Part 71Pov Rio.Penyebab kebakaran dari putung rokok karena kelalaian, kata Polisi. Meskipun itu baru alasan sementara karena masih dalam penyelidikan lanjut. Aku bangkrut, Tante Mariya pasti tidak mau aku menikah dengan Lani karena aku pria miskin. Belum selesai masalah dengan Tante Mariya dan Mimiku, sekarang aku harus mengahadapi masalah kebakaran perusahaanku. Kenapa hidupku seperti ini, apa salahku? Apakah aku menerima apa yang diperbuat Mimiku. Luna, aku akan mencarimu dan menebus kesalahan Mimiku, tapi kemana aku akan mencarinya?“Ayah, boleh aku bertanya?” tanyaku kepada Ayah. Kami sedang di teras depan menikmati teh hangat.“Apa Rio? Tanya Ayah dengan mata sendu, foto Luna masih dalam pelukannya.“Mm, siapa pria yang membawa lari Luna?” tanyaku, Ayah terpana menatapku, “Tolong Ayah jangan tersinggung, aku mau mencari Luna, karena mustahil bagi seorang Ibu meninggalkan bayinya yang masih merah, aku yakin Luna wanita baik-baik, tidak mungkin dengan mudah dia meninggalkan bayin
Part 72Pov Rio.“Apa maksudmu tentang Luna kalah dalam permainan, Mila?” tanyaku masih penasaran.“Ssssstt! Ssssst!” Mila menyuruhku diam lagi. Aku menatapnya, matanya melihat ke sekitar seperti takut orang lain mendengar apa yang akan diucapkannya.“Tante Dona bilang ini rahasia kami,” jawab Mila dengan gaya seperti mengunci mulut.Rahasia apa yang disembunyikan Mila dan Mimiku? Kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh dari jawaban Mila. Apakah mereka kompak melakukan sesuatu terhadap Luna? Kenapa perasaanku tidak enak. Aku takut Mimi melakukan suatu kejahatan yang lebih besar dari menjual Luna ke Mas Bayu.“Rahasia apa, Mila?” Aku terus bertanya berharap mendapatkan informasi jelas.“Nggak boleh, Rio. Ini rahasia, aku takut ketahuan, aku takut ....” Mila merengek.“Ceritakan apa yang kamu dan Mimiku lakukan pada Luna? Ceritakan Mila!” Suaraku sedikit lantang.“Nggak mau! Aku takut, aku takut!” Mila berteriak setelah kudesak. “Pergi! Pergi kalian! Aku tidak mau kalah, aku tidak akan
Part 74Pov Dona.Ternyata dia cerdik juga, dia bisa membaca keinginan dan langkahku. Mungkin karena berita kebakaran perusahaan Rio yang tersebar di koran-koran sehingga dia tahu bahwa putraku bangkrut. Dia mau mengajukan syarat kalau Rio diberikan modal usaha? Syarat apa yang diinginkan wanita ini.“Syarat apa yang Bu Mariya mau dariku?” tanyaku penasaran dengan kata-katanya.Dia tersenyum dan meletakkan minuman kaleng di atas meja, kakinya disilang dan tersenyum menatapku. “Aku mau surat-surat rumah dan tanah bekas kebakaran, semuanya aku yang pegang,” kata Mariya.“Itu bukan syarat, tapi aku menggadaikan rumah dan tanahku kepadamu,” ucapku sedikit meninggi.“Aku tidak memaksamu, Bu Dona. Silahkan kamu gadaikan ke bank dengan bunga tinggi, aku tidak minta bunga ataupun dilebihkan dari nominal yang aku pinjamkan,” jelas Mariya.Rio sangat butuh modal usaha, aku sudah tidak punya apa-apa lagi untuk modal. Dia benar juga, kalau aku memegangkan surat rumah dan tanah kepada Mariya, aku
Part 75Pov Dona.“Jangan tinggalkan aku, Dona, Dona! Dona! ....” teriakan suamiku semakin jauh dan hilang, mobilku di laju semakin jauh dan aku tidak melihatnya lagi di kaca spion saat menyetir mobil.Dasar lelaki tidak berguna! Bisanya hanya menceramahiku saja. Apa lagi yang harus aku pertahankan darinya, aku sudah bosan dan muak melihatnya. Kalau bukan karena Rio, sudah lama aku buang. Hidupku saja sudah susah mencari uang, dia hanya bisa ngomong tanpa memberiku solusi. Aku sangat kesal mendengar celotehnya.Sepertinya aku harus menerima tawaran Mariya. Aku akan menyerahkan semua surat-surat rumah dan tanahku. Saat Lani sudah resmi menjadi minantuku, aku akan merebut kembali punyaku tentunya tanpa harus membayar hutang.Rumah terlihat tenang setelah aku membuang lelaki tidak berguna itu. Aku juga harus menenangkan diriku berfikir langkah apa yang akan aku lakukan sebelum menyerahkan surat rumah dan tanahku. Aku mau mendapatkan uang banyak, tentunya uang Mariya.“Mbok!” teriakku me
