"Apanya?"
"Ya apa lagi?""Maksud kamu malam pertamanya?""Itu tahu, pakai nanya segala," ucap Grace."Lo, ya jangan!""Loh, ya suka-suka aku!""Loh, ya tidak boleh begitu!""Yang ngilangin tupperware siapa?" sarkas Grace sambil menoleh ke belakang untuk menunjukkan wajah julidnya pada Marvel.Lantas Marvel pun memasang ekspresi melas yang menyedihkan, ia juga sempat memanyunkan bibirnya sebelum menandas, "sebenarnya suami kamu itu aku atau tupperware?""Kamu jangan peluk-peluk dulu deh, aku jadi susah mau aduk nasinya." Grace berkilah, tak ingin menjawab pertanyaan konyol Marvel."Tidak mau," tolak Marvel, justru semakin mempererat pelukannya."Ih! Ih! Ih! Itu di tangan kamu ada apa?" tipu Grace sambil menunjuk tangan Marvel.Pria dewasa itu percaya. la langsung melepas pelukannya dan mengecek ada apa di tangannya. Tapi ternyata tidak ada apa-apa."Bohong ya kam_""Astaga! Aku lupa masukin sosis," interupsi Grace"Tapi waktu menstruasi bulan kemarin, Grace tidak seperti ini, Bi."Bibi Maid menerka."Mungkin kali ini ada yang membuat Nona Grace sebal, makanyabegitu.""Jadi maksud Bibi, aku menyebalkan?" tebak Marvel sedikit tak terima, ia menatap tajam wanita dewasa itu."Hehehe." Bibi Maid meringis, "bisa jadi.""Ya ampun! Astaga! Saya lupa beli kecap asin," celetuk Bibi Maid sambil menepuk jidat, pura-pura kaget, padahal ada niat terselubung di dalamnya."Tuan, permisi. Sepertinya saya harus kembali ke supermarket untuk beli kecap asin."Ya, Bibi Maid harus segera melarikan diri. Semoga kejujurannya ini tidak menyebabkan dia dipotong gaji.***Tok! Tok! Tok!Grace sedikit terkesiap begitu mendengar pintu kamarnya diketuk. Tanpa memalingkan perhatiannya pada buku paket bahasa inggris, Grace lantas menyahut, ".asuk saja, tidak dikunci."Pun tak perlu menunggu lama, seseorang yang ada di balik sana segera membuka pintu, lalu masuk ke
Grace itu lekas mendekatkan bibirnya ke telinga Marvel, lalu mulai berbisik, "Paris.""Paris?" Marvel mengulangi perkataan Grace."lya." Grace mengafirmasi dengan anggukan."Aku mau ke Paris, mau lihat Menara Eiffel.""Cuma mau lihat Menara Eiffel?" tanya Grace memastikan."Iya.""Kenapa harus jauh-jauh ke Paris? Aku juga punya Menara Eiffel di bawah sini," goda Marvel sambil melirik pusat selangkan*annya, "mau lihat?""Ih!!!" Grace memukul-mukul pundak Marvel."Kamu otaknya meslek!""Aku serius," cetus Marvel sambil membentengi diri dari pukulan brutal Grace."Ini namanya juga Menara Eiffel, Sayang. Kan sama-sama bisa berdiri menjulang. Besar dan panjang."Siapapun tolong selamatkan Grace dari humor dewasa ini!"Kamu jangan ngomong gitu, aku jadi takut," tandas Grace selagi menutupi kedua telinganya.la kembali teringat saat tak sengaja melihat aset milik Marvel menggembung di balik celana. Wow! Pikiran Grace mulai
"Maaf, seharusnya aku membawamu kemari lebih awal," celetuk Marvel, merasa bersalah."Tidak masalah." Grace menggeleng pelan dengan kulasan senyum manis di bibirnya."Padahal rencana awal, kita akan sampai di Paris pagi tadi," keluh Marvel sembari menghela napas dalam, "aku tidak menduga akan ada masalah tepat sebelum kita berangkat."Masalah yang Marvel maksud di sini berkaitan dengan proyek Solsctice. Salah satu perusahaan yang memberi sponsor besar dalam proyek ini tiba-tiba mengundurkan diri karena terkena skandal penggelapan dana dan kasus suap setelah diaudit. Alhasil, PrimeVenture harus mengadakan rapat darurat untuk mencari sponsor pengganti, sebab jika tidak, proyek ini tidak bisa berjalan maksimal karena kekurangan dana. Beruntung dalam hari itu juga, PrimeVenture bisa menggaet beberapa perusahaan yang bersedia memberi sponsor. Ya, karena hal itulah, keberangkatan mereka yang sudah dijadwalkan siang hari, mau tidak mau harus mundur sampai tengah malam. Marve
Grace lantas berinisiatif membuka laci-laci meja rias karena berpikir bahwa Marvel mungkin mempersiapkannya, dan benar saja! Di sana tersimpan berbagai alat make up, lengkap dengan brush, beauty blender dan perintilan-perintilan lainnya. Grace lalu mengeluarkannya satu persatu. Semuanya masih baru, dari brand terkenal Chanel."Gila, make up-nya terbuat dari komposisi duit!" sarkas Grace, ia tahu bahwa semua make up dari brand Chanel memang sangat mahal dibandingkan produk dari brand lainnya."Ini kayaknya kalau ditotal bisa buat beli motor Nmax."Baiklah, Grace kembali dengan jiwa miskin serta pemikiran yang kikir dan medit. Bicara soal skill make up, ia bukanlah seorang profesional, tapi setidaknya tahu cara mempercantik diri dengan sapuan kuas di wajahnya. Ternyata tidak sia-sia selama ini ia menonton video tutorial make up di YouTube Tasya Farasya untuk mengisi kegabutannya. Sepuluh menit berselang, Grace akhirnya selesai memoles wajahnya dengan make up natural loo
