"Kamu itu, mau bikin Ayah penasaran, ya?"
"Ayo, tebak saja!"
"Ayah tutup teleponnya, ya." Aji balik menggoda Laila.
"Jangan!"
"Hmmm."
"Ya, udah. Ayah pasti akan seneng mendengarnya kalau sebentar lagi kita akan tinggal bersama
Heru berpikir sejenak, ada baiknya mereka diizinkan beristirahat di sini saja. Toh mereka hanya meminta satu malam dan dia tidak akan keluar kamar."Tempatkan mereka di kamar samping!""Baik, Tuan.""Satu lagi, jangan beritahu siapa pun kalau aku ada di sini.""Beres, Tuan. Itu mah Mamang juga mengerti."Mang Juned turun ke lantai bawah, kemudian menemui tamunya di teras."Maaf lama, kata Juragan saya kalian boleh nginep tapi hanya satu malam.""Makasih, Pak. Tidak apa-apa satu malam karena besok kami akan melanjutkan perjalanan ke atas,"kata Aldi."Mari, lewat sini." Mang Juned mendahului mereka berjalan ke arah samping villa.Aldi dan teman-tema nya saling pandang karena ternyata mereka tidak diizinkan masuk ke dalam villa utama.Akhirnya mereka pasrah hanya bisa masuk bagian samping villa."Kalau ada apa-apa, Mamang di sana, ya. Ketuk saja pintunya." Mang Juned menunjuk pintu yang menjadi penghubung bagi
"Helen? Maksud kamu apa?" jawab suara di seberang telepon yang ternyata adalah Rani."Jadi, kamu mau mengelak?" Helen terdengar sewot."Bukannya mengelak, tapi kamu harus tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi.""Tidak penting!" jawab Helen ketus."Kakak kamu di penjara itu karena perbuatannya, ia pantas mendapatkannya.""Kenapa kamu sebagai istrinya tidak mau membela suami sendiri? Malah menggugat cerai dan ninggalin suami yang sedang kesusahan di penjara. Istri macam apa?""Apa pantas suami seperti kakakmu itu dipertahankan? Aku kira semua wanita yang berperan sebagai ibu akan memilih anaknya daripada suaminya bejad seperti Heru." Rani tidak bisa tinggal diam ia terus-terusan disudutkan oleh Helen.Tapi bukan Helen namanya kalau dia menyerah begitu saja."Ya, karena kesalahan terbesar kakakku adalah menikahi kamu.""Dan kesalahan terbesarku adalah jika aku bertahan dengan kakakmu."Setelah berkata seperti itu Ran
"Helen!?" seru Rani."Kaget ya, kenapa aku bisa sampai di sini? Bukan hal sulit bagiku untuk menemukanmu. Aku hanya ingin menunjukkan surat gugatan ini padamu. Jadi bersiaplah, Rani!""Surat gugatan!!" Rani kaget begitu pun dengan yang lain."Iya, apa aku perlu mengulanginya?""Gugatan apa? Apa tidak salah kamu yang menggugat?" Rani merasa heran kenapa malah Helen yang menggugat dirinya."Sepertinya justru yang salah adalah otakmu, Rani. Mas Heru harus tersiksa di penjara sementara kamu enak-enakan di rumah dengan pria lain." Helen menatap sinis ke arah Aji."Jangan sembarangan bicara!" Aji yang tadi diam saja, tak tahan akhirnya ikut berbicara."Tidak usah membela diri, karena itu kenyataanya," cibir Helen."Rani sudah resmi bercerai dengan Heru, jadi di bebas menentukan pilihan lain." Aji geram terhadap adiknya Heru itu."Oh, jadi sekarang aku mengerti apa alasannya kamu menggugat cerai kakakku. Karena pria ini 'kan?"
