Mendengar panggilan Kak yang Grace lontarkan membuat perempuan tersebut berprasangka bahwa Grace adalah adik Marvel. Apalagi, wajah Grace hampir mirip dengan Marvel. Perempuan tersebut tersenyum malu, diselipkannya rambut pada telinga belakangnya dengan gerakan yang membuat Grace ingin meludah ke sembarang arah.
"Emmm ... saya ... itu, pa-""Siapa Grace?" Kalimat perempuan tersebut terpotong denganbkedatangan Marvel yang tiba-tiba.Melihat perempuan di hadapannya yang langsung tersenyum cerah dengan muka bersemu merah membuat Grace ingin muntah. Ditatapnya Marvel yang sudah mengambil posisi di sampingnya, Grace tersenyum. Di lilitkannya tangannya pada lengan Marvel yang kini hanya menggunakan baju kaos pendek warna hitam."Ini loh Sayang, katanya nyari kamu," ucap Grace dengan senyum di buat-buatnya.Dahi Marvel mengerut begitu mendengar Grace memanggilnya sayang, tak ayal bibirnya juga menerbitkan senyum senang dengan jantung berdebar. Sementara perempuan dMarvel menunduk, menatap Grace yang sedang menatapnya penuh keterkejutan."Kok di batalin? Nanti Kakak rugi gimana?" tanya Grace yang sudah duduk tegap menghadap Marvel.Marvel tersenyum kecil, tangan besarnya dengan telaten merapikan rambut Grace yang sedikit berantakan,"Kamu nggak suka, 'kan? Jadi saya batalin, dia juga tidak profesional, dan saya tidak suka bekerja dengan orang yang tidak profesional," jelas Marvel menenangkan."Tapi maksud aku bukan gitu," cicit Grace dengan wajah menyesal, jika ia tahu Marvel akan dengan gampangnya memutus kerja sama dengan perempuan bernama Sandra-Sandra itu, Grace tak akan dengan gamblang mengungkapkan isi hatinya. Bukan karena kasihan dengan Sandra, tapi ia tak mau suaminya rugi."Sekarang saya tanya, kamu ikhlas nggak kalau saya kerja sama perempuan itu, saya akan sering ketemu dia, berbincang dengan dia, dan dia akan menemui saya seperti tadi dengan pakaian seksinya. Ikhlas kamu?" tanya Marvel dengan sebelah alis
"Nggak tahu, ini baru mau ke rumah sakit. Gue titip ya, Mama sama Papi gak lama lagi pulang kok dari kondangan," cap Xella menjelaskan keberadaan Mama dan Papi tirinya yang tengah pergi kondangan.Grace mengangguk paham, "pasti aku jagain, semoga Papa kamu baik- baik aja."Gue pamit ya, semua barang-barang Naval ada di tas itu, kalau ada apa-apa telepon aja," pesan Xella, Grace mengangguk mengiyakan.Setelah mengantarkan Xella hingga pintu depan, Grace kembali menuju ruang tamu, dilihatnya Naval yang masih tertidur dengan pulasnya. Grace tersenyum, lucu sekali pikirnya, ia jadi ingin memiliki sendiri. Grace mendudukkan diri di samping Naval, "gemes banget sih" geram Grace dengan gigi rapatnya, ingin sekali mencubit pipi tembem itu namun takut membangunkan.Grace pikir merawat anak kecil itu enak-enak saja, ia pikir semuanya akan berjalan lancar dengan semestinya. Tapi rupanya pikirannya salah, menjaga anak kecil tidak semudah itu, tidak segampang yang ia bayangka
"Tante, kumohon jangan, Tan. Aku belum siap!"Terdengar suara teriakan dari pintu belakang club dan juga suara kebisingan musik disco yang sangat menggelegar. Memekakkan telinga. Tetapi, banyak manusia yang menyukainya.Buktinya, perempuan berpakaian minim setengah telanjang tengah memamerkan bentuk tubuhnya dan juga wajahnya yang benar-benar menggoda iman pria yang berada di dalam clubini.Musik, tarian erotis, minuman berbau menyengat yang disukai mereka di sini, asap rokok dan masih banyak lagi.Seorang wanita berusia 35 tahun yang mengenakan dress di bawah lutut dengan atasan yang terbuka tengah menarik tubuh mungil gadis yang berumur 21 tahun.Apa? 21 tahun? Ya, gadis itu dulu bertanya padanya bagaimana cara menghasilkan uang, karena orangtuanya tak sanggup membayar biaya sekolah yang menunggak 7 bulan lamanya.Sangat mengenaskan.Tapi, tak mengurung niat wanita itu untuk terus menyeret gadis yang memberontak itu ke meja di mana pria dan wanita tengah duduk di sofa sambil bermain
Marvel menatap Grace dengan dalam. Jika dilihat dari dekat, Grace memanglah cantik. Cantik sekali. Bahkan mata pria itu tak berkedip beberapa detik yang lalu.Keindahan kulit wajah dan bola mata milik Grace seakan menghipnotis Marvel agar menatap gadis di bawahnya lebih lama."Apa saya bisa untuk mulai menyicipi kamu, Grace?"Bola mata Grace membulat, bagaimana bisa Marvel mengetahui namanya? Padahal mereka belum saja berkenalan atau bahkan berjabatan tangan.Pria ini sangat misterius, apakah dia paranormal? Pikir Grace seraya mengusap jari tangannya dengan ibu jari yang ditahan Marvel.Grace sungguh gugup sekali sekarang, ia belum pernah melakukannya dan ia bahkan tak menonton tutorial cara berciuman dengan pasangan dengan benar.'Tunggu, kenapa aku malah memikirkan diriku sendiri?' batin Grace. Sementara Marvel menunggu persetujuan dari gadisnya.Ralat, gadis itu. Gadis yang ia tindih di bawahnya. Benar-benar fantasinya selama ia berada di kamar mandi beberapa waktu lalu.Ya, Marvel