"Car seat?" tanya Grace mengulangi.Si sopir terlihat mengangguk, "yes, Madam. A car seat."Setelah dikonfirmasi, Grace kemudian mengamati jok tempat duduknya. Tidak ada kantong. Tapi ... jok di depannya ada kantong!Ya, akhirnya Grace mendapatkan jawabannya! Jok memang memiliki kantong di bagian belakang, di sini Marvel menafsirkannya sebagai punggung. Wah, ini benar-benar teka-teki yang rumit!"Thanks, Sir!"seru Grace senang sekali.Grace kemudian buru-buru merogoh kantong tersebut, ia yakin pasti ada sesuatu di dalam sana. Dan lagi-lagi dugaannya benar! Ada sebuah kotak seukuran telapak tangan dan sebungkus dark coklat batangan. Karena tertarik dengan kotak itu, Grace segera membukanya. Gadis itu langsung membelalakkan matanya ketika mengetahui isi di dalamnya ternyata adalah sebuah gelang mutiara yang sangat cantik, berkilauan, dan sudah pasti sangat mahal."Aaa ... bagus banget," gumam Grace setelah memakai gelang tersebut di pergelangan tangannya. la tidak bisa b
Mereka mengambil beberapa foto dengan pose lucu sambil menunjukkan kue ulang tahun. Salah satu fotonya adalah Grace yang berpose menjulurkan lidah, sementara Marvel berpose memanyunkan bibir sambil menjulingkan matanya."ih, kamu lucu banget. Mirip ikan koi," canda Grace seraya me-zoom wajah Marvel."Curang kamu." Marvel berceletuk saat Grace berganti me-zoom wajahnya, "padahal sama-sama belepotan, tapi kok kamu masih cantik?""Takdir," guraunya sambil meringis, lalu mereka sama-sama tertawa.Tiga detik kemudian, Marvel meletakkan kue ulang tahun tersebut di atas meja, lalu beralih menarik salah satu kursi dan mempersilakan Grace duduk dengan nyaman."Ayo, duduk dulu.""Terima kasih," ucap Grace selagi mendaratkan pipi bokongnya di atas kursi tersebut. Marvel menyusul duduk, lalu mulai membunyikan bel kecil yang sebelumnya sudah ada di atas meja."Itu bel buat apa, Marvel?" tanya Grace penasaran."Kamu lapar?" Marvel balik bertanya sembari men
"Kamu suka?" tanya Marvel sambil menumpukan tangannya pada railing, tubuhnya condong menghadap Graxe.Gadis itu tampak mengangguk."Cantik sekali.""lya, kamu memang cantik," celetuk Marvel dengan sangat enteng."Ih, maksud aku, yang cantik itu Menara Eiffel-nya, bukan akunya," koreksi Grace."Tapi menurut aku, kamu jauh lebih cantik." Marvel mencolek hidung Grace, "apa aku salah bilang begitu?""Tidak juga sih," kata Grace.Grace kembali fokus mengamati indahnya Menara Eiffel, sementara Marvel masih enggan memalingkan pandangannya dari eksistensi Grace yang sejak tadi membuatnya terpana. Gaun merah, make up, high heels, bahkan gelang mutiara yang sudah ia persiapkan terlihat begitu cocok di tubuhnya. Cantik. Cantik sekali. Bahkan helaianrambut yang beterbangan karena tertiup hembusan angin itu membuatnya semakin memabukkan."Ah, sepertinya aku bisa gila," desis Marvel sambil menahan senyuman.Mendengar itu, Grace kontan menoleh ke arah Marvel."Bis
Pukul 22:49. Mereka akhirnya sampai di hotel setelah menyelesaikan kejutan makan malam di atas kapal pesiar. Hotel yang akan mereka tempati sekarang, berbeda dengan hotel sebelumnya. Dari segi jarak, hotel ini lebih dekat dengan lokasi Menara Eiffel."Marvel, itu teleponnya tidak diangkat?" tanya Grace saat menyadari Marvel sengaja mengabaikan ponselnya yang sedang berdering.Posisi mereka saat ini sedang berada di dalam lift menuju lantai paling atas-tempat kamar hotel mereka berada. Marvel lantas mengambil ponselnya yang tersimpan di saku celana. Panggilan iturupanya berasal dari Lester. Namun, alih-alih mengangkat, Marvel justru menekan tombol reject. Timing-nya sangat tidak pas. Alhasil ia pun kembali memasukkan ponselnya, tapi, di waktu nyaris bersamaan, ponsel Marvel kembali berdering. Dan itu masih dari orang yang sama, Lester."Angkat saja, Marvel. Siapa tahu penting," suruh Grace, tak lama kemudian pintu lift terbuka."Apa tidak apa-apa?" tanya Mar