"Aku bisa sendiri, Bun. Enggak apa-apa, kok." Laila merengek seperti anak kecil sambil memegangi tangan Rani."Enggak, pokoknya enggak boleh sendirian. Bunda harus ikut!" Rani juga tetap bersikukuh.Pagi itu Laila ingin menemui Aris di penjara, dan tidak ingin ditemani Rani. Tentu saja ibunya itu tidak tega membiarkan anaknya pergi sendirian.Posisi mereka yang sedang dalam masalah, juga khawatir kalau ada anak buah Heru yang mengintai. Bagaimana kalau Laila dicelakai atau diculik.Selain itu juga kehadiran wartawan yang bisa ada di mana saja dan menyerang secara tiba-tiba dengan berbagai pertanyaan.Membayangkan itu Rani jadi khawatir membiarkan Laila pergi sendiri."Nanti setelah ketemu Aris sebentar, Bunda nunggu di luar biar kamu leluasa ngobrol sama Aris. Bunda janji, yang penting kamu enggak berangkat sendirian." Rani menebak kenapa Laila bersikeras ingin berangkat menemui Aris sendirian, mungkin karena tidak ingin terganggu."Y
"Alhamdulillah," ucap Laila sambil memeluk Rani.Tangis gadis itu pecah setelah mendengar putusan pengadilan bahwa Aris dinyatakan bebas setelah melalui tiga kali persidangan.Semua ini tidak lepas dari campur tangan Papanya Fanno. Aris dan Laila sangat berterima kasih kepada keluarga Fanno."Gue enggak tahu bagaimana caranya berterima kasih sama lu dan keluarga lu." Aris berganti memeluk Fanno."Santai aja, Bro. Gue lihat lu akur sama istri lu aja, gue udah seneng banget." Fanno menepuk punggung sahabatnya itu."Sampaikan terima kasih gue juga buat Papa lu, ya.""Siap, Papa juga minta maaf enggak bisa hadir di persidangan terakhir lu karena lagi sibuk.""Enggak apa-apa, bantuan beliau sudah lebih dari sekedar hadir di sini."Bersama Laila dan keluarganya, Aris akan pulang ke rumah Fanno. Sepasang mata berkaca-kaca di sudut ruang sidang. Ajeng hadir di persidangan terakhir anak laki-lakinya itu secara diam-diam."Kita te
Ajeng memeluk anak dan menantunya bergantian sambil mengucap maaf berulang kali. Papa hanya menyaksikan sambil mengucap syukur tiada henti karena akhirnya istrinya sadar bahwa tidak ada yang salah tentang perasaan Aris dan Laila.Semua ini tidak lepas dari campur tangan Fanno. Pemuda itu yang semula mendekati Lintang untuk tujuan mengembalikan Aris pada keluarganya ternyata berhasil mempengaruhi Lintang. Gadis itu luluh dan berubah pikiran lalu bersama ayahnya yang memang sudah bisa menerima mereka lebih dulu berhasil juga membujuk Rani.Meski pada akhirnya Fanno malah jatuh cinta beneran pada Lintang dan dia sendiri terjebak di tengah keluarga Aris.Pemuda itu pasrah karena mungkin dengan cara inilah Tuhan mempertemukan cintanya."Mama sangat senang kalian akhirnya kembali. Jangan pergi lagi, ya. Mama mohon, Mama minta maaf."Aris berpandangan dengan Laila, mereka ragu menyampaikan satu hal pada Mamanya, melihat Ajeng sangat bahagia kelihatannya.
"Aaahh... !! Siapa kamu?!" Terdengar teriakan Heru disusul oleh jeritan Helen."Mas Heru?! Jadi ini Mas Heru? Maafkan aku, Mas. Aku kira Aji."Beberapa orang polisi masuk sambil menodongkan senjata ke arah kakak beradik itu.Helen berjongkok disamping Heru yang terkulai lemas bersimbah darah. Sementara tangan kanan wanita itu masih memegang pisau."Jangan bergerak!" perintah salah satu polisi yang memegang senjata.Helen menoleh dengan tangan gemetar."Aku tidak sengaja melakukannya. Dia kakakku, mana mungkin aku melukainya." Helen mencoba membela diri ketika dua orang polisi mendekatinya."Nanti bisa dijelaskan di kantor, Nona!""Lepaskan aku! Aku tidak salah! Mereka yang salah sudah menculik dan menyekap kakakku!" Helen berontak ketika tangannya diborgol.Sementara tubuh Heru segera diamankan dan tak lama kemudian datang ambulance yang segera membawanya ke rumah sakit terdekat.Fanno dan Aris juga Ardian menyaks
nding"Sah!" ucap para saksi serempak."Alhamdulillah," gumam Laila sambil menoleh ke arah Rani.Hari ini, setelah menunggu masa iddah Rani selesai ditambah lagi persiapan beberapa minggu, akhirnya Aji resmi menghalalkan wanita itu untuk yang kedua kalinya.Akad nikah dilaksanakan di rumah Papanya Fanno yang selama ini menjadi kediaman Rani. Tidak banyak yang hadir sore itu, hanya kerabat dekat saja dan acara pun dilaksanakan sangat sederhana."Selamat, ya, Bun. Mungkin saat ini akulah orang yang paling bahagia." Laila memeluk Rani dengan kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan."Makasih, sayang." Rani balas memeluk anaknya.Laila kemudian beralih menghampiri Aji."Alhamdulillah, akhirnya cucu kalian akan lahir dengan kakek dan nenek yang lengkap." Laila mengusap perutnya yang sudah terlihat agak besar.Bulan ini sudah genap 6 bulan kandungan Laila. Aris tersenyum sambil ikut mengusap perut istrinya, m