Grace yang mendapat ketukan pintu saat ia kembali memasang dressnya dengan benar, dia membuka pintu dan terlihat seorang bodyguard Marvel memberikan paperbag padanya."Ini pesanan Tuan Muda untuk Anda, Nona.""Saya Pak Yudi," katanya lagi seraya memperkenalkan diri pada Grace.Sejenak Grace berpikir bahwa pria bertubuh besar ini tadilah yang menyetir mobil. Grace menganggukkan kepala lalu menerima paperbag itu dan kembali menutup pintu kamar.Sebelum Marvel keluar dari kamar mandi, Grace dengan tergesa-gesa memakai baju kaos dan celana training yang baru saja dibeli oleh bodyguard Marvel. Tak lupa dia memasukkan dressnya ke paperbag itu dan merapikan rambutnya. Grace mengikat rambut yang panjang dan ia kembali duduk di ranjang.Hujan belum reda, apakah hujan ini akan reda hingga subuh?Ting!1 pesan masuk dari ponsel Grace.Bunda[Kamu di mana, Sayang? Jam berapa akan pulang?]Ibu Grace mengirim pesan pada anak perempuannya karena malam ini sudah menunjukkan pukul 22.12 WIB.[Sebentar
***"Tapi, itu tak gratis. Kau harus membayarnya."Mendengar penuturan Marvel, seketika senyuman yang terukir di bibirnya yang mungil pudar. Bagaimana ia harus membayarnya? Ponsel ini sangat mahal, dan ia membalikkan kotak ponsel itu. Melihat harga ponsel tersebut.21 juta rupiah.Grace gugup, ia harus bagaimana? Bagaimana cara membayar uang sebanyak itu? Apakah ia harus mengembalikan uang milik Marvel padanya?"Maaf, aku akan membalikkan ponsel ini padamu."Grace meletakkan kotak ponsel itu di atas dashboard mobil Marvel. Seketika wajah Marvel jadi muram dan ia merasa marah karena Grace menolak pemberiannya.Marvel menghela napasnya dengan kasar lalu meremas stir mobil. Melihat urat-urat di tangan kekar Marvel, ia ketakutan. Apakah nasibnya akan sama dengan stir mobil itu?Grace dengan sembunyi membuka pintu mobil itu. Tetapi tak bisa. Melihat gelagat Grace yang ingin kabur secara diam-diam diketahui Marvel.Seketika Marvel tersenyum smirk. Ia tahu jika Grace akan keluar dari mobilny
Marvel berjalan masuk menuju ruang kepala kampus yang di sana sudah menunggu lelaki paruh baya yang tengah duduk seraya tersenyum padanya."Selamat datang, Pak," sapanya seraya menjabat tangan Marvel."Baik, Pak. Saya ada perlu dengan Anda," ujar Marvel."Silahkan duduk, Pak."Marvel menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi merah tersebut lalu pria itu memperbaiki posisi kacamata yang bertengger di hidungnya."Saya gak bisa basa-basi, Pak. Tujuan saya kemari untuk mengurus pembayaran siswi kelas xxx atas nama Grace Mirza Rania," kata Marvel."Oh, iya. Sebentar, saya ambilkan dulu bukunya."Sapron sang kepala kampus Grace beranjak dari kursi kebesaran menuju rak buku. Di sana sudah tertulis nama mahasiswa kelas xxx, mahasiswa skor, mahasiswa keluar, mahasiswa pindah kampus dan lainnya.Sang bendahara yang ada di sana membuka almari kaca itu lalu mengecek satu per satu nama buku yang tertera di sana. Nama jurusan dan tahun ajaran mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di sini.Sapron k
"Makanya jangan main cewek," kata Marvel."Bukan main cewek, Bang. Cuman pacaran," sahut Gio seraya menghempaskan tubuhnya di atas sofa.Gio adalah tipikal yang sangat sering gonta-ganti wanita. 1 bulan mungkin ada 21 kali ia memutuskan pacarnya. Terbuat dari apa otak dan hati Gio itu?"Sama aja," tandas Marvel dan Gio langsung diam tak menjawab ucapan Marvel. Memang benar adanya.Gio selalu menceramahi Marvel agar menerima istrinya. Tetapi, Marvel malah diam dan menutup telinganya. Bukan tak ingin mendengar perkataan Gio, tetapi Gio juga tak berpikir bagaimana buruknya dirinya dari pada sang kakak."Lu di sini aja. Gue ada rapat."Marvel beranjak dari kursi kebesarannya. Ia mematikan komputernya, mencabut flashdisk dari CPU. Lalu Marvel mengambil kunci mobil, dompet dan ponselnya.Gio hanya menganggukkan kepala dengan santai saat Marvel berjalan melintasinya. Setelah pintu ruangan Marvel ditutup oleh sang pemiliknya, Gio membaringkan tubuhnya di sofa. Ia sangat lelah habis dikejar ol