Part 76Aku melaju mobil secepatnya pulang. Rasanya aku tidak sabaran ingin minta tolong kepada orang yang telah menyelamatkanku, aku tidak bisa bergerak sendiri mencari keberadaan Ayah, kota ini sangat besar, aku juga takut kalau Ayah di bunuh atau di asingkan di tempat lain, entah kenapa pemikiranku jadi sangat buruk terhadap Dona karena mengingat kejadianku dulu dan sedikit cerita masa lalunya dengan orang yang menyelamatkanku. Mudah-mudahan Ayahku masih dalam keadaan baik-baik saja. Aku menyesal, kenapa aku membiarkan Ayah tetap bersama Dona, padahal aku tahu dia bukan manusia yang baik. Ayah ....Setelah memakir mobil, aku secepatnya masuk ke dalam rumah. Aku tidak melihat keberadaannya di rumah, bahkan kamarnya juga kosong, di mana dia? Aku sangat membutuhkan pertolongannya.“Non Lani cari apa?” tanya pembantu kepadaku saat aku sibuk memeriksa semua ruangan di kamar.“Nyonya Mana?” tanyaku.“Nyonya barusan pergi, tapi tidak bilang ke mana,” jawab pembantu rumah ini.Kemana dia p
Part 77“Ayah, jangan sedih, aku janji akan mencari Luna. Sekarang izinkan aku merawat Ayah di rumah ini,” ucapku menggusuk punggung Ayah yang sedang menangis.“Terimakasi, Nak, terimakasih. Kalau tidak ada kamu dan Tantemu, mungkin aku sudah hidup di jalanan,” kata Ayah menyeka lagi air matanya dengan sapu tangan.Ayah, maafkan aku belum bisa jujur, aku janji, setelah dendamku ke Dona terbalaskan, akan kubawa Ayah jauh dan kita bisa hidup tenang. Awas kamu Dona, akan kubalas setiap tetesan air mata Ayahku. Bukan hanya aku yang menjadi korban kejahatanmu, ayahku juga, setelah semua harta Ayahku terjual, kamu mencampakkan Ayahku seperti sampah.“Ayah, selama tinggal di sini, Ayah tutup pintu dan jangan ke luar. Aku akan mengunjungi Ayah setiap hari membawakan makanan dan kebutuhan Ayah lainnya.”“Ayah tidak enak merepotkan kamu dan Tantemu, Lani.”“Ayah tidak merepotkan aku, anggap saja aku Luna putri Ayah.”“Lani, kenapa kalian menolongku, padahal aku bukan siapa-siapa kalian.”“Kena
Part 78Rencanaku berhasil. Aku telah membuat Dona malu di depan pelanggan salonku yang mayoritas ibu-ibu berduit. Wajah Dona tegang mendengar kalau suami bu Jovi adalah salah satu pejabat polisi di kota ini. Aku akan melanjutkan permainan ini.“Ini salahku juga karena mengatakan akan membayarkan Tante di acar arisan itu, maksudku hanya ingin membuat Tante bisa bergaul dengan kalangan atas, serta apa yang dialami Tante sekarang bisa terobati.” Aku memasang wajah sedih.“Kamu tdiak salah Lani, maksudmu baik mau meberiku uang, tapi mereka saja yang sok dan menghinaku,” jawab Dona.“Sekarang, apa yang akan kita lakukan? Aku tidak mau Tante di penjara gara-gara menampar Bu Jovi.”“Dia menghinaku, Lani. Aku reflek menamparnya, aku sangat kesal,” ucap Dona belum bisa menerimanya.“Baiklah, aku akan meminta maaf atas nama Tante, mudah-mudahan tidak di kasuskan Bu Jovi,” ucapku dan ingin melangkah ke dalam salon.“Tunggu Lani!” Dona memegang tanganku mengehentikan aku.“Ini bukan salahmu kena
Part 79Pov Dona.“Awas kamu Jovi, Mimi. Akan aku perlihatkan bagaimana seorang Dona. Aku juga bisa ikut arisan itu seperti kalian, dan kamu harus tau, aku bisa dapatkan apa yang aku inginkan, akan kubuat mulut kalian terdiam melihat aku bukan pengemis seperti yang kalian katakan,” gumamku sambil menyetir.Aku sudah tidak sabar ingin melihat uang yang akan aku cairkan. Setelah uang ini aku cairkan aku akan membuat Lani menikah dengan Rio secepatnya agar aku bisa memperoleh sertifikat rumahku lagi.“Permisi, Mbak. Aku mau mencairkan cek tunai ini,” ucapku menyodorkan cek itu ke teller bank.“Sebentar ya, Bu. Di cek dulu,” jawab teller bank itu dan matanya langsung menatap layar komputernya dengan jari-jarinya sibuk mengetik.“Maaf, ini rekening bank yang di maksud tidak punya saldo sebanyak ini, Bu,” kata teller bank dan mengembalikan lagi daun cek tunai yang kuberikan tadi.“Apa!? Tolong cek lagi, mana tau salah nomor rekening,” ucapku terkejut.“Sebentar.” Teller bank itu mencoba sib